Chapter 3

129 23 2
                                    

Mulmed: Sophia Baker

***

"Emma, jangan ke mana-mana!" teriak seorang pria yang kelihatan masih muda mengejar seorang anak kecil.

Emma kecil terus berlari sambil tertawa pelan mengejar seekor kupu-kupu bersayap biru safir. Pria yang mengejar Emma kewalahan dan memilih untuk meninggalkan Emma bermain. Pria itu duduk di sebelah seorang wanita muda yang cantik dan anggun. Wanita itu tersenyum melihat Emma bermain. Pria tadi mencium kening wanita itu dan duduk di sebelahnya.

Wanita itu masih terus mengawasi Emma. Pandangannya menajam ketika melihat Emma mulai mendekati jalan. Wanita itu berlari kecil mengejar Emma.

"Emma! Ke mana kau?" seru wanita itu sedikit panik.

Emma tak memerdulikan suara wanita itu. Ia terus berlari. Hingga..

Tin tin..!!!

"Emma!!"

BRAK!!

"Ahh!!!" Emma terbangun dari tidurnya dengan peluh di mana-mana.

Sial. Mimpi itu lagi. Batin Emma.

Mimpi yang sama yang hampir setiap hari menghantui tidurnya. Emma berusaha mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal.

Tin tin..!!

Emma tertegun. Suara itu.. bukankah itu hanya mimpi?

BRAK!!

Emma terhenyak. Kenapa terdengar sangat nyata?

Emma berlari pelan ke arah jendela. Di luar sana, tepatnya di samping rumahnya, ada 2 mobil truck yang mengangkut banyak barang. Sopir truck itu mengklakson mobilnya menunggu pemilik rumah untuk keluar dan mengambil barang-barang yang banyak itu.

Emma menjadi sedikit lega mengetahui itu suara klakson truck. Namun hanya sepersekian detik karena selanjutnya, nafas Emma tercekat. Pandangan matanya menajam.

Sial. Truck. Aku benci truck.

Emma mengacak rambutnya gusar. Ia hendak meminum air, ketika Ia menyadari sesuatu.

"Bukankah rumah sebelah tidak ada penghuninya? Lalu untuk apa truck itu?" tutur Emma pada dirinya sendiri.

Sesaat kemudian, Emma melihat seorang anak lelaki turun dari mobil truck itu dan membantu beberapa orang lain untuk menurunkan perabotan rumah tangga dari truck masuk ke dalam rumah. Emma tertegun. Mata pemuda itu.. menyeramkan! Emma sedikit terkejut melihatnya. Emma tak pernah melihat mata sekejam itu sebelumnya.

Apa dia penjahat? Ah.. kurasa tak mungkin penjahat bisa dengan mudah berkeliaran begini.

Ia pun bergidik ngeri. Setelah itu, Ia kembali melamun, sibuk dengan pikirannya sendiri.

Hmm.. tetangga baru, ya? Menarik..

Senyum sinis Emma kembali muncul. Orang baru, masalah-masalah baru.

***

Malam itu seperti biasa, Emma pergi menyusuri jalan-jalan kota untuk mencari makanan enak tetapi murah sebagai pengisi perutnya. Emma berjalan keluar dari mansion dan mulai berjalan mencari pedagang makanan. Ketika melewati rumah di sampingnya, Ia melihat anak lelaki yang baru saja pindah rumah tadi siang sedang duduk sambil meminum teh.

Emma hanya memasang wajah dingin dan kembali berjalan. Tak lama kemudian, Ia melihat penjual ramen. Dengan tak sabar, Emma segera mendekati penjual itu lalu membeli sekotak ramen untuk dirinya sendiri. Emma pun berjalan ke rumahnya sambil memakan ramen.

Lonely EmmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang