BAB 4 - A

7.8K 473 24
                                    



BAB 4 - A



Satu minggu kemudian.

Sebuah mobil masuk ke dalam pekarangan rumah. Setelah mobil berhenti, seluruh penumpang berhamburan turun keluar.

"Jadi ini rumah yang akan kita tempati ya, Bu?" tanya Aprilia, anak gadis Pak Woles yang masih SMP. Memiliki wajah cantik dengan dagunya yang sedikit runcing menawan hati, jadi kalau ada yang macam-macam dengannya tinggal tancep-tancepin aja dagunya.

"Iya, kita akan tinggal di sini untuk sementara waktu," jawab Ibu.

Mereka berdua lalu berjalan duluan menuju pintu utama depan rumah, sedangkan Marsha anak gadis pertama yang paling besar mengikutinya dari belakang. Marsha walaupun mengambil jurusan otomotif di SMK, wajahnya tidak kalah cantik dengan adiknya. Hanya saja Marsha agak tomboy dengan kemampuan beladiri pencak silat yang dimilikinya. Jurus yang paling dikuasainya adalah bersilat lidah.

"Ayo Meikel, kita masuk!" Ajak Marsha meraih lengan adiknya yang paling kecil.

"Aduh lepasin dulu, Kak!" seru Meikel menepis lengannya berusaha melepaskan pegangan Marsha.

"Meikel, mau kemana kamu!" teriak Marsha.

Meikel yang lepas dari genggaman Marsha langsung berlari menuju pekarangan rumah, memisahkan diri dari rombongan.

"Meikel...!" seru Pak Woles memanggil anaknya yang malah berlari menjauhi rumah.

"Biar saya saja yang menyusul Meikel, Pak!" tawar Tarso.

"Baiklah. Terima kasih, Kang Tarso."

Tarso pun berlalu mengejar Meikel.

Ketika sudah dekat, Tarso mendapati Meikel sedang berdiri mematung menghadap ke sebuah batang pohon mangga yang besar dan rindang. Membuatnya teduh dikala matahari terik.

"Loh itu bocah lagi ngapain? Malah berdiri di depan pohon?" Tarso mengernyitkan dahinya.


Perlahan-lahan Tarso mendekati Meikel yang sedang memunggungi dirinya. Langkahnya terhenti ketika sudah berada di belakang Meikel yang sedang berdiri menghadap batang pohon mangga.

"Meikel, kamu lagi ngapain?" tanya Tarso pelan-pelan. Namun tidak ada jawaban dari Meikel.

Semakin dekat, hidung Tarso membaui suatu aroma yang kurang sedap, "Bau asem apaan ini? Kecut banget."

"Meikel kenapa kamu mendekati pohon itu. Mau mengambil mangga ya?" tanya Tarso kembali.

Meikel mulai memberikan respon, kepalanya menoleh setengah wajah, "Nggak kok, Om. Meikel kemari cuma mau pipis aja."

"Hah! Dikirain mau ngapain?"

"Om sendiri ngapain di sini? Mau pipis juga ya!"

"Eh sembarangan. Om kesini itu mau nyusul kamu! Lagian ngapain sih kencing di pohon segala. Kan bisa di rumah, di kamar mandi."

"Lama, Om. Belum buka kunci pintu rumahnya, belum ke kamar mandinya. Sedangkan Meikel udah ga bisa ditahan lagi."

"Makanya pake pampers!"

"Enak aja!"

Setelah selesai menyirami pohon mangga, Meikel langsung berlari menuju rumah mengabaikan Tarso yang sedari tadi menunggunya.

"Huh dasar bocah." Tarso menggeleng-gelengkan kepala yang kemudian berubah menjadi celingak-celinguk mengamati keadaan sekitar.

"Aduh jadi kebelet juga nih, ya udah sekalian aja deh di sini," gumam Tarso yang segera menghampiri pohon mangga dan turut menyiraminya agar subur.


***


Bersambung...


SELAMAT MENJALANKAN IBADAH PUASA DI BULAN RAMADHAN.

SEMOGA AMALAN IBADAH YANG DILAKUKAN DITERIMA ALLAH SWT.

AMIIIN....  ( Amiiin dooong...  :v  )



*Yang mau vote, komen, follow, atau masukin list baca, boleh kok. Boleeeh banget malah... :)

KONJUR ( Kontrakan Jurig )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang