LOU
Aku tau Alex akan mengatakan hal itu. 'Nanny atau pembantu' memang cocok untuk panggilanku. setiap hari aku memang selalu disuruh suruh membereskan rumah, memasak makan siang; makan malam, dan semua hal yang berbau pekerjaan aku yang mengerjakan. aku memang berusaha untuk tidak melawan karena aku tidak mau Alex marah padaku.
Tapi kalau boleh jujur, aku sedikit kaget dengan cara Alex memanggilku dengan sebutan 'Nanny'. aku tau aku memang tidak berguna dan hanya membuat onar disini. tapi dari kata 'Nanny' itu berati aku benar benar tidak ia anggap sebagai saudara ataupun adik. bukan siapa siapanya. aku ingin menangis, tapi apa gunanya?! Apa mungkin jika aku menangis kemudian Alex akan menganggapku adiknya? Tidak! itu tidak akan mungkin. jadi aku berusaha menahan dan mematuhi semua perintahnya.
Semua teman teman alex terlihat sangat bersemangat mengkuti irama lagu dari tape. suaranya yang keras membuat kupingku sakit. aku berusaha untuk tidak memperlihatkan ekspresi ketidak sukaanku terhadap lagu ini dan lebih fokus untuk menaruh minuman yang sedang aku pegang dimeja. aku mencoba berhati hati melewati mereka agar aku tidak tersenggol mereka yang sedang berjoget dengan bebas. namun, yang ku khawatirkan akhirnya terjadi juga. salah seorang teman Alex menyenggol tanganku dan membuat semua minuman yang aku pegang tumpah. seketika semua orang yang ada diruangan itu memandangku. Teman Alex yang menyenggolku pergi menjauh untuk menyembunyikan kesalahannya.
Cairan berwarna merah itu tumpah keatas karpet berwarna putih lembut yang berada dibawahku. beserta pecahan gelasnya juga. Aku kaget karena aku tau karpet ini adalah karpet kesayangan Alex dan aku telah mengotorinya. bukan. itu bukan sepenuhnya salahku.
" Lou! Apa kau gila? " Alex terlihat shock dan berjongkok menatap karpetnya. setelah itu dia berdiri dan mengacak acak rambutnya.
" GOOD!!! Henley! Matikan musiknya! " perintahnya cepat setelah ia berdiri. salah seorang temannya yang bernama Henley itu menuju tape dan menekan tombol off. ruangan yang tadinya benar benar penuh oleh udara seakan akan terisap oleh sesuatu dan membuat ruangan ini sunyi seketika.
" kau gila! ini Karpet kesayanganku! berani beraninya kamu menumpahkan minuman keatasnya " Alex menunjuk nunjuk noda yang ada dikarpetnya. wajahnya tiba tiba memerah sama seperti noda di karpet itu.
" Maaf Alex! Saya benar benar tidak sengaja! " jawabku terus terang " Tadi salah satu temanmu ada yang menyenggol tangan saya dan dengan tidak sengaja aku menumpahkan semua minuman yang saya pegang "
Alex berputar 180 derajat menatap teman temannya.
" Siapa yang menyenggolnya? " tanyanya kepada semua temannya. semua temannya tidak ada yang mengaku. termaksud teman Alex yang sudah menyenggolku tadi.
" kau percaya padanya Lex? That's so stupid! " ucap salah satu temannya.
" maksudmu? "
" Mungkin saja dia berbohong. mana ada pelaku yang mau jujur atas tindakannya " kata temannya lagi. Alex seperti sedang berfikir. setelah itu ia menatapku.
" Apa bisa aku percaya padamu? " tanya Alex dengan seram. aku tidak berani menatapnya, itu tatapan yang sama ketika aku menumpahkan semua isi toples kelantai. dan saat itu Sam masih ada sehingga ia masih bisa menahan Alex untuk tidak menatap kepadaku. tapi kali ini, Sam tidak ada. dan tidak ada yang bisa mencegah Alex untuk tidak menatapku.
" Sudahlah....! Guys kita pergi saja darisini. aku muak lama lama berada dengan seorang pembuat masalah " alex berhenti menatapku dan mengambil tasnya di sofa " Jangan Lupa bersihkan itu. dan aku mau lihat karpet itu sudah bersih ketika aku pulang! " Perintah Alex. aku hanya bisa mengangguk tanpa mengatakan apapun.
" Satu lagi. aku tidak mau karpet itu rusak. jadi kau harus mencucinya sendiri dengan tanganmu, dan satu lagi..... " Alex berjalan cepat kearahku. mengambil satu gelas diatas meja dan menumpahkannya diatas kepalaku.
" Owww... that's really good, Alex " ucap teman temannya sambil tertawa. mereka semua bertepuk tangan.
" jangan lupa bersihkan yang itu juga! " Alex menaruh gelas itu kembali dengan kasar dan pergi keluar dengan membanting pintu. aku belum berani untuk berdiri ataupun bergerak. setelah beberapa menit, aku mengusap wajahku.
" Sam!! bolehkan aku menangis sekarang? "

YOU ARE READING
Without Happy
Novela JuvenilSeseorang yang tidak pernah bahagia dan menjalani sisa hidupnya dengan seorang kakak yang sangat membencinya ditambah dengan penyakit yang secara perlahan menggerogoti tubuhnya.