BAB 1 - B

21.5K 897 81
                                    


BAB 1 - B


Di tempat berbeda. Beda dikiiit...

Meikel si jagoan kecil yang jenuh menunggu. Membuka pintu dan menghambur turun dari dalam mobil. Dikibaskan poni rambut yang menghalangi matanya dengan cemberut.

"Bete ah di dalam mobil terus."

Meikel lalu berjalan mengamati rumah dari ujung kiri ke ujung kanan. Ketika berada di sudut kanan, Meikel mengamati tanah lapang yang berada di sebelahnya, dirinya diam terpaku. Matanya membulat membentuk bola pingpong ukuran mini, soalnya kalau membulat membentuk bola basket terlalu kegedean.

Tidak lama kemudian Meikel berbalik langkah dan menghampiri kedua orangtuanya. "Bu, ini yang mau jadi rumah barunya ya?" tanya Meikel sembari menarik-narik pakaian ibunya.

"Eh, ada anak Ibu yang paling cakep sekecamatan. Kapan turunnya, kok tau-tau sudah ada di sini?"

"Ibu lupa ya, Meikel kan bisa menghilang. Hebatkan!"

"Hah...!" Bu Woles hanya bisa melongo. Ini bocah kena korban film apaan yah, batinnya.

Melihat ibunya yang malah bengong, Meikel lalu mengulangi pertanyaannya yang serupa tapi tak sama.

"Itu rumahnya ya, Bu. Jadi nanti Meikel tinggal disini?"

Bu Woles lalu berjongkok sambil memegang kedua pundak Meikel. Maksudnya sih selain agar dapat berbicara sejajar dengan anaknya, bisa dimanfaatkan juga untuk menjaga keseimbangan agar tidak jatuh terjengkang ke belakang sedangkan Meikel hanya berdiri terdiam dengan kaki bergetar, menahan bobot ibunya.

"Ya tergantung juga sih. Bisa jadi – bisa tidak," kata Bu Woles.

Tarso yang berharap rumah hasil rekomendasinya dikontrak, langsung nimbrung sambung kata, "Bisa jadi... bisa jadi..."

"Tidaaak... tidaaak..." ucap Meikel.

Pak Woles mengernyitkan dahi mendengarkan ucapan anaknya. "Kenapa bilang tidak, Meikel? Rumahnya kan bagus."

"Ayo sekarang Ayah ikuti Meikel!"

Tanpa banyak bicara, Meikel lalu menarik lengan bapaknya sehingga mau tak mau karena ditarik paksa, maka Pak Woles mengikuti langkah Meikel ke sisi kanan bangunan. Selain itu dirinya juga merasa penasaran ada apa sebenarnya yang ingin ditunjukkan oleh anaknya itu.

"Tuh, lihat!" seru Meikel.

Pak Woles lalu memperhatikan tanah lapang yang tidak jauh dari rumah yang akan dikontraknya. Tanahnya membentuk gundukan-gundukan yang tertancap papan. Ada pula yang berbentuk persegi panjang dengan berlapiskan pondasi dari semen dan keramik.

"Kang Tarso, tanah lapang yang di sebelah sana itu kuburan ya?!" tanya Pak Woles.

"Benar, Pak. Di sebelah sana memang area pemakaman," jawab Tarso dengan ragu mengatakannya.

Tarso terlihat sedikit gugup, soalnya takut Pak Woles berubah pikiran kalau rumah yang akan dikontraknya itu ternyata jaraknya berdekatan dengan area pemakaman.

"Aww... itu tempat apa sih, Yah?!" pekik Bu Woles memasang raut wajah cemas.

"Emangnya Ibu orang planet mana sih, masa tempat kayak gitu aja kagak tau!" ketus Pak Woles.

"Tau sih, itu kuburan. Ah Ayah, ekspresi dong... ekspresi!" seru Bu Woles dengan ketus.

"Ckckck... Ibu ini kayak lagi main sinetron kejar tayang saja," decak Pak Woles.

KONJUR ( Kontrakan Jurig )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang