BAB 16
>>Pengorbanan Untuk Mendapatkan Kepercayaan 2: Desa Hunter..........<<
Hari tak secerah biasanya. Sejak tadi awan hitam terus bergerak menuju ke arah barat dan mulai menutupi langit. Bahkan cahaya mentaripun kesulitan untuk menembus awan hitam hingga membuat langit semakin gelap. Angin terus berhembus kencang, membawa aroma hujan yang terasa sangat menyeng
BAB 16
>>Pengorbanan Untuk Mendapatkan Kepercayaan 2: Desa Hunter..........<<
Hari tak secerah biasanya. Sejak tadi awan hitam terus bergerak menuju ke arah barat dan mulai menutupi langit. Bahkan cahaya mentaripun kesulitan untuk menembus awan hitam hingga membuat langit semakin gelap. Angin terus berhembus kencang, membawa aroma hujan yang terasa sangat menyengat. Sepertinya sebentar lagi hujan lebat akan mengguyur desa.
7 hari berlalu sejak perginya para vampire dari desa. Setelah itu, hari-hari tetap berjalan sama seperti biasanya. Tak ada lagi pembicaraan maupun berita tentang bangsa vampire terdengar di desa. Kenangan ketika datangnya bangsa vampire ke desa hunter seakan dilupakan begitu saja oleh penduduk desa walaupun masih ada beberapa orang yang mengingatnya.
"Sherry!" teriak Raven dari halaman rumah Sherry.
Sherry tak menjawab panggilan Raven. Ia terlihat sibuk memakai sepatunya yang berwarna hitam. Setelah selesai, ia langsung menggantungkan sebuah tas ransel yang tak terlalu besar di kedua bahunya, lalu beranjak pergi. Ketika ia membuka pintu, dilihatnya Raven sedang berdiri sambil menatapnya dengan tatapan keheranan.
"Kau ini santai sekali, sih. Ayo, Cepat! Sekarang kita harus segera menggantikan Rossalina dan Greg di pos 3. Jika terlambat, Kapten Syrrius pasti akan mengamuk dan memberi kita hukuman," omel Raven dengan wajah yang tampak kesal.
Sherry tak mengatakan apa-apa. Dengan wajah kusut, ia menggerakkan tangannya untuk menutup pintu. Perlahan-lahan, Sherry melangkahkan kakinya meninggalkan halaman rumah untuk menuju ke pos. Melihat sikap Sherry yang semakin hari menjadi semakin aneh, Raven hanya bisa menghela napas dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Setelah Sherry berjalan melewati Raven, ia langsung berjalan mengikuti Sherry
Dalam perjalanan, Raven terus memperhatikan Sherry yang sejak tadi hampir terjatuh berkali-kali karena ia berjalan sambil melamun. Meski begitu, Raven tak bisa melakukan apa-apa. Sudah berkali-kali ia mencoba menghibur Sherry agar bisa melupakan masalah yang dihadapinya, tapi hasilnya selalu sama. Selalu gagal. Karena tak pernah berhasil, Raven memilih untuk menyerah. Ia hanya bisa diam dan melihat sikap Sherry yang terus menjadi aneh sejak kepergian bangsa vampire dari desanya seminggu yang lalu.
Sherry adalah salah satu orang di desa hunter yang masih belum bisa melupakan kenangan ketika bangsa vampire datang ke desanya. Terutama hal yang menyangkut Zero. Jika ia kembali mengingat vampire yang telah menjadikannya sebagai seorang aiden, rasanya ia ingin menangis. Padahal ia sudah berusaha keras untuk melupakan semuanya. Namun semakin keras ia berusaha, ingatan tentang Zero akan semakin melekat dalam ingatannya. Sejak saat itu, Sherry mulai menutup diri. Semakin hari sikapnya semakin menjadi aneh. Setengah dari jiwa Sherry seakan menghilang bersamaan dengan kepergian Zero.
"Sherry!" sapa seorang pria dari arah belakang sambil menepuk bahu Sherry.
Sekilas, Sherry menoleh ke belakang untuk melihat siapa orang yang baru saja memanggil namanya sambil menepuk bahunya. Dilihatnya Ikiru sedang menatapnya sambil tersenyum manis. Telapak tangan kanannya masih ada di bahu Sherry, sementara tangan kirinya terlihat sedang menjinjing sebuah tas ransel yang sepertinya sangat berat. Meski begitu, ekspresi wajah Sherry tetap tak berubah. Ia hanya menatap Ikiru dengan tatapan kosong hingga membuat Ikiru menjadi bingung dan cemas.