21: A New Start (FINALE)

5.9K 398 40
                                    

¶¶¶


Iqbaal's POV
Pintu rumah Lyra mulai terbuka.

"Iq...baal?", ujar cewek yang gue cintai ini dengan canggungnya. Senyuman gue luntur melihat seorang laki-laki melingkarkan tangan kirinya di pundak Lyra.

Gue memaksakan sebuah senyuman di bibir gue sambil menatap Lyra, lalu beralih menatap Aldi.

"Eh, ada lo Di", sapa gue malas, disambut dengan senyum tak ikhlas dari Aldi.

Hening.
Canggung.
Kaku.

Gue benci banget keadaan kayak gini. Dan gue benci banget liat Aldi sama Lyra berduaan.

"Gue gak boleh masuk?", tanya gue memecah keheningan.

"Eh-iya, boleh Baal, masuk", jawab Lyra mempersilahkan gue masuk, masih dengan suasana kaku yang gue benci ini.

"Mau minum apa?", tanya Lyra saat kita bertiga duduk di sebuah sofa panjang pada ruang tamu Lyra.

"Stop acting awkward, Rak. Ini pacar kamu sendiri", ujar gue.

"Mantan pacar, maksud lo?", sindir Aldi datar. Sejak kapan gue putus sama Lyra?

"Sejak kapan gue putus sama Lyra? Mending lo diem deh. Gue lagi males ngotorin tangan buat nonjok...", ujar gue tidak tuntas. Sebelum gue menyelesaikan kalimat gue, Lyra memotongnya.

"Sejak hari ini", potong Lyra. Mata gue membulat. Hah? Gue bahkan baru tau.

"Rak?", panggil gue tak yakin.

"Stop calling me 'Rak'. You're not my Baaliq anymore", ia menundukkan kepalanya. "Aku mau putus", ujarnya sendu.

"Putus?", tanya gue pelan. "Kamu gak serius, aku tau", lanjut gue lagi.

"Sayangnya, aku serius", ujarnya lalu menatap mata gue dalam. Gue masih merasakan cintanya buat gue dari tatapan itu.

"Kenapa harus putus Rak? We can talk about this", kata gue.

"Stop panggil aku dengan sebutan itu. I'm saying this once again, you're not my Baaliq anymore", jawabnya.

"Kasih aku alasan kenapa kita harus putus, and then I'll be going", ujar gue pasrah.

"Karena... aku sayang sama Aldi. Dan kita gak bisa selamanya sayang sama dua orang kan? Gimanapun, cepat atau lambat, kita harus milih. Iya kan?", jawab Lyra pelan. Gue menatapnya tak percaya. Kalimat barusan... entah kenapa berhasil membuat gue luar biasa sedih.

"Cukup?", tanya Aldi dengan wajah datar. Gue udah gak peduli sama Aldi. Sama sekali. Perasaan gue terus berkecamuk. Mata gue dan Lyra masih berpandang-pandangan. Gue yakin hati dan mulut Lyra tidak sinkron sama sekali.

Perlahan gue berdiri, hendak melangkah keluar dari rumah ini.

"Gue boleh minta dua hal terakhir gak dari lo?", tanya gue sambil menatap lekat mata Lyra. Dari tadi gue sama sekali gak ngelirik ke arah Aldi. Cukup mual gue ngeliat muka senga nya.

"Hm?", gumamnya sambil tersenyum tipis. Tolong jangan senyum kayak gitu. Gue bener-bener makin gak karuan.

"Pertama, tolong jangan remove atau block semua contact atau sosmed gue", ujar gue.

Lyra mengangguk pelan sambil masih tersenyum tipis.

"Kedua...", ujar gue menggantung. "Last hug?", pinta gue sambil merentangkan kedua tangan gue.

[1] PERI CINTAKU -idrTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang