2: Keyakinan vs. Cinta?

10.9K 654 10
                                    

Haiii, lagi gabut nih, jadi iseng lanjutin ini hehe. Btw vote dong tolongg:( ga rugi kan? 1 vote dari kalian aja bikin hepi loh sumpah dah:( btw coba play mulmednya:D

"Hai", sapa nya singkat sambil tersenyum. Gue yang tadinya berusaha fokus dan ga melepaskan pandangan dari script yang bertuliskan "Lyra as Inka Hanya Kamu 3".

Deg! Dia nyapa gue? Gue harus gimana dah?

"Eh... hai juga, Iqbaal?", gue menyapa cowo (SUPER) ganteng itu dengan senyum manis. Gue memastikan dia itu Iqbaal atau bukan.

"Iya, lo Lyra canci kan?", tanya nya sekaligus meledek ID line gue.
"Ih!", kata gue lalu memanyunkan bibir gue 5cm.
"Hahaha, kalo kayak gitu jadi gak canci ah", ledeknya lagi kemudian menyentil bibir gue.
"Diem ah, gak gue add balik nih line lu", ancam gue. "Loh katanya tadi udah di add balik?", tanya nya lalu mengutak-atik hp nya. Pasti dia mau ngecek gue udah add dia atau belum.
"Belom! Wlee", kata gue sambil menjulurkan lidah. Gue mengambil iPhone 5 dari tas kecil gue lalu menunjukkan friend line gue yang ber huruf awal I supaya dia tau bahwa tidak ada nama "Iqbaal" disana.
"Add dongg", pinta nya dengan wajah memelas sambil terus menatap layar iPhone gue.
"Buat apaan?", tanya gue dengan muka jutek. Padahal dalam hati gue udah ngakak sengakak-ngakaknya liat komuk dia kayak gitu!
"Buat deketin lu", katanya lalu menaruh siku kiri nya di meja rias dan menopang pipinya.
"Elah, Dianty? Steffi? Inarah? Adiba? Wirda? Mau nambah berapa gebetan lagi lu?", ujar gue meledek sambil sedikit cengegesan, menunjukkan bahwa gue bercanda. Gue bukan comate, bukan soniq, tapi gue nonton gosip kali.
"Dih, apaan sih cantikan juga lu daripada mereka", jawabnya sewot sambil masih menopang pipinya dengan tangan kirinya. Gue hanya menampilkan wajah jijik.
"Eh udah cepet add balik", pinta nya lagi. Cowo rese itu langsung merampas iPhone dari tangan kiri gue.
"Eh eh apaan sii", protes gue mencoba mengambil iPhone gue kembali. Dia memundur-mundurkan badannya menghindari jari-jari tangan gue.
"Lyra jangan gerak-gerak nanti catokannya kena leher kamu", peringat si "pengutak-atik" gue alias make up artist gue.
"Tuh, denger", kata Iqbaal sambil cekikikan. Gue hanya pasrah dan menatap script yang gue pangku sedari tadi kesal.
"Nah, nih udah", katanya lalu menaruh iPhone gue di atas script gue dengan wajah sangat-amat puas.
"Jangan line-line gue ya, nanti gebetan-gebetan lu marah", ledek gue.
"Ck! Mereka bukan gebetan gue ya elah, temen doang. Masih jomblo nih", katanya lalu menaik-turunkan alisnya cepat.
"Idih ganjen lu", umpat gue. Beberapa detik setelah itu, seorang cewek cantik berambut ombre coklat yang di curly rapi dengan style yang sangat modis masuk ke ruang make-up. Dia duduk di samping kanan gue. (jadi tuh di ruangan itu ada 3 meja rias gitu, Lyra di tengah lagi dicatok, Iqbaal di sebelah kiri Lyra, terus "cewek" ini di samping kanan Lyra)

"Hai kak", sapa nya ramah ke wanita yang sedang mencatok rambut lurus gue. "Eh, hai, Lyra ya?", sapa sekaligus tanya nya ke gue dengan senyuman.
"Iya, Salsha?", sapa balik gue lalu memastikan dia itu Salsha-pemeran Chika di Hanya Kamu-atau bukan.

Dia hanya mengangguk tanda bahwa dia adalah Salshabilla Adriani. "Eh, Baal, Aldi sama Bang Kiki nyariin lu tuh. Mereka di tempat Kak Patrick", ucap Salsha tiba tiba kepada Iqbaal. Tanpa ngomong apa-apa, Iqbaal mengangguk lalu mengedipkan sebelah matanya ke gue kemudian langsung keluar dari ruang make-up.
"Udah nih dicatok nya, kayaknya gak perlu make-up deh, soalnya nanti scene nya di sekolah gitu", jelas kak Lisa-makeup artist-sambil mencabut colokan(?) dari stopkontak. "Yaudah aku keluar dulu ya, mau makan siang", lanjutnya sekalian pamit. 1-2 menit berlalu, gue dan Salsha sama-sama gak memulai pembicaraan apa-apa. Sampai akhirnya Salsha membuka mulutnya.
"Lyr, lu kira-kira bakal cinlok gak sama Iqbaal?", tanya nya tiba-tiba.

Hah? Si Salsha kenapa tiba-tiba nanya begini? Tanpa menutupi raut wajah bingung gue, gue balik nanya.

"Kok tiba-tiba ngomong gitu, Sal? Kenapa?"
"Ya ngga, soalnya gue sama Aldi pacaran gara-gara sinetron ini sampe sekarang", jawabnya. Namun dengan muka lesu dan gak semangat, beda banget sama muka nya sebelum dia menjawab pertanyaan yang gue lontarkan.
"Loh? Kok muka nya sedih gitu? Harusnya lu seneng dong", tanya gue.
Muka nya malah tambah sedih. Mata nya menatap kosong tembok berwarna putih yang ter-cat rapih di ruangan ini.
"Hmm, Sal, maaf ya kalo gue lancang atau gimana, tapi lu boleh cerita sama gue kok, gue janji gue bakal bantu sebisa mungkin", ujar gue mencoba menenangkan Salsha. Walaupun gue baru kenal sama dia, tapi gue rasa gue harus ngobrol banyak sama dia.
"Lyr, gue bener-bener lagi mikirin satu hal. Satu hal yang ngeganjel banget di hubungan gue sama Aldi", jawabnya mulai menatap mata gue. Gue mengerutkan dahi. Maksudnya apa?
"Maksudnya?", tanya gue polos. "Gue sama Aldi kan beda agama, Lyr", jelasnya. "Loh? Emang kenapa kalo beda agama? Agama bukan alasan buat ngehalangin cinta kan?", tanya gue.
"Gak, Lyr, agama itu penting dalam suatu hubungan. Gue tau gue sama Aldi masih belom dewasa, umur masih 15 tahun. Tapi nyokap gue pernah pacaran 6 tahun sama cowo yang beda agama, mereka putus karena sama-sama sadar kalo agama lebih penting", jelasnya panjang lebar. "Lu mikir terlalu jauh, Sal", kata gue mencoba menenangkan (lagi). "Percuma gue jalanin hubungan ini kalo ujung-ujungnya putus juga. Buat apa?". Kalimat barusan... membuat gue gak bisa ngomong apa-apa lagi. Pikiran gue langsung menuju ke Iqbaal. Gimana kalo nanti gue suka sama Iqbaal? Apakah akan serumit hubungan Salsha sama Aldi?

[1] PERI CINTAKU -idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang