Chapter 15

55 9 0
                                    

"Iya, iya." ujar Emma sambil mendengus.

Sesaat keheningan menerpa mereka. Keduanya tersenyum dalam hati sambil menikmati angin sepoi musim semi yang menerpa mereka. Tanpa mereka ketahui, dari bangku panjang di bawah pohon sakura itu, ada seseorang yang tengah mengawasi mereka.

***

"Pelayan!"

Seorang pelayan di rumah itu terbirit-birit menghampiri majikannya. Wajahnya terlihat takut-takut kalau Ia tiba-tiba dipecat karena melakukan kesalahan.

"Ya, tuan?"

"Telpon Mr. Shields. Aku butuh bantuannya sekarang juga." ujar sang majikan memerintah.

"Baik, tuan."

Pelayan itu pun segera pergi menelepon tuan Shields yang dimaksud. Tak lama kemudian, pelayan itu kembali pada majikannya.

"Bagaimana?"

"Tuan Shields siap, tuan. Dia akan segera datang ke sini secepat mungkin." jawab pelayan itu memberi informasi.

"Baiklah. Kau boleh pergi."

"Permisi, tuan."

Pelayan itu pun kembali mengerjakan tugasnya yang sempat tertunda. Seiring dengan menghilangnya punggung si pelayan, sang majikan segera berdiri dan menatap pemandangan luar.

"Sebentar lagi, kau akan segera pulang."

***

Emma menggandeng tangan, ralat, menarik tangan Oliv sambil berlari-lari kecil menuju gerbang sekolah. Oliv bersusah payah mengikuti langkah Emma yang terburu-buru.

"Huh, huh, Emma! Pelan-pelan, huh, dong!" omel Oliv.

"Tidak bisa. Tak ada waktu lagi. Ayo cepat!" ajak Emma.

"Memangnya kita mau ke mana, sih? Hey, kau lupa, ya?" tanya Oliv pada Emma.

"Tidak, aku ingat. Ava ingin kita bertemu lagi hari ini. Makanya kita harus cepat." ujar Emma.

"Bukan, bukan itu. Aku ada latihan hari ini. Lomba sudah tinggal beberapa minggu lagi dan kami belum latihan sama sekali." ujar Oliv.

Langkah Emma terhenti. Ia berbalik pada Oliv dengan wajah ditekuk.

"Ayolah.. Apa tidak bisa diundur lagi?" tanya Emma.

"Kau gila, ya? Tidak bisa! Kau sudah dengar sendiri kan, kemarin Ethan bilang apa? Ini dispensasi yang terakhir. Setelahnya tidak ada kebijakan lain yang lebih dari ini." ujar Oliv mengutip perkataan Ethan, si ketua OSIS.

Emma mengerucutkan bibirnya. Mau tidak mau Ia harus mengakui kalau dia sejujurnya takut, ralat, bukan takut. Segan, ya segan. Segan pada ketua OSIS satu itu dengan karisma dan aura yang dimilikinya.

"Huft.. Kenapa sih kau ikut tim softball? Bahkan jadi kaptennya!" keluh Emma.

"Ih, terserah aku lah. Memangnya kenapa? Berorganisasi itu menyenangkan tau. Sekali-sekali kau coba masuk dalam organisasi favoritmu. Misalnya kau suka bahasa Inggris. Masuk saja di Azabu English Team. Sekolah kita kan punya organisasi itu." ujar Oliv.

"Terserahlah. Jadi bagaimana dengan Ava?" tanya Emma.

"Ya.. Kau pergi sendiri bagaimana? Ava kan sudah kenal baik denganmu. Lagipula kau sangat paham masalah ini, kan?" tanya Oliv.

"Iya sih.. Tapi.."

"Ah, tidak ada tapi-tapian. Sekarang aku harus bersiap untuk latihan softball, dan kau pergilah menemui Ava dan minta penjelasan padanya. Ok, semoga sukses!" seru Oliv sambil berlalu pergi.

Lonely EmmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang