tear 2

54K 2.6K 60
                                    

Baru luna membuka pintu sudah di kagetkan dengan teriakan Daniel dan suara tawa Danika kecil, perlahan luna mendekati sumber suara saat pandanganya sudah terjangkau luna menyadari ada sosok wanita asing yang tidak ia kenal sedang memangku Danika duduk bersama daniel menonton tv, pikiran luna melayang apa yang harus dia lakukan haruskah dia merebut Danika dari pangkuan wanita itu.

Luna menarik nafas panjang berusaha untuk tenang "maaf kalau boleh saya tau nona siapa....??" Ucapan luna membuat perempuan asing itu menoleh ke arah luna.

Dengan sopan perempuan itu berdiri dan mengulurkan tangannya "perkenalkan, nama saya putri saya sekertarisnya pak Tommy" luna menerima uluran tangan putri, pikiran luna langsung berputar pada surat yang ia temukan di jas kerja tommy jelas di surat itu tertera nama Putri dan luna tidak menyangka bisa bertemu dengan pemilik surat cinta itu

"Putri... dokumennya sudah saya salin, tapi ada satu dokumen yang harus kamu mintakkan sign ulang....." suara tommy tiba tiba muncul, melihat luna raut wajah tommy berubah, tapi hanya sebentar perubahan itu terjadi, menyadari putri sedang sibuk luna mengambil Danika dari gendongan putri dan mengajak Daniel naik ke atas.

Tidak ada satupun ucapan yang keluar dari mulut tommy saat luna pulang tommypun memfokuskan pandanganya pada putri.

Luna melangkahkan kakinya menaiki tangga sambil mengendong danika sesekali ia menoleh ke belakang melihat dua insan yang sedang sibuk membolak balikkan kertas tersebut, luna merasakan nyeri di dadanya saat melihat tommy tersenyum pada gadis cantik yang bernama putri.

"Luna tidak apa apa....???" Ucapan daniel menyadarkannya dari halusinansi yang ia buat sendiri.

"Hmmm.... aku tidak papa..." ucap luna sambil berusaha tersenyum.

"Bohong.... luna dari tadi melamun, pasti ada yang di sembunyikan...." ucapan itu keluar dari Daniel "dulu Mama suka melamun saat Daniel tanya kenapa mama melamun, jawàbanya selalu mama tidak apa apa"

Luna memeluk daniel, air mata luna jatuh membasahi pundak anak kecil itu, sedangkan daniel tidak memaksa luna untuk bicara lagi....

Daniel melepaskan pelukan luna, tangan kecilnya berjalan ke wajahnya dan membersihkan air mata yang mengalir di pipinya...

Daniel kau adalah orang ke dua yang mngusap air mataku setelah helena....

Luna mengetuk pintu ruang kerja tommy, terdengar sautan suara menyuruhnya masuk, saat ia masuk melihat tommy sedang menatap layar komputernya dan tangganya bergerak memainkan keybort, pandanganya sama sekali tidak beralih saat lunaa memasuki ruanganya ia tetap fokus ke arah komputernya.

"Aku... "luna bingung harus memulainya dari mana, namun ia rasa tommy harus tau keadaan Luna sekarang "kata dokter"

"Kalau bukan sesuatu yang penting lebih baik kamu keluar, aku sedang sibuk" dadanya seperti ditusuk dengan pisua yang sudah di lumuri air jeruk, perih, tidak disangka ucapan itu yang akan keluar dari mulut tommy

"Tapi....."

"Please....." kini pandangan tommy tajam menusuk luna, melihat itu luna langsung menunduk "baiklah...." luna mengigit bibir bawahnya berharap ia tidak terisak, perlahan dia meninggalkan ruang kerja tommy dengan perasaan yang teramat sakit.

keluar dari ruangan tommy, luna tidak bisa menahan lagi tangisanya bik asih yang sudah kembali bekerja hanya melihat luna tanpa berbuat banyak, perlahan luna terduduk di lantai dan isakanya semakin keras ia memukul mukul dadanya sendiri, berharap rasa perih di dadanya hilang, mbak tina datang dia saling beradu pandang dengan bik asih.

Bik asih dan mbak tina membantu Luna berdiri, rasa iba keluar dari hati dua pembantu itu, mereka membaringkan luna di kamarnya

"Non mau di buatkan sesuatu..." luna hanya mengeleng ia membenamkan wajahnya pada bantal.

my wedding storys (END VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang