BAB 6 - A

5.7K 285 14
                                    


BAB 6 - A

Di malam yang hening tampak Meikel sedang berjalan memasuki halaman rumah. Pintu pagar ditutupnya dengan tergesa-gesa.

"Duh mendadak pengen pipis nih, aku harus buru-buru ke kamar mandi." Meikel lalu berlari mendekati pintu utama rumah.

Cklek... cklek... gagang pintu diputar-putar, namun pintu tidak juga terbuka. Meikel yang panik lalu mengetok-etok pintu dengan keras sembari berteriak, "Ibuuu... buka pintunya! Kakak... buka kuncinya! Ayaaah... bukain... eh Ayahkan hari ini ga pulang."

Meikel terus-menerus mengetok pintu sampai kedua kakinya gemeteran.

"Duh, orang-orang pada kemana sih. Meikel udah nggak tahan lagi."

Semilir angin malam menyibak rambutnya. Wajahnya semakin pucat, napasnya diatur satu dua tiga. "Ini gak boleh dibiarkan, Meikel nggak boleh ngompol di celana, malu sama pembaca."

Meikel celingak-celinguk mengamati sekitar rumahnya. "Nah mendingan aku pipis di sana aja, di pohon mangga."

Meikel beranjak pergi setengah berlari mendekati pohon mangga, lalu berdiri menghadap ke batang pohon dan menurunkan sleting celananya.

"Jangan pipis Meikel... Jangaaan! Tahan dulu!" tiba-tiba terdengar suara lantang yang melarang.

Tubuh Meikel mematung, rencana semula menjadi tertahan. "Suara siapa itu?" gumam Meikel.

"Tahan Meikel atau nanti kamu akan basah." Ujar suara itu kembali. Suara yang berasal dari atas pohon.

Meikel perlahan-lahan menengadahkan kepalanya. Tampak sosok putih sedang duduk bergelantungan di dahan pohon. Rambutnya yang panjang dengan wajah pucat menyeringai tersenyum menatap Meikel, "Hihihihi.... Tahan. Jangan pipis ya Meikel, nanti basah loh. Hihihihi... "

"Aaaaaakh.... Orang gila!" teriak Meikel.

Sosok putih yang berwajah pucat semakin pucat. "Ini bocah belum pernah ngelihat kunti ya?" ujarnya dengan ketus.


***


KONJUR ( Kontrakan Jurig )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang