Hey..hey..hey.. I’m back!! Hhh... akhirnya bisa nyelesaiin chapter ini deh *partyy* Maaf ya kalo agak ga jelas atau gimana gitudeeh... hehehe agak ga konsen bikinnya dan berusaha untuk konsen. Jadinya begini dehh... Keep voting+comment ya teman-teman
LOU
Aku merasa ada sesuatu yang menindih tangan kiriku. Karena saat aku mencoba menggerakan tanganku, rasanya berat. Dengan terpaksa aku membuka mata dan melihat kearah jam terlebih dahulu. Pukul tiga pagi. Masih sangat pagi untuk bangun. Sesaat kemudian benda yang berada diatas tanganku bergerak. Aku menoleh dan menemukan seseorang yang tertidur.
“ Alex?! ” Aku menggumam tidak percaya. Yap. Dia yang tidur disebelahku sekarang. Dia berjaga malam ini dan menemaniku? Aku tidak percaya.
Tubuh Alex bergerak dan kemudian ia mengangkat kepalanya. Ia melihat kearahku dan kemudian mendesah.
“ Kenapa kau bangun pagi sekali dan membangunkanku?! ” dia mengusap matanya dan menguap “Dasar merepotkan!” Aku menunduk berusaha menyembunyikan kepalaku dibalik selimut walaupun aku tau itu tidak akan berhasil.
“ Kenapa kau tidak pernah bilang kalau selama ini kau sakit? Atau lebih tepatnya menahan sakit? ” Alex menatap tajam kearahku. Aku tau dia marah karena aku sudah merepotkannya dengan cara aku dirawat disini.
Aku menjawab pertanyaan Alex hanya dengan gelengan. Alex mendecak.
“ Jika kau beri tau aku lebih awal, aku tidak perlu keluar uang semahal ini! ” Aku hanya menunduk ketika ia berbicara dengan nada seperti itu. Tapi tunggu dulu. Mengapa Alex berkata bahwa ia mengeluarkan uang banyak? Apa penyakitku separah itu sampai Alex mengeluarkan uang banyak?
" Memangnya aku sakit apa? " tanyaku padanya. Ia sedikit terkejut dan mengangkat wajahnya. Wajahnya terlihat seperti orang kurang tidur dan stress.
" Emm.. you don't know? " tanyanya. Aku menggeleng. Dia menangkupkan kedua tangannya ke wajah dan menghela nafas panjang.
" Biarlah dokter yang memberi tahu mu " Alex berdiri kemudian menuju kearah pintu.
" A.. Alex! " Aku memanggilnya dan ia berbalik badan.
" Umm.. Thanks " Aku tersenyum padanya dan yang aku dapat hanya wajah datar yang tidak membalas ucapan terima kasihku. Ia pun melangkah keluar dengan cepat.
-----------
AUTHOR
Alex duduk diluar ruangan dan mendesah beberapa kali. Memikirkan bagaimana cara memberti tau Lou tentang penyakitnya. Sudah seharusnya ia tidak memberitahu Lou tentang Leukimia itu. Biarlah dokter sendiri yang memberi tahunya. Mungkin ia sendiri juga tidak akan tahan untuk memberitahu Lou. Mungkin saja nanti disaat ia memberitahu Lou, suaranya tiba-tiba akan berubah menjadi serak.
Biar bagaimana pun, ia masih tidak mau Lou mengetahui isi hatinya yang sebenarnya. Ia tidak mau bahwa Lou mengetahui bahwa Alex sudah menyerah menjadi kakak yang jahat. Ia tau perbuatannya dimasa lalu telah membuat Lou menjadi sakit seperti ini. Dan ia tidak mau mengulang kesalahannya dua kali.
Alex akan bersikap bahwa ia tidak peduli pada Lou dihadapan gadis itu. Ia akan tetap menjadi Alex yang angkuh.
" Alex Madison, right? " seorang suster membuyarkan lamunan Alex.
" Yes. What's wrong? " Alex bangkit dari duduknya dan menghadap suster yang ada didepannya.
" Saya hanya ingin memberitahu bahwa mungkin tiga hari kedepan, adik anda sudah bisa pulang dan dirawat dirumah "
Mata Alex berbinar mendengar itu " Really? Thanks god! "
Suster itu hanya tersenyum kemudian memberikan sebuah kertas.

YOU ARE READING
Without Happy
Ficção AdolescenteSeseorang yang tidak pernah bahagia dan menjalani sisa hidupnya dengan seorang kakak yang sangat membencinya ditambah dengan penyakit yang secara perlahan menggerogoti tubuhnya.