BAB 18 >>Bantuan<<

2K 100 0
                                    

BAB 18

>>Bantuan<<

Sherry mulai membuka matanya. Ia terbangun di ruang kesehatan yang berada di pos. Tubuhnya yang terasa berat sedang terbaring lemas di kasur. Dapat ia rasakan rasa sakit di pergelangan tangannya. Ia langsung mengangkat tangannya untuk melihat keadaan tangannya yang terluka. Namun tepat disaat itu juga, ia merasa ada tangan lain yang menggenggam tangannya. Saat Sherry melirik kea rah samping, ia langsung terkejut. Matanya yang berwarna coklat caramel tanpa sengaja menangkap sosok seorang pria yang tak lain adalah Zero. Tak lama setelah Sherry sadar, Zero pun mulai membuka matanya. Ketika ia melihat Sherry yang telah sadar, wajah Zero langsung tampak senang. Tanpa berpikir panjang, ia langsung memeluk tubuh Sherry yang masih lemah.

"Bodoh, kenapa kau sering membuatku menjadi khawatir?" tanya Zero sambil memeluk tubuh Sherry lebih erat.

"Eh, apa maksudmu?" tanya Sherry bingung.

Zero melepaskan pelukannya. Ia menatap Sherry dengan tatapan yang melukiskan kesedihan. "Kenapa kau selalu berada dalam bahaya saat aku berada jauh darimu? Aku selalu ingin berada di dekatmu untuk melindungimu. Aku tak ingin kehilanganmu," tanpa ragu Zero mengucapkan kalimat itu. Sherry bisa merasakan kalau saat itu Zero tak berbohong ketika ia melihat mata Zero yang memancarkan ketulusan.

"M-maaf jika aku membuatmu cemas," sesal Sherry.

Zero meletakkan tangannya di atas kepala Sherry lalu mengelus rambut gadis yang sedang terbaring lemah itu. "Tidak. Akulah yang salah karena membiarkan aidenku berada dalam bahaya," kata Zero dengan nada lembut sambil tersenyum tipis.

Sherry hanya tersenyum ketika mendengar ucapan Zero tadi. Ia merasa nyaman saat Zero mengelus rambutnya. Ia tak tahu perasaan apa sebenarnya yang ia rasakan saat ini. "Mungkinkah aku benar-benar telah jatuh cinta pada pria ini?" tanya Sherry pada dirinya sendiri.

"Brakkkkkkk..." suara itu terdengar keras hingga membuat Sherry dan Zero merasa sangat kaget. Ketika mereka melihat kearah suara itu, terlihat seorang vampire yang telah berdiri di depan pintu yang telah terbuka.

"Tuan, gawat!" seru vampire itu dengan napas terengah-engah seperti sedang kehabisan napas.

"Ada apa? Apa yang terjadi?!" tanya Zero penasaran.

"Musuh!..." kalimat vampire itu terputus karena ia harus mengambil napas berkali-kali agar tak kehabisan napas. Hal ini membuat Zero semakin penasaran.

"Cepat katakan apa yang terjadi!" seru Zero yang mulai tak sabaran.

"Musuh mulai menyerang! Jumlahnya mungkin sekitar dua puluh lycan. Saat ini mereka sedang berusaha mendobrak gerbang dan memanjat dinding perbatasan untuk memasuki desa," jelas vampire itu dengan nada cepat seperti sedang panik.

"Apa?!" Zero terlihat sangat kaget setelah mendengar berita itu. "Bulan purnama baru akan muncul besok. Kenapa mereka menyerang secepat ini?" tanya Zero bingung.

"Aneh. Ini aneh sekali. Seharusnya musuh bisa mengirimkan pasukan dengan jumlah yang lebih besar untuk menghancurkan desa, tapi kenapa mereka hanya mengirim pasukan dengan jumlah kecil? Apa mereka tidak bermaksud menghancurkan desa?" pikir Sherry.

"Kau benar. Sepertinya mereka sedang mencari sesuatu," jawab Zero. "Sherry, tetaplah disini! Aku akan kembali ke perbatasan. Aku akan menempatkan beberapa vampire untuk berjaga di sekitar sini!" perintah Zero sambil mengambil jaket hitamnya yang berada di atas sebuah kursi.

"Tapi aku..." Sherry tak bisa melanjutkan kalimatnya karena Zero telah pergi meninggalkan tempat itu.

***

The Hunter Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang