BAB 19 >>Altar Tersembunyi<<

2.2K 106 0
                                    

BAB 19

>>Altar Tersembunyi<<

"Dorr... dorr... dorr..." suara tembakan terus terdengar dari desa hunter. Satu persatu lycan mulai roboh setelah butiran silverbullet yang ditembakkan para hunter dan vampire berhasil menembus jantung mereka. Tubuh lycan yang tergeletak tak bernyawa di tanah langsung diinjak-injak begitu saja oleh kawanan mereka yang terus berlari mendekati perbatasan desa hunter.

"Kapten, sepertinya musuh telah mengirim pasukan bantuan melalui arah timur," lapor seorang hunter pada Kapten Syrrius yang saat itu sedang berada di menara pos untuk mengamati pergerakan para lycan yang tampak begitu cepat.

"Hmm... kurasa kau benar. Sejak tadi jumlah mereka terus bertambah walaupun kita sudah membunuh beberapa anggota mereka," jawab Kapten Syrrius tanpa menoleh ke arah hunter tadi.

Kapten Syrrius terus mengamati daerah di luar dinding dan pagar perbatasan. Dalam hatinya, ia merasa sedikit khawatir dengan bertambahnya jumlah musuh yang terus berdatangan. Ia takut jika nanti musuh berhasil mendekat, maka pertahanan yang dibuat oleh pasukannya akan sia-sia dan mungkin mereka akan mati hari ini juga.

"Kapten Syrrius!" panggil Zero yang baru saja muncul dan saat ini telah berdiri di samping Kapten Syrrius. "Sepertinya kita harus membuat pertahanan di luar desa," ujar Zero dengan mata yang terus tertuju ke depan. Tepatnya pada kawanan lycan yang baru saja muncul.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Kapten Syrrius sambil menatap ke arah Zero dengan tatapan menyelidik seakan curiga.

Zero menoleh ke arah Kapten Syrrius dengan memasang raut wajah yang tampak serius. "Izinkan pasukan vampire membuat pertahanan di luar perbatasan untuk menghalangi para lycan memasuki desa," jawabnya.

"Tidak, aku tidak akan membiarkannya. Itu bukanlah ide bagus. Jika kau melakukannya, jumlah pasukan kita hanya akan semakin berkurang. Kau mengerti itu?" Kapten Syrrius menolak saran Zero.

"Tapi kita tidak bisa terus mengandalkan para hunter juga semua senjata yang kita punya. Jika kita membiarkan wilayah di luar perbatasan tetap kosong, musuh akan lebih mudah memasuki desa," Zero mencoba mendesak Kapten Syrius agar pria itu mau menyetujui sarannya.

"Hmm..." Kapten Syrrius mulai mengguman tak jelas dengan suara pelan. Ia melipat kedua tangannya di depan dada lalu terdiam seakan sedang memikirkan sesuatu.

"Kita tidak bisa menunggu lebih lama lagi!" desak Zero tak sabaran.

"Oke, oke. Aku setuju dengan rencanamu. Tapi ingat! Berusahalah untuk menghindari peluru-peluru itu," jawab Kapten Syrrius sambil tersenyum tipis.

"Tentu. Terima kasih, Kapten!" kata Zero sebelum akhirnya menghilang dalam sekejap.

"Hey, kau! Katakan pada Jack untuk memerintahkan semua hunter agar lebih berhati-hati menembak karena di luar desa bukan hanya ada musuh, tapi juga para vampire yang berada di pihak kita!" perintah Kapten Syrrius pada hunter yang masih berada di belakangnya.

"Baik, Kapten!" jawab hunter itu sambil memberi hormat lalu pergi meninggalkan Kapten Syrrius.

***

Sherry masih berbaring di dalam ruang kesehatan. Sejak tadi ia berusaha untuk bangun agar dia bisa keluar dari tempat ini dan membantu para hunter dan vampire untuk melawan musuh. Namun usahanya selalu gagal. Ia tahu kalau ia tak akan bisa keluar meninggalkan tempat ini karena para vampire yang ada di luar menjaga tempat ini dengan penjagaan yang sangat ketat.

"Apa semuanya akan baik-baik saja?" tanya Sherry dalam hati dengan perasaan cemas.

"Ice!" tiba-tiba terdengar suara wanita dari arah luar ruang kesehatan.

The Hunter Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang