Haaaaai!
Terima kasih+++ buat kalian yang udah baca, vote, comment, apalagi masukin story ini ke readinglist/library. Maaciiii banget ya yampun:' uda ah happy readinggg!❤"Udah-udah ah, ke mobil yuk", ajak Aldi yang baru saja membuka suara. Kita ber-7 akhirnya berjalan keluar lobby. Gue, Aldi, Amel, dan Endy ikut mobil Kak Pat, sisanya ngikut Iqbaal di mobil crew yang satu lagi. 2 mobil lain sengaja disewa lebih gede dari mobil Kak Pat, karena crew yang ikut tidak sedikit, belum lagi make-up artist. Gue sengaja ngikut mobil Kak Pat, padahal gue bisa aja ikut mobil yang satu lagi. Tau kan alesannya? Tau dong? Tau lah. Ya gt deh:(
Sesampainya di tempat tujuan-Candi Borobudur-gue, Aldi, Amel, Endy dan Kak Pat pun turun dari mobil. Kak Pat berjalan paling depan, Amel dan Endy mengikuti dari belakangnya, sementara gue dan Aldi berjalan beriringan di paling belakang. Oh iya, gue belum kasih tau kalo sejak hari pertama shooting, kita menyewa sebuah rumah kecil yang cuma berukuran sekitar satu petak untuk menjadi ruang istirahat sekaligus ruang make-up bagi kita selama shooting di Candi Borobudur.
Sekarang, gue dan semua anak CJR Elovii + beberapa make-up artist sedang berada di ruang istirahat ini. Kak Pat dan crew-crew lainnya sedang mempersiapkan peralatan-peralatan shooting diluar. Gue dan Aldi sedang duduk bersampingan di atas kursi lipat sambil membaca-baca script masing-masing. Sampai tiba-tiba Kak Pat masuk.
"Yuk take scene satu yuk, semangat!", teriaknya sambil menepuk kedua telapak tangannya dua kali. "Scene satu Iqbaal sama Lyra kan, ya?", tanya Kak Pat memastikan sambil mengambil script di tangan gue kemudian membuka halaman ke-4.
"Yuk Iqbaal Lyra", ajaknya sambil menatap gue dan Iqbaal bergantian kemudian menyerahkan kembali script yang barusan ia pegang kepada gue. Setelah itu, Kak Pat langsung berjalan keluar dari ruangan ini.
Iqbaal ikut melengos keluar sepersekian detik setelah Kak Pat keluar. Wajahnya terlihat (sangat) datar, ditambah lagi dia sama sekali tidak menegur atau mengajak gue keluar. Melirik pun enggak. Tingkah kita sekarang benar-benar kayak orang gak kenal.
"Di, gimana nih?", tanya gue cemas ke Aldi yang duduk di samping kiri gue setelah melihat Iqbaal keluar.
"Santai aja, nanti pas take, anggep aja itu gue", jawabnya sambil tersenyum pede. Gue langsung berpura-pura muntah sambil memegang bagian depan leher gue lalu berjalan keluar meninggalkan Aldi dengan perasaan gue yang masih sangat cemas. Gue berkali-kali melakukan inhale exhale (tarik-buang nafas) sembari berjalan menuju candi.
"Mau reading dulu gak?", tanya Kak Pat saat gue dan Iqbaal sudah berdiri bersebelahan (jauh-jauhan tapi) di depan candi. Ya, hanya gue dan Iqbaal. Scene ini cuma diisi sama gue dan Iqbaal. Kita gak pake figuran, karena orang-orang yang emang bener-bener lalu lalang di belakang kita juga udah cukup meramaikan.
"Gak usah", jawab gue dan Iqbaal... berbarengan. Ya, berbarengan. Gue dan Iqbaal otomatis tatap-tatapan canggung, kemudian gue langsung membuang pandangan gue ke arah Kak Pat.
"M-mulai langsung aja, Kak!", usul gue gugup sampe gagap. Iyak gitu.
"Yaudah yuk, bisa ya yakin?", tanya Kak Pat memastikan. Gue mengangguk pasti. Karena kalo gue pake acara reading-readingan sama Iqbaal, bisa mati gaya gue! Gila kali.
"Camera, Rolling... and, Action!", tegas Kak Pat dengan toa/speaker/apalah itu namanya sambil duduk dengan kursi lipat di depan sebuah layar monitor kecil.
Gue berjalan sendirian masuk ke frame dengan wajah kagum sambil celingak-celinguk memperhatikan sekitar. Bener-bener kayak orang norak. Tangan kanan gue memegangi topi bundar yang sedang gue kenakan.
"Waah", gumam gue masih celingak-celinguk.
BRUK!!
"Awww!", jerit gue kesakitan. Adegannya adalah, ceritanya gue-Inka-kan lagi study tour tuh di Jogja, terus jatoh gitu, terus nanti Iqbaal nolongin. Tapi masalahnya, adegan pura-pura jatoh ini tuh lecet dan sakitnya beneran. Gue gak sengaja jatohin diri gue terlalu kenceng, sehingga lutut dan sikut kiri gue beneran luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] PERI CINTAKU -idr
FanfictionSaat keyakinan menghalangi cinta. Saat cinta terhambat oleh keyakinan. Saat kita mulai jatuh cinta dengan seseorang yang "berbeda" dengan kita. Rasanya bahagia, tapi aneh, sakit, semuanya bercampur menjadi satu. Akankah cinta dapat mengalahkan segal...