chapter 20

5.5K 570 58
                                    

a/n: maaf ya aku publish ulang soalnya pas aku buka tiba-tiba chapter ini gak ada._. happy reading!

***

[Rose Weasley]
"Lepaskan!" Jerit Goyle sambil meronta-ronta seperti orang gila. Percuma saja. Shawn, orang yang menangkap tangan Goyle –yang belum sempat menyentuh wajahku untuk yang kedua kalinya– mempunyai tenaga yang lebih besar daripada Goyle.

"Diamlah," ujar Shawn malas. Kini dia sudah menahan tubuh Goyle, sehingga membuatnya terdiam. Aku hanya memandangi mereka dengan tatapan polos sekaligus bingung.

"Kenapa kau bisa di sini?" Tanyaku kepada Shawn. Aku benar-benar mengabaikan fakta bahwa masih ada Goyle di hadapanku.

"Aku mendengar keributan dari arah sini, jadi aku datang.." Balasnya santai. Aku hanya mengangguk pelan.

"Pipimu—"

"Lepaskan aku!!" Potong Goyle sambil menarik-narik tubuhnya agar terlepas dari genggaman Shawn.

"Bisa diam tidak, sih?!" Bentak Shawn. Goyle langsung terdiam, namun matanya tetap menyorot tajam. Dia benar-benar marah.

"Sana ke Asramamu, Rose. Biar kuurus perempuan ini," kata Shawn kepadaku. Sebenarnya aku mau menolak, tapi berhubung aku sendiri sudah malas dengan Goyle, akhirnya kuputuskan untuk membiarkan Shawn mengurusi Goyle.

Aku pergi meninggalkan mereka berdua dan bisa mendengar Goyle berteriak, "kita belum selesai!!" Namun selain itu, hanya suara langkah kakikulah yang terdengar bergema di sepanjang koridor sepi.

Setelah mengucapkan kata kuncinya, aku segera melangkah masuk. Aku mengambil kantong berisi permen dan cokelat pemberian dari Shawn, lalu mulai memakannya. Kupikir dengan memakan cokelat, maka moodku bisa naik lagi.

Saat aku baru saja ingin membuka bungkusan permen yang keenam, tiba-tiba sebuah ingatan menghantam memoriku.

Setahuku, aku tidak bertemu dengan Scorpius di manapun. Padahal aku bersamanya semalam, kan?

Aku mengesampingkan kantong dari Honeydukes, lalu berjalan menuju kamar Scorpius.

"Scorp?" Panggilku sembari menyembulkan kepala ke dalam ruang kamarnya, namun tidak ada yang menyahutiku. Kuedarkan pandanganku ke seluruh ruangan dan tidak menemukan siapa-siapa di dalam sana.

Aku menggigit bibir bawahku gugup. Ke mana lagi, sih anak itu? Aku memutuskan untuk mengecek ke kamarku.

"Scorpius??" Panggilku. Lagi-lagi tidak ada sahutan yang terdengar. Kini kulangkahkan kaki ke dalam kamarku, lalu aku terduduk di atas kasur.

Apa Scorpius kembali ke Manornya lagi? Pikirku lesu. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan dan tiba-tiba saja mataku menangkap sebuah kertas yang tidak pernah ada di meja rias.

Aku melompat dari kasurku, lalu berlari kecil menuju meja rias dan segera menyambar surat itu.

Dear Rosie,
Aku kembali ke Malfoy Manor. Mungkin tidak akan lama...

-S. Malfoy

Aku menghela napas panjang. Kenapa, sih dia harus kembali ke Manor? Padahal baru kemarin malam kami bertemu.

Bukannya aku betah berdekatan dengan manusia paling jahil semuka bumi. Tapi seperti apa yang sudah pernah kuakui, aku merindukannya. Dia sudah seperti— um... sepupuku sendiri.

Baru saja aku mau meletakkan surat itu kembali ke asalnya, namun tiba-tiba dua buah tangan menutup mataku. Detak jantungku menjadi cepat secara tiba-tiba karena kaget.

A Deal With Malfoy [Scorose]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang