Chapter 20

17 1 0
                                    

Jacob pun tersenyum mendengar persetujuan Oliv, lalu keduanya pun naik di motor, dan melaju di jalanan kota itu.

Dalam hati, Oliv bersyukur masih diberi kesempatan untuk menikmati hal-hal kecil yang indah ini. Setidaknya, sebelum Tuhan memberi taunya, sudah waktunya untuk pulang.

***

Jacob dan Oliv sampai di butik yang dimaksud Emma sekitar jam 7 malam. Di sana sudah ada Liam, Ava, dan Owen. Ava sibuk memilih gaun yang akan Ia pakai, Owen dengan gelisah mengecek saldo rekeningnya berkali-kali, sementara Liam hanya duduk di sofa kecil yang disediakan pemilik toko.

"Emma, aku rasa kau bisa menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan gaun pesta sekarang juga," kode Oliv.

"Tidak sekarang, Oliv. Kalian berdua pilihlah pakaian mana yang kalian suka, kakakku dan aku yang akan membayar semuanya," titah Emma.

"Hah?" Oliv melongo mendengar perintah itu.

"Apa? Cepat pilih dan pas baju yang kalian mau! Setelah ini kita makan dan akan aku jelaskan semuanya. Jangan banyak bertanya," gerutu Emma, ketus seperti biasanya.

Akhirnya tanpa banyak ba-bi-bu, Jacob dan Oliv segera memilih pakaian yang mereka rasa cocok.

"LIAM!!! Sampai kapan kau akan memainkan ponselmu, hah?!!"

Sesaat, Liam hanya diam. Pasalnya, telinganya berdengung dengan bunyi konstan yang sangat menyakitkan.

"Aku sudah memilih pakaianku," jawabnya singkat dan datar.

Emma mendengus lalu pergi ke arah Owen yang sedang menertawakan dirinya.

"Apa yang lucu, hah?!"

"Pfftt.. hahh, dasar. Makanya biasakan bertanya itu baik-baik. Dasar bocah payah," hina Owen tanpa hati.

Emma memasang tampang cemberutnya, memilih untuk diam seribu bahasa.

"Ehm, Em?" Owen memanggilnya ragu-ragu.

"Apa?"

"Apa kau tidak penasaran mengapa aku bisa ada di sini? Datang ke Jepang dan bekerja di toko donat favoritmu, apa menurutmu itu semua adalah kebetulan?" Owen bertanya dengan penuh keraguan dalam nada bicaranya.

Emma hanya diam. Ia sudah menduga ini pasti ada apa-apanya.

"Setelah aku diusir oleh ayahmu, aku tidak disiksa. Aku malahan dibawa ke rumah adik bungsu ibumu. Dibandingkan pengusiran, aku rasa akan lebih tepat untuk memandang tindakan ayahmu itu sebagai 'pengasingan'. Dia hanya tidak mau aku berada di rumahmu supaya aku tidak ikut campur dengan urusan keluarga kalian," cerita Owen.

"Namun setelahnya aku masih bisa melanjutkan studiku, bahkan sampai kuliah hingga saat ini. Dan seharusnya tetap seperti itu kalau saja aku tidak memberanikan diri untuk pergi mencari dan menemuimu di rumah. Aku pikir kau masih tinggal di rumahmu. Ternyata, kau sudah diasingkan ke Jepang. Tetapi kedatanganku waktu itu tidak sia-sia. Aku menemukan sesuatu yang menarik," lanjut Owen dengan nada menggantung, "aku melihat mobil Detektif Don Shields terparkir di depan rumahmu."

Emma tercengang. Detektif Shields adalah detektif kepercayaan keluarganya untuk menyelidiki berbagai kasus yang membelit keluarga Archer. Pengusaha kaya seperti Noah Archer pastilah punya banyak pesaing yang membencinya dan berusaha menjatuhkannya. Maka kecerdasan dan ketelitian Detektif Shields sangat diperlukan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan.

"Aku punya firasat buruk tentangmu, Em. I mean, tentu saja ayahmu punya banyak pesaing yang menyimpan dendam padanya untuk diselidiki tetapi tetap saja. Kau masih bagian dari keluarga Archer. Kau adalah putri tunggal dari istri pertama dan tercintanya. Terlihat atau tidak, ayahmu tetap sangat menyanyangimu. Dia mungkin sedang mencari tahu tentang dirimu saat ini, dengan bantuan Detektif Don tentunya. Makanya aku jauh-jauh datang ke sini, ingin melihat seperti apa kehidupanmu yang bisa saja membuatnya tertarik," ungkap Owen.

Lonely EmmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang