BAB 3 - A
Pintu rumah kontrakan yang sebelumnya tertutup rapat itu kini terbuka lebar. Hembusan angin yang menggugurkan dedaunan membuat hawa di sekitar rumah menjadi semakin dingin.
Dari dalam rumah tersebut muncul sosok yang tinggi, kurus dengan balutan bulu lebat di bawah hidungnya. Sorot matanya yang tajam menghias di antara kulit wajahnya yang mulai keriput.
"Kok di rumah itu ada kakek-kakeknya!" seru Meikel.
"Iya, Ayah juga melihatnya."
Suasana mengheningkan cipta sejenak.
"Berisik sekali di luar. Siapa kalian?!" terdengar suara parau meluncur dari bibir hitamnya.
"Ma-maaf, Kek." Tarso tergagap-gagap.
"Bagaimana kalian bisa masuk ke dalam halaman rumah saya? Mau maling yah! Percuma saja, kalian tidak akan mendapatkan apa-apa di rumah ini."
"Bukan-bukan, kita bukan mau maling kok," jawab Tarso menggeleng-gelengkan kedua tangannya.
Kakek yang berada di depan pintu itu bergeming.
"Maaf, Pak. Sebenarnya kedatangan saya kemari ingin melihat-lihat rumah Bapak. Kebetulan saat ini saya sedang mencari rumah kontrakan."
"Hmm... berarti anda orang yang tidak sopan main masuk saja sedangkan pagar masih terkunci."
"Maaf, saya pikir rumah ini kosong karena digembok pagarnya. Sebenarnya saya terpaksa memanjat tembok pagar hanya untuk membawa anak saya yang sedang bermain ayunan di halaman rumah Bapak," ujar Pak Woles.
Pria tua itu lalu menatap anak kecil yang berada di dekat Pak Woles. "Hmm... jadi kalian sedang mencari rumah kontrakan."
Pak Woles mengangguk pelan. Soalnya kalau mengangguk cepat, takut tidak kelihatan.
"Kalian tunggu sebentar!"
Pria tua itu lalu masuk ke dalam rumah.
Ditunggu beberapa menit, pria tua itu tidak keluar-keluar juga. Karena penasaran, Tarso mendekati pintu depan ruang tamu yang terbuka itu sambil celingak-celinguk ke dalam. Sepi.
"Kemana tuh kakek ya, lama banget di dalamnya?" pikir Tarso menunggu si kakek tua muncul.
Tidak mendapati sosok pria tua di dalam rumah, Tarso memutuskan untuk kembali menghampiri Pak Woles yang masih berdiri di dekat pagar.
Baru juga membalikkan tubuhnya membelakangi pintu, Tarso langsung terkejut melihat sosok yang ada dihadapannya.
"Huaaa..." pekiknya.
Si pria tua ternyata sudah ada di belakang Tarso yang sedari tadi memunggunginya.
"Kamu sedang apa di sini?" tanya pria tua itu.
"Sa-saya sedang mencari kakek. Kok kakek bisa ada di belakang saya, kapan keluarnya?"
"Saya barusan keluar lewat pintu samping, ternyata kunci pagarnya ada di dapur," kata pria tua itu.
"Oh ada pintu samping juga toh," ucapnya cengengesan.
Tarso lalu melirik ke arah Pak Woles. Diperhatikan olehnya satu keluarga itu lagi tertawa cekikikan. Apalagi kalau memandang Meikel, bocah itu terlihat kayak yang enak banget menertawakan dirinya. "Huh sepertinya mereka sedang menertawakanku yang kaget gara-gara si kakek tua," gumamnya.
Pria tua itu lalu menyodorkan lengan kanannya kepada Tarso seraya memperkenalkan diri, "Perkenalkan nama saya Raden Konjur."
"Saya Tarso, Kek!" ucapnya seraya membalas jabat tangannya.
Pria tua itu lalu berjalan mendekati Pak Woles untuk memperkenalkan dirinya. Setelah itu membuka pagar sekaligus mempersilakan Bu Woles yang masih berada di luar untuk masuk.
***
ll (O'X'O) ll
KAMU SEDANG MEMBACA
KONJUR ( Kontrakan Jurig )
HumorRank #1 - hororkomedi (14-4-19) Rank #7 - horor (19-4-19) Rank #10 - horor (18-11-18) *KONJUR* Genre Horor Komedi: Satu keluarga pindah dan mengontrak di sebuah rumah yang ternyata......