Hello guys!! Maaf ya untuk chapter ini kayaknya sedikit. Soalnya otak lagi agak stuck sama agak males2an. Makasih juga sama yang udah ngasih saran sama comment untuk chapter yang sebelumnyaJ keep reading and don't forget to vote+comment, kay!
---------------------
what? Cancer. No that's impossible! Bagaimana ia bisa terserang penyakit itu? Selama ini aku melihat ia sehat sehat saja dan tidak terlihat kalau ia sakit. Tak terkecuali ketika aku memberinya udang dan saat itu juga aku tau ia langsung berlari kearah dapur untuk mengambil Antihistamin. Tapi ini kanker.
" Cancer? Are you serious? "
Dokter didepanku ini hanya mengangguk.
" Kanker darah atau leukemia " Aku hanya terdiam mendengar penjelasan dokter ini.
" Sayang sekali kalau saya harus bilang ia terlambat dalam penganan kami " dokter itu membuyarkan lamunanku.
" Ma...Maksudmu dia.......? " No. aku tidak boleh berfikiran bahwa ia sudah meninggal sekarang.
" Yes. Kankernya sudah terlalu akut dan terlambat mendapat penanganan kami " ucapnya serak kemudian berdeham. "Kenapa kau baru membawanya sekarang? Apa dia tidak pernah menunjukkan kalau ia sakit? "
" Never. I never know "
" How could you? You her brother, aren't you? " tanya dokter itu. Aku hanya mengangguk. Oke saat ini bukan waktunya untuk bercanda atau apapun.
" I... She just never told me " belaku "Dia tidak pernah bilang kepadaku kalau dia sakit "
Dokter itu menggeleng "Kamu tau apa yang dialami semua pasien kanker? Mereka tidak akan pernah memberitahu keadaan mereka. Cenderung mereka tertutup dan tidak mau memberitahukan penyakitnya kepada semua orang"
Aku hanya menunduk.
" Are you really her brother? " tanya dokter itu menyudutkanku.
"Yes! of course " Aku merasa dokter ini curiga kepadaku. I'm sorry doctor. But... i know i never be the real brother for her. The first... yaa dia sudah menghancurkan keluargaku. And the second.. i don't like girl. Seperti yang kubilang sebelumnya. aku tidak tau mengapa Aku tidak menyukai perempuan. Just don't like it.
" But.... I'm sorry doc. I..i... I just.... " Kali ini jantungku berdegup kencang. Apa sebaiknya aku katakan yang sebenarnya kepada dokter?
" Apa hubungan kalian tidak harmonis? " dokter itu benar. hubunganku dengan Lou sama sekali tidak harmonis. Bukan seperti sepasang kakak adik. Melainkan seperti seorang majikan dan pembantunya. dan aku hanya menjawab pertanyaan dokter itu dengan anggukan kepala.
" Oh i see " dokter itu mengangguk kemudian memakai kembali kacamatanya. Aku kembali diam karena dokter itu juga diam sambil menulis nulis sesuatu yang ku tidak mengerti di atas sebuah kertas.
" Untuk beberapa hari ini, ia diharuskan menjalani rawat inap dan baru akan pulang jika kondisinya sudah mulai membaik " dia memberikan kertas berisi coretan tangannya kearahku.
"Jangan biarkan ia lelah sedikit pun, juga banyak beban pikiran. Jaga juga pola makannya dan hindari makanan yang tidak sehat. juga daging "
"Dan jangan lupa tebus ini saat saya sudah mengizinkan ia untuk pulang "
Aku menerima kertas itu dan menaruhnya di dompet tanpa berkata apa-apa.
" Sekarang kau bisa melihat adikmu. Tapi aku punya satu permintaan..." dokter itu berdiri kemudian memegang pundakku.
" Perlakukanlah ia sebagaimana seorang adik "
Aku terdiam kemudian mengangguk "Thanks " dia mempersilahkanku untuk keluar dari ruangannya.
-------------------
AUTHOR
Lou berusaha untuk membuka matanya namun beberapa kali ia mengerjap. Cahaya lampu yang ada didepannya membuatnya silau dan panas. Setelah beberapa saat, akhirnya ia sukses membuka matanya dan menoleh kekanan dan kekiri. Ia merasa asing dengan ruangan ini. semua benda yang ada disini berwarna putih bersih.
Belum cukup ia terheran-heran, seorang perempuan berambut pendek memasuki ruangan dengan tersenyum lebar. Perempuan cantik itu memakai seragam berwarna hijau tosca lengkap dengan sepatu dengan warna senada.
" Hey.. kau sudah bangun? " tegurnya kemudian memegang sebuah tabung yang tergantung disebelah Lou kemudian menuliskan sesuatu di papannya.
" Where am i? " Lou menyadari tubuhnya terbaring dan bajunya pun sudah berganti.
" Kamu dirumah sakit. Kemarin kakakmu membawamu kesini setelah ia menemukanmu pingsan" suster itu mengambil tangan Lou dan membetulkan letak jarum yang menancap disana.
" my brother? " Lou menyernyit heran. Ia tau kakaknya itu tidak pernah sekalipun menyukainya. Bahkan ia sempat membuat alergi Lou terhadap udang kambuh.
Suster itu mengangguk sambil tersenyum manis " That's right. he looks so worried about you "
Lou terkejut. Ia berfikir bahwa sangat tidak mungkin Alex tiba-tiba menjadi khawatir kepadanya dan membawanya kerumah sakit ketika menemukan ia pingsan. Itu sama sekali bukan diri Alex yang pernah ia kenal sebelumnya.
" Okay, sudah selesai. Keadaanmu semakin membaik semenjak kakakmu membawamu kesini " Suster itu menghentikan aktifitasnya dan mengambil minum di atas meja. ia pun memberikannya kepada Lou dan Lou langsung menerimanya.
" Thanks " ucap Lou sambil tersenyum. suster itu membalas senyuman Lou dan menyarankan Lou agar beristirahat kembali. Lou hanya bisa mengangguk kemudian merebahkan kembali tubuhnya.
----------------
Alex datang ke ruang dimana Lou dirawat saat malam hari. Saat Lou benar-benar sudah tertidur pulas. Ia masih tidak tau harus berbuat apa. Ia tidak ingin terlihat khawatir didepan Lou karena ia merasa ia tidak perlu. Tapi diam-diam perasaan itu muncul. Perasaan seorang kakak kepada adiknya. Bukan majikan kepada pembantu seperti biasanya.
Ia pun mendekati ranjang Lou dan melihat gadis itu tidur dengan lelap. tidak tau mengapa, ia pun tersenyum.
" Kau memang tidak pernah berhenti untuk membuatku repot dan kesal "
Alex mengambil bangku dan duduk disebelah ranjang Lou. Dia mulai berbicara.
" Aku ingat ketika mom terbaring disini. Di atas ranjang sepertimu ini. Namun ia tidak merepotkanku. Sama sekali tidak. Dia langsung pergi ketempat yang jauh disana "
" Tapi kau? Kau yang merepotkanku saat ini. Kamu masih bisa bangun dan aku harus bertanggung jawab merawatmu sampai kau sembuh "
Alex merasa gila saat itu juga. Ia berbicara dengan seseorang yang sedang tidur. orang dihadapannya ini sama sekali tidak menanggapinya, bahkan mendengarnya saja tidak. Tapi kemudian ia tertawa.
" Okay... i just wanna... um.. i just wanna say... " Alex berdeham kemudian melanjutkan ucapannya " I just wanna say sorry to you "
"For everything i do " Alex mendekat kearah ranjang dan mencoba untuk menyentuh rambut Lou. Tapi dengan ragu ia pun menarik kembali tangannya. Bisikan-bisikan buruk itu kembali menghujani pikirannya. Tentang masa lalu Lou. Tentang ia yang telah membuat semua keluarganya menghilang satu persatu.
" No Alex! No this time!! " Alex menggeleng gelengkan kepalanya berusaha menghilangkan pikiran buruknya. Sejenak ia memejamkan mata dan menyandarkan kepalanya disamping tangan Lou.

YOU ARE READING
Without Happy
Fiksi RemajaSeseorang yang tidak pernah bahagia dan menjalani sisa hidupnya dengan seorang kakak yang sangat membencinya ditambah dengan penyakit yang secara perlahan menggerogoti tubuhnya.