chapter 4

11K 920 27
                                    

[Scorpius Malfoy]
Begitu aku dan Weasley selesai membuat kesepakatan, dia langsung melesat ke dalam kamarnya. Kami belum berbicara sampai pagi ini. Toh, tidak ada hal penting yang harus dibicarakan.

Aku menuruni anak tangga, berjalan santai menuju Aula Besar. Sepanjang perjalanan, kebanyakkan orang memperhatikanku--rata-rata perempuan--. Dari tatapan mengagumi sampai tatapan tidak suka, semuanya ada. Aku suka perhatian dan sudah terbiasa dengan hal tersebut, jadi ini semua bukanlah persoalan besar bagiku.

Saat aku memasuki Aula Besar, ternyata ruangan itu masih sepi. Al dan Damian belum datang. Hanya ada beberapa anak Slytherin dan Ravenclaw, segerombolan kecil anak Hufflepuff, juga sekitar kurang dari tiga puluh anak Gryffindor dan salah satunya adalah..... Weasley.

Mengabaikannya, aku menduduki sebuah bangku kosong di meja Slytherin. Aku masih bisa merasakan kalau nyaris seluruh tatapan para perempuan yang ada di ruangan ini tertuju padaku. Yah, aku ini memang sulit untuk diabaikan.

"Scorp!" Panggil sebuah suara centil. Aku memutar bola mataku malas. Aku tidak menoleh ke arahnya, hanya terfokus pada makananku.

"Scorpie," panggilnya lagi. Kini dia sudah duduk di sampingku. Dia nyaris menyentuh tanganku, namun buru-buru kutarik bahkan saat tangannya masih jauh di udara.

Arletta, si "dia" yang kumaksud sedaritadi mendengus marah, "ada apa sih?" Tanyanya. Suaranya menyiratkan kalau dia tidak terima diperlakukan seperti itu.

"Dengar, aku sudah punya kekasih. Jadi kau tidak bisa dengan seenak hati menyentuhku lagi." Kataku tegas. Arletta memutar bola matanya, bosan mendengar perkataanku soal aku sudah menjadi kekasih orang tersebut.

"Aku masih tidak percaya. Buktikan kalau kata-katamu itu bukan hanya kebohongan belaka. Kau lihat, kan di sana ada Weasley sedang sendirian? Nah, buktikan sekarang." Tantang Arletta. Aku menatap matanya untuk melihat apakah dia sedang bercanda atau mungkin dia berkata seperti itu hanya karena dia cemburu buta, namun ternyata tidak. Dia serius. Aku berdiri dari dudukku, lalu berjalan ke arah Weasley.

Semuanya sudah tersusun dikepalaku. Hanya saja, apakah Weasley akan langsung bekerja sama atau apakah dia akan menamparku karena sudah berbuat lancang sehingga Arletta tahu kalau semuanya hanyalah bualan?

Weasley tidak menyadari kehadiranku walaupun aku sudah berada tepat di belakangnya. Dia masih asyik membaca dengan sebuah apel ditangannya. Aku menarik nafas dalam-dalam, lalu dengan tiba-tiba, aku memeluk Weasley dari belakang. Badannya menegang karena kaget sekaligus bingung dan mungkin kesal karena dipeluk oleh entah siapa ini.

"Relaks, ini aku." Aku berbisik. Untung saja dengan otak pintarnya itu dia langsung mengerti. Aku membuang nafas lega, lalu dia memeluk tanganku dan menyandarkan kepalanya di dadaku.

Aku melepaskan pelukkan kami, lalu duduk di samping Weasley dan mencium pipinya. Dia pura-pura tersenyum dan tersipu malu, namun kuberitahu saja, matanya mengatakan sesuatu seperti "sialan kau. Sialan si Goyle." Karena itu, aku tertawa kecil. Bagus, ini mungkin akan terlihat semakin nyata walaupun sebenarnya ini aneh dan canggung.

"Kenapa kau tertawa?" Tanyanya kesal, namun masih memasang wajah ceria supaya Arletta tidak curiga. Aku menahan tawaku karena aktingnya bagus---nada bicaranya sebal, tapi wajahnya senang, jadi Arletta pasti akan mengira kalau Weasley sedang senang karena aku menghampirinya.

"Wajahmu lucu," kataku. Kali ini, pipi Weasley benar-benar bersemu merah. Aku menyeringai, lalu kembali pada wajahku yang biasa dan menatap ke arah Arletta.

Dia memandang Weasley dengan tatapan benci, lalu kembali memandangku. Aku mengangkat sebelah alisku, seakan-akan bertanya apakah itu semua sudah cukup untuk membuktikan kalau aku ini benar-benar kekasihnya?

A Deal With Malfoy [Scorose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang