Lou
Aku mendengar perang mulut antara Sam dan Alex baru saja di meja makan. sekarang yang aku lihat hanya Sam yang duduk di meja makan sambil menahan dagunya dengan kedua tangan. berkali kali dia mendesah kesal sambil memutar bola matanya. Alex sudah pergi sejak tadi dan sekarang entah dimana. mungkin di kamarnya. akhrinya ku putuskan, aku pun menghampiri Sam.
" Sam..." panggilku. sam mengadahkan wajahnya. menatapku.
" Ada apa, Lou? " tanya Sam cepat " Sini duduk "
Aku menarik kursi yang ada disebelah Sam dan duduk disitu. awalnya, aku dan Sam yang diam tanpa suara. aku meremas serbet yang ada ditanganku. entah tiba tiba aku gugup.
" Lou " panggil Sam. aku menoleh cepat. " Yang tadi jangan dipikirkan ya... "
Aku menunduk kebawah dan semakin memeras serbetku. kemudian mengangguk dan mengangkat wajahku kembali.
" Tidak apa, Sam. aku bisa mengerti. dan aku tidak masalah jika ia tidak mengakuiku adik " jawabku sambil menelan ludah dengan susah payah " walaupun aku sangat menginginkannya"
Sam membela rambutku sambil tersenyum. melihat senyumnya, aku merasa seakan itu senyuman Sam yang terakhir untukku. aku membalas senyumnya.
" Aku pasti akan membuat dia mengakuimu sebagai adik, Lou! aku janji " ucapnya tegas. aku mengangguk cepat.
" Aku percaya padamu, Sam " kataku. setelah itu, ia beranjak pergi dan naik ke lantai atas. aku menatap kepergiannya. Ya... sudah waktuku untuk kembali bekerja. dan aku harap Sam dan Alex tidak akan bertengkar kembali.
-----------------------------------
SAM
Aku benar benar tidak habis pikir. Alex tidak menghargaiku sebagai kakak! bahkan ia menghinaku! aku penasaran apa yang sudah dibuatnya selama 2 tahun ini saat aku pergi. ya, satu hal sudah aku ketahui. yaitu ia masih tidak mengakui bahwa Lou adalah adiknya. dan sekarang menjadikannya pembantu rumah. dulu ia tidak pernah seperti ini. tidak pernah marah marah, apalagi suka membentak. dulu kita berdua saudara yang akur.
Aku mengakuinya. memang sikap Alex berubah sejak kepergian mom dan kelahiran Lou. aku tau ia sangat menginginkan adik laki laki. dan aku juga. aku juga menginginkan satu adik laki laki lagi. awalnya, aku memang tidak suka dengan kehadiran bayi perempuan dirumahku. namun, melihatnya tidak dirawat oleh siapapun-Bahkan dad tidak mengakuinya- akhirnya hatiku luluh dan akhirnya aku mau menjaganya.
dad juga bersikap sama seperti Alex. dad hanya diam saja ketika melihat lou sudah bisa berjalan. dad juga diam saja ketika lou menangis lapar dan malah menyuruhku untuk memberi makannya. dan sekarang, dad entah dimana keberadaannya. dia sudah tidak pernah pulang. dia tidak bertanggung jawab atas kami. aku memang membenci dad karena ia menelantarkan Lou, tapi bagaimanapun dia ayahku. aku rindu padanya. sejujurnya, aku ingin seperti dulu. bercanda bersama, makan bersama, berkumpul bersama, dan semua yang kulakukan dengannya.
entah kenapa hari ini semua ingatan masa laluku berkumpul dalam otakku. semuanya. sejak aku masih kecil, sejak aku masih bisa berkumpul bersama keluargaku di bangku cat putih rumah sakit, saat aku tak kuat menahan tangisku saat melihat mom diletakan di liang lahat, saat aku membimbing Lou berjalan, semuanya............! semuanya kini berputar di otakku.
aku melangkah ke arah meja belajar. ku ambil kertas dan mulai menulis beberapa kalimat. aku sendiri bingung mengapa aku bisa menulis kata demi kata tersebut. seakan tangaku bergerak sendiri tanpa diperintahkan. aku ingin berhenti tetapi tidak bisa.
akhirnya, satu lembar penuh selesai aku tulis. aku mengangkat kertas itu. dan mulai membacanya.
" Tidak mungkin! " aku menggeleng gelengkan kepalaku kuat kuat. aku berkedip beberapa kali untuk memastikan bacaanku tidak salah. aku kembali membaca kertas itu lagi.

YOU ARE READING
Without Happy
Fiksi RemajaSeseorang yang tidak pernah bahagia dan menjalani sisa hidupnya dengan seorang kakak yang sangat membencinya ditambah dengan penyakit yang secara perlahan menggerogoti tubuhnya.