Alexi Adeva : I Want to Meet Him

10.7K 656 4
                                    

Hai guys! Balik lagi sama ane hehehehe 

Kalian ngerasa gak sih kalau Devair ini ceritanya gak tamat2 dan kebanyakan part? Tapi ya mau gimana lagi hmm T^T 

Aku mau promosi ceritaku lagi deh, buat kamu yang pengen jadi pilot atau tertarik sama abang-abang pilot, yuk baca Dream Propeller. Cerita ini menyajikan kisah-kisah seorang calon pilot sampai dia menjadi pilot. Kalian juga bisa sedikit mengetahui kehidupan di sekolah pilot dan bagaimana mereka belajar serta tahap-tahap menjadi seorang pilot. Aku juga akan menyisipkan sedikit teori penerbangan yang bisa aku bagi ke kalian. Aku juga mencoba untuk membuat cerita penerbangan yang lebih baik lagi dari Devair. Ayo baca!

--------------------- 



"Gue jemput anak dulu, ya. Gak enak ganggu waktu lovey dovey kalian, hehe." Aku melambaikan tangan kepada Caca. Aira berjalan ke arah pintu dan memastikan kalau Caca sudah benar-benar pergi.

Aku membantu Aira untuk duduk di sampingku. Entah apa yang membuatku tersenyum saat memandang wajah Aira. Semua kesedihan yang kurasakan seakan menguap begitu saja saat melihat wajahnya yang sempurna (aku tahu di dunia ini tak ada yang sempurna but she has all of the perfection).

Dia menggigit bibirnya sambil mengambil sebuah foto dari dalam saku celananya, "I don't know if you're ready for this or not.. but I should tell it.." katanya.

Aku memperhatikan seorang pria yang ada di foto tersebut, dia berfoto dengan latar belakang sebuah universitas dengan gaya bangunan layaknya negara-negara Eropa.

Oh, this man.

"Aku pernah melihatnya." Ucapku. Aira membuka matanya lebar-lebar dan memberiku tatapan 'really?', "Di penerbangan dari Dubai waktu itu.." aku tersenyum.

"O-oh itu..." dia menggaruk tengkuknya, aku tahu itu hal yang sangat memalukan dan agak sensitif jika dibicarakan lagi. So let's just move back to the topic.

"Kenapa, Ra?"

Aira menarik nafas lama-lama dan menghembuskannya. "Do you see Devina on him?"

"Devina?"

Aku memperhatikan pria itu. Semakin lama wajahnya seakan membentuk duplikat dari Devina. Warna rambutnya, mimik wajahnya, dan beberapa bentuk wajahnya hampir mirip dengan Devina.

"His name is Leon. Dia co-pilot di maskapaiku dulu."

"Dia berasal dari mana?" aku menatap Aira nanar dan menggenggam foto pria ini dengan tangan bergetar.

"Dia datang ke Jakarta untuk mencari seorang wanita dan dia menunjukan foto Meva kepadaku dan—"

"I said, where does he come from, Aira?!"

Ya Tuhan, apakah aku tadi membentaknya?

"J-jerman..."

Aku menjatuhkan punggung ke atas kasur dan mengusap wajahku. Apakah pria itu yang tega menebar benih pada Meva dan meninggalkan tanggung jawabnya begitu saja? Dan dia baru mencari Meva saat semuanya terlambat? Saat Devina tak dapat mengetahui siapa ayah kandungnya? Kenapa Tuhan menciptakan makhluk sejahat itu?

"Deva, jangan!"

Dengan sekuat tenaga aku melepas infus yang terpasang di tanganku. Tidak dapat kubiarkan, aku berjanji akan menghajar pria yang sudah memberikan beban seberat itu untuk Meva dan tak pernah hadis sebagai sosok ayah kandung Devina bahkan sampai anak tak berdosa itu harus pergi sebelum melihat ayah kandungnya.

Devair (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang