Hello! Makasih ya yang udah nungguin update huhuhu T^T I worked so hard to write this story and I hope you guys work hard to support this story *loljk*dont forget to vote, comment, and share!
Return To Base adalah istilah yang dipakai untuk pesawat yang kembali ke bandara semula. Banyak faktor yang memungkinkan hal ini terjadi, misalnya terjadi kerusakan mesin, cuaca buruk, atau keadaan emergency lainnya yang mengharuskan pesawat untuk mendarat kembali.
Jika sebuah pesawat dengan kerumitannya itu bisa memiliki prosedur seperti itu, apakah hati manusia bisa melakukan hal demikian? Apakah kita bisa kembali ke hati yang sama setelah kita terbang jauh?
Jawabannya adalah, no one knows, even the feeling's owner, just fucking like me.
Aku berusaha. Mendapat tatapan bela kasihan dari penumpang lain pun tak kuhiraukan. Aku kembali ke kursiku di kabin depan. Seorang pramugari menyambutku dan mengatakan 'sorry'. Dilihat dari wajahnya, wanita ini pasti pemimpin kru kabin.
"It's okay, thanks for your efforts." Senyumku. Wanita itu mengangguk sopan dan kembali ke tempat kerjanya.
"Anyway Sir, do you want to drink wine?" dia kembai lagi dan menyentuh pundakku. Ya, wanita ini benar-benar peka dan bahkan terlalu peka bahwa yang kubutuhkan adalah wine.
I need her, Ma'am, not a glass of wine.
"Yes please."
Satu tahun berlalu sejak kejadian di penerbangan Dubai ke Jakarta yang dimulai sebelum matahari terbit di langit Timur. Sudah setahun pula aku mulai melupakan Aira dan kembali menjadi seorang Deva yang dulu. Dingin, keras kepala, dan bahkan lebih dari itu.
Dua tahun kemudian, aku mendengar Aira sudah tidak lagi bekerja di Dubai. Sekarang dia dan Caca menjadi instruktur di salah satu sekolah pramugari swasta di Jakarta. Semenjak mendapatkan dua rating pesawat, aku lebih dekat dengan Pandu karena kami hampir di setiap penerbangan selalu bertemu.
"Welcome to Sydney!" sorak salah satu kru penerbangan kami ke Sydney, Australia siang ini. Ini pengalaman pertama bagiku untuk bekerja dengan banyak kru dan tentunya lebih banyak karakter berbeda.
Aku berjalan di belakang seorang diri, mencoba menyari sinyal wifi untuk menghubungi seseorang di Jakarta. Di dalam bus jemputan, aku duduk di samping seorang pramugari bernama Diasta yang karirnya sudah 'menjamur' di maskapai ini tetapi baru mengambil pelatihan untuk pesawat yang lebih besar.
Diasta mengingatkanku dengan sosok Aira. Semua penampakannya mirip seperti gadis itu. Walaupun dengan kepribadian yang berbeda, entah kenapa selalu mengingat Aira saat melihat Diasta.
Wanita itu mungkin memergokiku sedang memandangnya, dia hanya tersenyum dan menganggap 'pilot suka pramugari' dan sebaliknya itu hal biasa.
Malam harinya kami memutuskan untuk menyantap makan malam di The Manly Wharf Hotel yang menyediakan suasana tradisional namun tetap menarik untuk menjadi tempat singgah kami melepas penat setelah penerbangan full pax.
KAMU SEDANG MEMBACA
Devair (Completed)
Romance[BACKGROUND : A320 (local airlines), B777 (int. Airlines), A380 (int. Airlines)] "When everything seems to be going against you, remember that the airplane takes off against the wind, not with it." -Henry Ford Bagi beberapa orang, burung besi itu m...