Heyyaaa! Balik lagi nii hehe. Seperti biasa, karena gabut xD kayaknya part ini aku bikin agak panjang sooo semoga gak bosen yaa! Vomments jan lupa eheh
Lyra's POV
"Gue tau lu nyari Iqbaal", kata Salsha sedikit berbisik tapi sangat jelas. Aduh, Salsha! Tau aja si! Gengsi kali gue!
Ia tersenyum jahil, menepuk-nepuk pundak gue pelan lalu berjalan keluar ruang make-up.
Oke, sip. Sekarang disini cuma ada gue sama Iqbaal. Iqbaal duduk di sofa di sebelah kiri gue yang jaraknya kurang lebih setengah meter dari posisi gue berdiri sekarang. Gue memutar balik badan gue, berjalan ke arah meja rias, lalu menaruh kembali catokan yang gue genggam ke atasnya. Gue terdiam sebentar. Sumpah, yang kedengeran cuma hembusan nafas, bunyi AC, sam bunyi hentakan kaki gue. Gue melirik sedikit ke Iqbaal lalu dengan cepat menoleh ke arah cermin meja rias lagi. Dia lagi ngeliatin gue dengan tatapan aneh. Aduh, elah! Gue memutar badan gue lalu berjalan ke arah pintu dan memilih untuk keluar dari ruangan hening ini. Belum sampai ke ambang pintu, langkah gue dihentikan lagi.
"Lyr", panggil cowo yang ada di ruangan ini berdua sama gue.
Deg!
Mampus-gue. Gimana nih? Pelan-pelan gue menoleh ke arah Iqbaal dengan tatapan tegang.
"Tegang amat, duduk sini", katanya sambil tersenyum tipis sambil menepuk-nepuk sofa di sebelah kirinya. Ahhhh syukurlah dia gak jadi marah! Gue paling ga bisa menyembunyikan sesuatu. Jadi muka seneng gue langsung keliatan.
"Udah gak marah lagi nih?", tanya gue antusias. Dia belum bereaksi apa-apa, dia cuma tersenyum gemas memperlihatkan deretan gigi nya. Gue langsung duduk di sebelah kiri Iqbaal.
"Aduduh!", jerit Iqbaal. Gue merasakan sesuatu gue dudukin. Tangan Iqbaal! ADUH! Reflek gue langsung berdiri malu. MATILAH! Oke, Lyr, santai.
Gue berusaha tenang dan duduk lagi di samping kiri Iqbaal.
"Seneng banget ya baikan sama aku?", ledeknya sambil mengibas-ngibaskan tangan kirinya yang tadi gue dudukin. Sesekali ia meringis. Padahal gue tau pasti tangannya sama sekali gak sakit.
"Empuk juga", bisiknya sambil mendekatkan wajahnya ke kuping kanan gue. APAAN SIH NIH ORANG!
"Apaan sih bahas begituan!", jerit gue lalu memukul lengan kiri Iqbaal.
"Yee, gausah merah gitu kali mukanya", lanjutnya sambil menusuk pipi kanan gue dengan telunjuknya. Oh, berani ya dia ledekin gue. Oke. Gue bales lu, Baal!
"Eh, tau gak, gendongan Aldi enaaak banget", ujar gue bohong ke "pacar" gue. Dia yang sedari tadi cengengesan karena adegan "dudukin tangan" itu tiba-tiba memasang muka kesal. AHAHAHA! Gue nahan ketawa gue lalu melanjutkan kalimat gue untuk tambah manas-manasin dia.
"Lebih enak dari gendongan kamu, deh! Dia kayaknya nge-gym tuh, aduhh pengen lagi deh", ejek gue makin menjadi-jadi. Raut muka dia makin kesal. Dia memandang asal ke depan. ADUH GAK KUAT DEH NAHAN KETAWA! KOMUKNYA YAAMPUN!
"AHAHAHA BECANDA WOY! HAHAHA GILA GILA KOMUK WOY KOMUK AHAHAHH", ujar gue sedikit menjerit sambil tertawa terbahak-bahak. Dia hanya melirik gue kesal lalu memandang ke depan lagi. Gue berhenti tertawa. Kok jadi dia yang ngambek? Ah! Kenapa gak gue bales ngambek lagi aja? Nah, boleh tuh.
"Eh, situ tadi ngapain hah sama Salsha? Rapet amat mas duduknya", kata gue ketus lalu menggeser posisi duduk gue ke arah kiri agar tidak terlalu dekat dengan Iqbaal.
Iqbaal membulatkan matanya seakan tidak menyangka kalo gue bakal ngomong kayak gitu.
"Kalo aku kan jelas, digendong karena luka. Kalo kamu? Apa?", desak gue. HAHA MAMPUSLU BAAL.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] PERI CINTAKU -idr
FanfictionSaat keyakinan menghalangi cinta. Saat cinta terhambat oleh keyakinan. Saat kita mulai jatuh cinta dengan seseorang yang "berbeda" dengan kita. Rasanya bahagia, tapi aneh, sakit, semuanya bercampur menjadi satu. Akankah cinta dapat mengalahkan segal...