chapter 26

4.9K 491 22
                                    

[Rose Weasley]
Sudah lama sekali sejak terakhir kali aku berbicara dengan Damian. Setiap kali cowok itu mengajakku untuk mengobrol, aku selalu berusaha menghindarinya.

Ini semua karena rumor itu, walaupun aku masih tidak tahu apakah benar Damian yang mengatakan semuanya - maksudku, aku memang tidak terlalu mengenal Damian, tapi apakah dia selicik itu?

Aku menghela napasku, lalu mengambil semua barang yang aku perlukan untuk mengerjakan tugas Herbologi di Perpustakaan.

Dengan sebuah tarikkan napas, akupun siap untuk keluar dari Asrama Ketua Murid. Aku memutuskan untuk mengerjakan tugas di Perpustakaan dan mengabaikan fakta bahwa kemungkinan besar aku bisa bertemu dengan Damian.

Aku memasuki Perpustakaan dengan santai dan seperti biasa, ruangan itu tenang dan sepi. Hanya ada beberapa anak Ravenclaw, lima dari Hufflepuff, dua dari Slytherin, dan enam dari Gryffindor.

Aku mencari tempat duduk paling sepi agar tidak ada yang mengusikku saat aku mengerjakan tugas. Kukeluarkan semua keperluanku, lalu mengambil sebuah buku dari rak dan mulai mengerjakan.

Sejujurnya, pikiranku tidak fokus ke pekerjaan ini sama sekali. Sudah berkali-kali aku menengadah hanya untuk memastikan kalau tidak ada Damian di sini dan yang aku dapatkan hanyalah orang-orang yang fokus dengan urusan mereka masing-masing.

"Baiklah, Rose. Sudah cukup. Kau tidak boleh memikirkannya. Dia tidak ada di sini dan semuanya baik-baik saja. Kau harus fokus," bisikku kepada diriku sendiri, kemudian aku mengembuskan napas dengan cukup kencang.

Aku kembali menatap buku yang berada di atas meja, kemudian menuliskan beberapa hal yang bersangkutan di perkamen. Pikiranku tidak boleh teralihkan hanya karena seorang Damian. Aku harus fokus jika aku ingin menyelesaikan tugas ini.

Aku memejamkan mata, namun tiba-tiba sebuah suara yang paling tidak kuharapkan membuatku terbelalak, "Kau sedang apa?"

"H-hanya mengerjakan tugas Herbologi," jawabku gugup.

"Oh. Rose, aku mempunyai pertanyaan untukmu," kata Damian dengan serius. Terbesit sedikit rasa amarah di dalam sana.

"Tanyakan saja," balasku sok santai, bertepatan pada saat duduknya Damian di sampingku.

Jangan menanyakan hal itu, kumohon...., doaku di dalam hati.

"Kenapa kau menghindariku belakangan ini?" Tanyanya. Aku menatap matanya selama beberapa detik sebelum akhirnya kembali menunduk dan menatap buku tanpa benar-benar membacanya.

"Apa maksudmu?" Dustaku pada akhirnya. Sekarang aku hanya bisa berharap Damian akan percaya bahwa aku memang tidak mengerti apa yang dia bicarakan.

"Kau menghindariku, Rose," tekannya. Aku menggeleng pelan sebagai jawaban.

"A-aku tidak mengerti."

"Aku tahu kau mengerti," katanya dengan suara yang lebih terdengar seperti geraman.

"Tatap aku," kata Damian kasar. Dengan setengah hati aku menuruti perintahnya dan menatap matanya, namun belum sampai tiga detik, aku sudah mengalihkan pandanganku lagi.

"Aku bilang tatap aku," paksa Damian. Aku kembali memaksakan diri untuk menatap matanya.

"Kenapa kau menghindariku?"

Hening. Aku tidak menjawab dan hanya menatap Damian.

"Jawab aku," dorongnya lagi.

"Aku tidak merasa kalau aku menghindarimu," balasku setegas mungkin, namun Damian menatapku dengan tatapan menghina - dia tahu aku berbohong.

A Deal With Malfoy [Scorose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang