Epilogue

5.9K 393 20
                                    

¶¶¶


"Hai!", sapa Aldi yang sedang menggandeng tangan gue kepada kedua temannya sambil membuka pintu ruangan take vocal.

Kiki dan Iqbaal sudah berada di dalam. Selain mereka berdua, ada juga seorang perempuan cantik berambut sebahu di samping Iqbaal. Mereka bertiga sedang duduk di sebuah sofa panjang.

"Tai telat mulu lu Di", ujar Bang Kiki sambil berdiri lalu bertos dengan Aldi.

"Yee ini Lyra dandannya lama bat sumpah", ujar Aldi sambil terkekeh lalu bertos dengan Iqbaal.

3 bulan berlalu, dan mungkin permasalahan antara gue, Iqbaal dan Aldi sudah agak terlupakan.

"Paling-paling deh lu, Lyr. Udah cantik mau dandan kayak gimana lagi sih?", gombal Bang Kiki.

"Aaah sa ae ih abang, gemesh", canda gue lalu memeluk gemas Bang Kiki dari samping.

"Heh heh!", ujar Aldi sambil melepaskan pelukan gue dengan Bang Kiki.

"Ah tai! Gak bisa liat orang seneng aja lu, Di", protes Bang Kiki.

Aldi memanyunkan bibirnya ke arah gue.

"Uuuucucucu si mongki ngambek", ledek gue sok imut sambil mencubit kedua pipinya. "Becanda sayang", ujar gue lalu mencubit perutnya keras.

"Aduduh! Hobi banget cubit-cubit ya! Aku ngegemesin emang cuma ya biasa aja kali", ujar Aldi pede. Najiz.

"Eh, ada Zidny yak!", ujar Aldi tiba-tiba. Gue menoleh ke arah perempuan yang sedang tersenyum manis lalu bersalaman Aldi. Kemudian gue beralih menatap Iqbaal. Laki-laki itu sedang menatap dalam mata gue, lalu ia dengan cepat membuang muka setelah gue memergokinya sedang menatap gue.

"Eh, hai", sapa gue kepada perempuan itu sambil mengulurkan tangan. Ini pertama kalinya gue bertatap muka langsung dengan pacarnya Iqbaal ini.

"Zidny", ujarnya memperkenalkan diri sambil tetap tersenyum manis. Keliatannya dia baik.

"Lyra. Salam kenal ya, Zid!", balas gue dengan nada dan senyum ramah lalu melepaskan jabatan tangan gue dengannya. Sok ramah lebih tepatnya.

•••
"Aku suka sama kamu, kamu suka sama dia, dia suka sama temanmu, temanmu suka sama aku. Kalau maunya hatiku suka saja..."

Iqbaal, Aldi, dan Kiki sedang melakukan take vocal di dalam sebuah ruangan di depan gue sekarang. Sebuah kaca besar transparan membatasi gue dengan mereka. Ralat, gue dan Zidny. Tersisa gue dan Zidny di sofa panjang di depan ruang take vocal tersebut.

"Lo mantannya Iqbaal kan, Lyr?", tanya Zidny tiba-tiba. Nadanya tidak terdengar jutek, kasar, ya pokoknya gak terdengar antagonis lah. Dia malah senyum ramah nanyanya.

Gue menoleh, "ya... gitu". Gue tertawa hambar.

"Gue tau banget, kalo dia sebenernya masih sayang sama lo", ujarnya sambil menatap Iqbaal yang sedang bernyanyi di dalam ruangan ber-kaca transparan itu.

Gue tertawa pelan.

"Gak gitu kali, Zid. Perasaan lo aja kali"

"Perasaan gue? Gak kok Lyr, dia ngaku sendiri ke gue kalo dia masih sayang sama lo. Ya itu alasannya kenapa gue sama dia gak pacaran sampe sekarang"

Hah?

"Gak pacaran?", tanya gue bingung.

"Iya, enggak. Lu pasti mikir kita pacaran kan gara-gara media?"

Gue mengangguk cepat.

"Dia bilang gini, "mungkin suatu saat gue bakal suka sama lo, tapi gak sekarang. i'm not ready to make a new start with any other girl" gitu. Persis. Dia bilang gitu", jelas Zidny.

A new start?
Dia... dia inget kata-kata gue.
Kenapa dia gak jadian sama Zidny?

"Gue sayang sama Iqbaal", ujar Zidny.

"Maaf, Zid..."

"Sama sekali bukan salah lo, Lyr. Bukan salah siapa-siapa"

"Gue yakin suatu saat lo sama dia bakal sama-sama", ujar gue menenangkan.

"Gue harap juga gitu. Tapi...
Kalo takdir berkata lain? Gimana?"

¶¶¶

Epilogue macam apa coba:')
Maaf kalo gajelas ya:')
I'll publish the sequel soon!

[1] PERI CINTAKU -idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang