Chapter 14

1.1K 38 15
                                        

AUTHOR

Lou menyiapkan sarapan untuk Alex dengan cepat. Ia merasa badannya mulai tidak enak sejak ia bangun tadi. Beberapa kali ia merasa kepalanya pusing kemudian pandangannya kabur. Kadang ia merasa bahwa semua benda yang ada didepan kepalanya berputar. Namun saat ia mulai memfokuskan penglihatannya, benda benda tersebut diam. Ini sudah dua hari sejak kejadian udang yang terjadi pada dirinya. Selama dua harinya itu, ia tidak berani bertemu dengan Alex dan Alex hanya diam. Ia tidak mau bertindak apa-apa.

Dua hari ini juga Alex mengurung diri dikamarnya. Tidak jelas apa yang ia lakukan didalam kamar, namun jika Lou memanggilnya untuk sarapan dan makan siang ataupun makan malam, ia hanya menanggapinya dengan kata ‘iya!’ setelah itu dia turun kebawah, memakan makanan yang ada dan pergi kekamarnya lagi setelah selesai. Lou menduga bahwa ia telah menyesal dengan apa yang telah ia perbuat kepadanya. Namun, ia masih tidak berani untuk berbicara pada Alex.

Setelah membuat sarapan, Lou kembali kekamar dan merebahkan diri di kasur. Beberapa saat kemudian, ia mendengar dentingan piring yang menjelaskan bahwa Alex telah turun untuk memakan sarapannya. Lou sedikit tersenyum. Walau hanya memakan sarapan yang telah ia sediakan, itu berati Alex tidak terlalu benci kepadanya. Sejenak ia membaringkan dirinya diatas kasur dan memejamkan matanya. Ia merasa kepalanya berdenyut dan semakin lama semakin kencang.

Setelah itu, ia merasakan adanya air yang mengalir dari hidungnya dan ketika ia menyapunya, darah. berwarna merah segar. Lou terlonjak kemudian berlari menuju wastafel. ia membersihkan hidungnya dari darah namun darah itu terus mengalir. Ia bersandar pada tembok disebelahnya dan merasakan kepalanya terus berdenyut.

“ Lou!! Louis Madison, where are you?! ” Teriak Alex memanggil Lou. Lou akan menjawab tapi tidak ada satupun kata yang keluar dari mulutnya.

“ Lou Sampai hitungan ketiga kau tidak datang aku akan..... ”

Lou sudah tidak mendengar apa-apa sejak itu karena tiba-tiba tubuhnya limbung dan pandangannya hitam.

ALEX

            Berkali-kali aku memanggil namanya, tapi ia tidak datang juga. Mau anak itu apa?

“ Lou, sampai hitungan ketiga kau tidak datang aku akan melakukan sesuatu yang lebih dari yang kulakukan kemarin! ”

Dia tidak datang juga. Bahkan menyahut saja tidak.

“ One... ” tidak ada jawaban dan Lou tidak datang.

“ Two... ” tidak ada tanda-tanda bahwa ia menjawab ancamanku atau apa-pun.

“ Fine! Three ” Aku bangkit dari kursi makan dan menuju kekamarnya. Aku melihat pintunya tertutup rapat. Pasti anak ini tidur. Lihat saja apa yang akan kulakukan padanya.

            Aku mengambil ember dari dapur dan mengisinya dengan air. Kemudian membawanya kedepan kamar Lou. Aku mencoba membuka pintunya tapi tidak bisa.

“ Lou?! Buka pintunya sekarang! ” aku mengedor pintu kamarnya. Tidak ada jawaban dari dalam. Fine! Aku akan mendobraknya, dan dia akan tau apa yang akan kulakukan.

BRUK!! BRUK!!

            Dan aku berhasil mendobraknya. Pintu kamar Lou terbuka dan Lou tidak ada dikasurnya.

“ Lou! Where are you?! ” aku pun mencari ke kamar mandi Lou dan menemukan ia tergeletak dilantai.

“ Dirty girl... You have a bed and now you sleeping here? ” aku hendak mengambil ember yang ada didepan kamar Lou tadi. tapi aku melihat ada sesuatu yang menggenang dilantai. Cair dan berwarna merah.

            Aku menghampiri tubuh Lou dan melihat ia mengeluarkan darah dari hidungnya.

“ Lou?! ” aku menggoyang goyangkan badannya tapi ia tetap tidak sadar. Sesekali aku menepuk pipinya bahkan dengan keras tapi ia tidak bangun juga.

“ Kau kenapa sih?!! ” aku mengangkatnya dan mengendongnya menuju mobil. Aku tidak tau kenapa aku peduli kepadanya sampai-sampai aku berfikir aku harus secepatnya membawa Lou kerumah sakit.

            Darah. Ya karena darah. Aku pernah melihat mom bersimpah darah. Dan sejak itu aku tidak mau melihat orang yang ada dikehidupanku bersimpah darah seperti mom. Mungkin karena itu alasannya aku langsung membawa Lou kerumah sakit.

            Dijalan, aku tidak konsentrasi menyetir. Bayang- bayang mom yang meninggal dengan banyak darah, dan sekarang Lou yang ada disampingku. Darah dari hidungnya juga terus mengalir padahal sudah kusumbat dengan tissue.

“ What should i do??! ” aku memukur stir mobil. Hatiku seperti terbelah dua. Sisi lain dari hariku menyuruhku untuk memutar balik mobil dan kembali kerumah. Tentunya untuk membuat Lou tetap sadarkan diri dan membuatnya menderita seperti tujuan awalku. Namun, disisi lain, hatiku berkata aku harus membawa Lou kerumah sakit dan mengetahui apa yang terjadi pada Lou.

            Aku pun mengikuti arah otakku berfikir dan otakku mengatakan aku harus membawa Lou kerumah sakit. Ya. Itu yang harus kulakukan. Aku tidak mau anak-yang baru kuketahui mirip mom ini- meninggal. itu yang ada difikiranku sekarang.

            Aku sampai dirumah sakit dan langsung memanggil suster untuk membawa Lou keruang gawat darurat.

“ Please take care her ” kataku kepada suster yang membawa Lou. Ia hanya mengangguk dan kembali mendorong dipan Lou masuk kedalam ruangan. Aku pun duduk diatas kursi dan menunggu dokter keluar dari ruangan.

            God? What have i do? Seharusnya aku membuatnya menderita seperti niatku dari awal. Aku harusnya bersyukur Lou mengalami hal ini. tapi kenapa aku harus membawanya kerumah sakit dan takut kalau ia mati. Kenapa niatku berubah hanya karena melihat darah yang keluar dari hidungnya? Apa sebegitu takutnya aku pada darah sejak mom meninggal?

            Mungkin mom, dad, dan Sam sedang benci kepadaku karena membiarkan penghancur kehidupan kami itu diserahkan pada dokter dan diberi penanganan? Apa mungkin mereka sedang berusaha mencegahku untuk membiarkan Lou sehat dan baik-baik saja? Apa itu mau mereka?

            Aku minta maaf. Aku tidak tau tapi hatiku menolak melakukan itu. Aku tidak bisa melakukannya. Aku tidak bisa melihat kesekian kalinya orang dari kehidupanku menghilang lagi. Kali ini, hanya dia yang ada kehidupanku. Sisanya dari semua keluargaku. Hanya kali ini. mungkin masih ada dad. Tapi.... aku tidak tau kapan ia akan kembali.

            Suara decit pintu membuyarkan lamunanku dan seorang dokter pun keluar dari pintu itu.

“ What happend with her? ” tanyaku langsung menghampiri dokter tersebut. Dia menghela nafas kemudian menjawab dengan pelan.

“ I need to tell you something. Follow me ” dokter itu berjalan kearah sebuah ruangan dan aku mengikutinya dari belakang. Dengan cepat, dokter itu menyuruhku duduk dihadapannya.

“ Apa yang terjadi padanya? Ia tidak apa-apa kan? ”tanyaku cepat.

“ Sudah berapa lama ia mengalami hal seperti ini? ” dokter itu bertanya balik padaku. Aku terdiam.

“ Mungkin baru kali ini dok... sebelumnya aku tidak tau ”

“ Mungkin dia bisa menjelaskannya ketika ia bangun ”

“ Memangnya apa yang terjadi padanya, dok? Tell me! ” seruku cepat.

“ Berdasarkan hasil pemeriksaan.... ” dokter itu terdiam dan melepas kacamatanya.

“ Ya? ”

“ that girl have a cancer ”

-------------------------------

HAYHAYHAAAY!! Maaf banget nih nge uploadnya dikit banget. maklum lagi UN-____- ini aja sempet-sempetin nge upload. Oh iya.. aku minta bantuan ya.. tolong kasih saran. mending Alexnya jadi baik sekarang, atau dia tambah jahat lagi? Oke ini agak spoiler tapi.... would you help me?:) Bantu di comment yaa... thanks

Without HappyWhere stories live. Discover now