Chapter 18a: Exceptional Moonlight

43 6 3
                                    

Don't forget to vote and comment, and please enjoy the music in the multimedia :)

"Hohoho... Laporan yang sangat bagus untuk bu Maddi.." ujar Emma dengan mata berkilat.

"E-eh.. Kau harusnya di pihakku, kan? Ah, sudahlah. Kaburr!!!"

***

Sebuah langkah kaki berat nan tegap memenuhi rumah itu diiringi bayangan pria berjas panjang menjuntai hingga ke bawah. Kacamata yang tidak bertengger dengan baik di hidungnya segera Ia perbaiki demi kenyamanan dan perbaikan penampilan. Gayanya yang nyentrik sangat dikenali oleh para pelayan rumah, dan pemilik rumah itu tentu saja.

"Ada yang bisa kami bantu, tuan?" tanya seorang pelayan.

"Ya, tentu saja. Katakan pada tuan Archer bahwa informasi yang Ia minta sudah aku dapatkan." jawab pria nyentrik itu.

"Baik, tuan. Duduklah sebentar sambil menunggu." ujar pelayan itu, lalu kemudian beranjak pergi memanggil majikannya.

Sang pria meneliti seluruh sudut rumah itu. Tidak jauh berbeda setelah sekitar 4 tahun lebih bantuannya tak lagi dibutuhkan sang empunya rumah.

"Ah, Detektif Don Shields, jika aku tak salah lihat dengan mataku yang semakin menua ini." ujar pemilik rumah—yang tau-tau sudah ada di belakangnya—sambil tersenyum.

"Ah, ya. Sudah lama sekali, Mr. Noah. Bagaimana keadaan istri barumu? Dan, anakmu tentunya." ujar Don sambil tersenyum sarkastis.

"Masih keras kepala seperti yang sudah-sudah. Untuk itu, aku butuh bantuanmu. Apa kau sudah dapat infonya?" tanya Noah.

"Tentu saja. Apa barusan kau meragukan kemampuan kerjaku?" tanya Don.

"Tentu tidak, tuan Shields. Kau adalah detektif kepercayaan keluarga ini selama bertahun-tahun. Tentu saja untuk mencari tau keadaan seorang gadis kecil merupakan tugas kecil untukmu." ujar Noah sambil memberi tatapan kagum pada Don.

Don menatap Noah sebentar lalu kemudian tersenyum kembali. "Jadi, ini laporannya. Dia baik-baik saja dan dalam keadaan yang sangat sehat. Sempat ada murid yang menyerangnya tetapi persis seperti almarhum nyonya Isabella, dia adalah gadis yang kuat."

Don memperhatikan perubahan ekspresi Noah ketika nama mendiang istrinya disebutkan. Senyum sarkas kembali menghiasi bibir detektif itu.

"Kepribadiannya tak terlalu baik, tapi Ia berhasil mendapatkan teman. Seorang anak lelaki." ujar Don melanjutkan.

"Itu tidak penting. Aku hanya ingin tau bagaimana keadaannya apakah dia baik-baik saja." ujar Noah terdengar tak peduli.

Senyuman Don semakin merekah. "Ya, memang tak menarik. Temannya hanyalah seorang bocah berambut biru gelap... dengan mata yang mengerikan." ungkap Don.

Tubuh Noah menegang. "Jangan bilang.."

"Sayangnya begitu. Tak seharusnya terjadi, bukan? Tapi kurasa dia anak baik-baik. Kau tak perlu khawatir." ujar Don, puas melihat wajah frustasi Noah. "Hanya saja seharusnya memang kau menjaga satu-satunya pewaris Archer Company dengan sangat hati-hati." lanjut Don lagi.

Noah menghembuskan nafas panjang. "Aku tau. Aku akan membawanya kembali. Aku janji. Bagaimanapun juga, dia putriku. Aku tak bisa terus-terusan menyalahkannya atas apa yang terjadi." ujar Noah lagi.

"Baguslah. Keluarga seharusnya memang selalu bersama. Tak ada yang bisa benar-benar menggantikan posisi mereka di hatimu. Tak akan pernah."

***

Lonely EmmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang