"Ra, kamu kok bisa gak lulus ujian masuk perguruan tinggi?" Titah Kak Beno saat kembali dari Singapura. Dia pasti sangat kecewa dengan hasil tesku. Walaupun sibuk dengan pekerjaannya, Kak Beno selalu mendukungku bahkan meminta temannya untuk memberiku les tambahan beberapa hari sebelum tes kemarin.
Sambil membuat sebotol susu untuk anaknya, Kak Beno sesekali melirikku, "Gak tau Kak. Setelah Aira lihat soalnya, Aira yakin kalau ini bukan jalan Aira. Kakak tahu sendiri 'kan kalau Aira males belajar, apalagi di jurusan yang Papa minta."
"Trus kamu mau sekolah di mana? Masa depanmu gimana?"
Kak Fita datang ke dapur dan mengambil botol susu dari Kak Beno. Aku tersenyum kepadanya. Dua tahun sejak pernikahan Kak Beno dengan Kak Fita, aku tidak pernah sekalipun bisa dekat dengan wanita pilihan Kak Beno itu. Selain pernikahan mereka yang mendadak, penampilan Kak Fita pun di luar kriteria favoritku untuk seorang kakak ipar. Kak Fita cenderung glamour karena orang tuanya berpenghasilan tinggi, aku selalu berharap untuk mempunyai kakak ipar yang sederhana dan bisa mengajariku untuk memasak.
"Iska menawariku pekerjaan.."
"Iska siapa?" Kak Beno duduk di meja makan dan melahap sebuah donat yang kubeli tadi sore. "Jangan yang aneh-aneh. Kakak bisa mengusahakan kamu masuk universitas swasta yang bagus." Kata Kak Beno.
"Kak, aku gak mau kuliah." Kataku penuh penekanan. Aku bingung, kenapa keluarga ini menganggap kuliah adalah segalanya. Pertama Kak Beno, Papa memaksa Kak Beno masuk ke jurusan teknik yang samasekali bukan minatnya, walau pada akhirnya Kak Beno berhasil, tetap saja. Bagiku, menghabiskan waktu di tempat yang tidak kita sukai adalah sia-sia.
"Iska temanku. Dia sudah mendaftar ke maskapai tapi gagal di tes wawancara."
Kak Beno menaikkan sebelah alisnya, "Maskapai? Pramugari maksudmu?"
"Iya, Kak."
"Jangan aneh-aneh kamu! Itu pekerjaan berbahaya!"
"Lalu apa bedanya sama Kak Beno yang naik pesawat dua kali setiap bulan?"
Kak Beno mengusap wajahnya. Dia tidak akan habis pikir dengan niatku untuk menjadi pramugari. "Kalau itu maumu, Kakak benar-benar akan melepasmu. Berjuang dengan caramu sendiri. Kalau kamu gagal, Kakak dengan senang hati memasukanmu ke universitas swasta."
***
"Aira?"
Aku menoleh ke arah pintu kamarku. Kak Fita muncul dari sana dan masuk ke dalam kamarku. "Kakak denger dari Beno kalau kamu mau jadi pramugari?" Bibir tipisnya yang dihiasi Olive Rimmel menyunggingkan sebuah senyuman.
"Ya.. gitu lah, Kak." Aku tersenyum tipis.
Kak Fita menepuk pundakku, "Kakak punya kenalan senior pramugari. Kalau kamu mau, Kakak bisa minta tolong sama dia untuk membantu kamu mempersiapkan diri sebelum perekrutan."
Aku berdiri dari kasurku dengan wajah berbinar, aku langsung memeluk Kak Fita dan menyetujui tawarannya. "Mau, Kak!"
"Besok kita ketemu sama dia, ya."
***
Dan, yap! Di sini lah aku berada. Berdiri di lobby sebuah apartemen mewah di pusat Jakarta. Kak Fita benar-benar merealisasikan tawarannya untuk menghubungi temannya yang berprofesi sebagai pramugari untuk mengajariku beberapa hal.
Setelah hampir setengah jam menunggu, seorang wanita dengan rok mini dan boots cokelat idamanku menghampiriku. "Aira, ya?"
"Iya, ini Mbak.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Devair (Completed)
Romance[BACKGROUND : A320 (local airlines), B777 (int. Airlines), A380 (int. Airlines)] "When everything seems to be going against you, remember that the airplane takes off against the wind, not with it." -Henry Ford Bagi beberapa orang, burung besi itu m...