chapter 6

8.3K 724 97
                                    

WARNING : there's a hot scene below!

[Scorpius Malfoy]
Sudah berminggu-minggu aku dan Weasley tidak berbicara sama sekali. Bahkan dia lebih sering tidur di Asrama Gryffindor hanya untuk menghindariku. Weasley juga selalu membuang muka setiap kali dia melihatku lewat.

Merlin, bukannya aku mau berdekat-dekatan dengannya--jangan berharap deh--, tapi bagaimana sandiwara ini mau berjalan kalau aku tidak pernah berbicara dengannya??

Oke, kuakui aku salah waktu itu sudah memanggilnya jalang dan segala macamnya, tapi apakah Weasley sebegitu sensitif sampai-sampai masih sakit hati?

Jadi, kuputuskan bahwa aku akan menariknya paksa kalau bertemu nanti. Persetan dengan segala hal, aku hanya ingin berbicara dengannya.

"Scorp! Jangan melamun," kata Al sambil menepuk bahuku. "Oh ya, aku perhatikan kau dan Rose sudah tidak dekat? Kalian ada masalah apa?" Tanyanya setelah menelan makanannya. Aku mengangkat bahu.

"Kami baik-baik saja, kok. Kau tidak perlu khawatir.." Ujarku berlagak santai walaupun aku agak stress. Al mengangguk, lalu kembali fokus dengan makanannya.

Aku melihat ke seluruh meja Slytherin, lalu mendapati Arletta yang sedang memandangku. Matanya menyorotkan sorotan sakit hati---apa salahku??

Aku mengabaikannya, lalu kembali mencari-cari sosok itu, yang tak lama kutemukan berada di ujung meja.

Damian. Dia sedang minum dengan wajah datarnya, namun genggamannya pada piala itu sangatlah tidak wajar. Damian mencengkramnya dengan kuat. Aku mendengus, lalu kembali menatap lurus ke depan.

Keputusanku sudah bulat. Aku memang benar-benar harus menculik Weasley. Secepatnya.

****

Saat Weasley berjalan keluar Aula sendirian, aku langsung menariknya tanpa ba-bi-bu. Dia nyaris berteriak kaget, tapi aku sudah keburu membekap mulutnya. Begitu kuyakini tempat ini sudah sepi, aku langsung membuka tanganku dari mulutnya.

"Mmph! Siapa sih k--" Weasley menghentikan ucapannya begitu dia membalikkan tubuhnya untuk melihatku. Matanya membelalak selama beberapa detik, namun dia langsung mengubah pandangannya menjadi penuh benci.

"Mau apa kau? Aku tidak punya waktu untuk meladeni pria sepertimu." Kata Weasley marah, lalu melangkah pergi. Aku langsung menarik tangannya, tidak membiarkannya pergi. Weasley meronta-ronta, tapi percuma saja. Tenagaku lebih kuat dari tenaga Damian, yang artinya jauh lebih kuat dari tenaga Weasel.

Dia mendorongku sambil mencoba untuk memukulku dengan membabi buta, tapi percuma saja. Dengan mudahnya, aku mendorong Weasley ke dinding dan mengunci gerakkannya. Nafasnya terengah-engah, wajahnya berkeringat. Rambutnya menempel di dahi dan pipi tirusnya. Pandangannya penuh dendam padaku.

"Weasley, kau ini kenapa sih?!" Tanyaku sedikit marah. Wajah kami hanya berjarak sekitar tujuh senti.

Weasley tertawa sarkastis, "kau masih tanya aku kenapa?! Ha! Gengsi Slytherin-mu itu kental sekali." Katanya. Aku mencengkram tangannya, agak lebih keras dari sebelumnya. Weasley meringis, namun tatapannya masih penuh kebencian.

"Baik. Sekarang kalau aku sudah melontarkan kata-kata itu, kau mau aku berbuat apa? Yang sudah berlalu yasudah biarkan saja!" Ujarku dengan emosi. Weasley mendecih keras.

"Yeah, seenak itu kau berbicara. Kau tidak merasakan seberapa tidak enaknya itu dibilang jalang. Harga diri perlu dinaikkan. Kau kira aku ini serendah apa, hah?!" Teriaknya tepat di depan wajahku. Aku hanya terdiam, lalu menarik nafas dalam-dalam, dan aku sudah kembali tenang. Nafas Weasley masih memburu. Dadanya naik turun karena emosi.

A Deal With Malfoy [Scorose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang