Part 2

8.5K 247 2
                                    

"Baby.... kamu harus tau,apapun keadaanya,aku slalu mencintaimu,sampai kapanpun...tidak akan ada yang bisa merubahnya...."Victoria tersenyum simpul,kemudian memeluk Andrew dengan erat.

" iya hubby ku,aku tau kok,satu hal juga yang harus kamu tau,bahwa rasa cinta dan sayangku lebih besar daripadamu,janji yaa,apapun yang terjadi jangan tinggalin aku." Victoria menumpukan dagunya pada bahu lebar Andrew.

"Aku gak akan pernah ninggalin kamu baby,skalipun kamu berniat pergi dariku,aku tidak akan pernah melepasmu."Andrew semakin mempererat pelukannya.

Dering handphone di nakas sebelah tempat tidur membangunkan Victoria,matanya mengerjap,tangannya berusaha menggapai benda itu.

"Sayang,jangan lupa nanti malam yaa,mamah udah siapkan semuanya,tidak ada penolakan,tidak ada bantahan ya princess,ok." Suara mamanya tegas diseberang telepon mengingatkannya.

"Iyaa ma,vic tau kok." Sahut Victoria lemah,mamanya kemudian memutus sambungan telponnya.

Victoria terdiam,selalu saja mimpi yang sama mengusiknya,potongan kenangannya ketika ia masih bersama dengan Andrew,tak terasa matanya panas,pandangannya nanar,sebutir cairan bening jatuh membasahi pipinya. Ia terisak,menangis dan sesak secara bersamaan,ketika hatinya menginginkan,akan tetapi otaknya menolak keras keinginan hatinya.

======================

Victoria menutup pintu kamar mandinya,ia mengikat jubah mandi berwarna biru muda,tangannya membetulkan handuk yang melilit kepalanya.

Ketika ia berjalan ke arah meja riasnya yang berada di depan ranjang,ia melihat Vania,kakaknya meletakkan aneka kotak dengan label desainer di atas ranjang.

"Hi.. princess,ini tadi dari mamah,sengaja kakak yang bawa." Vania masih sibuk mengeluarkan isi dari kotak pembungkusnya.

"Iya kakak gak apa-apa,taruh aja disana,nanti pasti aku pakai"Vania menoleh ke adiknya,menatapnya lekat.

"Pasti abis nangis lagi ya dek,matamu bengkak skali,jangan sampai mama sama papa tau de, kakak ambilin kompres dulu ya." Setelah itu Vania keluar dsri kamar adiknya.

Victoria duduk di meja riasnya,membuka handuk yang berada dikepalanya, sehingga rambut ikal coklat madunya tergerai sampai pinggang.

" ini kompresannya ya de,kakak tinggal dulu,jangan lupa siap siap ya, papa dan mama gak mau kita telat." Vania tersenyum,kemudian menutup pelan pintu kamar adiknya.

Jarum jam di kamar Victoria menunjukkan pukul 18.00. Victoria menatap sekali lagi tampilannya di cermin panjang yang ada di sudut kamarnya. Penampilannya sempurna, tak terlihat lagi Victoria yang rapuh dengan mata sembabnya,tergantikan dengan Victoria yang cantik,ceria dan tersenyum simpul. Topengnya telah terpasang sempurna.

Papa,mama dan kakaknya Vania telah menunggu di ruang tamu,Victoria berjalan kearah mereka. Mamanya menatapnya,kemudian tersenyum,begitu pula papa dan kakaknya.

"Ingat princess,perjodohan dengan keluarga Dharmawan harus terlaksana,tidak ada penolakan untuk kali ini".papanya berkata mengingatkan Victoria.

"Iyaa sayang,satu hal lagi,jangan berbicara kalau tidak ada yang bertanya,jadilah anak mama yang manis malam ini". Mamanya menimpali perkataan papanya,Victoria tersenyum menanggapi perkataan kedua orang tuanya.

Trully WeddingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang