Chapter 2

205 26 4
                                    

Mulmed: Olivia Bailey

***

Pagi itu seperti biasa, Emma berjalan menuju sekolah sambil mendengar musik dari headsetnya. Kedua tangannya disisipkan ke dalam kantong seragamnya. Dengan wajah dingin tanpa senyum itu, Emma terus berjalan ke sekolah.

Namun, ada sesuatu yang aneh. Semua murid berkumpul di depan gerbang sekolah sambil bersorak kegirangan. Emma terhenti sesaat. Ia melihat sebuah mobil lamborghini mewah nangkring di depan gerbang sekolah. Sesaat kemudian, turunlah seorang gadis cantik dengan rambut panjang berwarna biru panjang hingga pinggul, mata berwarna ungu kebiruan, senyum mengembang, dengan memakai seragam sekolah. Emma berpikir sejenak. Ia merasa Ia pernah melihat gadis itu di cover majalah-majalah fashion. Sesaat, Emma tersenyum sinis.

Ya, dia adalah Sophia Baker, seorang model ternama yang akhir-akhir ini sering diperbincangkan oleh anak-anak remaja karena kecantikannya. Cantik, ramah, polos, dan lemah lembut membuat penggemarnya semakin banyak dari hari ke hari. Hanya saja, Ia sering terlihat di cover majalah menggunakan bikini dan pakaian kurang bahan lainnya. Model memang model, tetapi bukan Emma Archer namanya kalau tidak memperlakukan Sophia seperti murid lain di sekolahnya.

Emma berjalan mendekat ke gerbang sekolah. Terdengar sorakan di sana sini.

"Sophia, boleh aku minta tanda tanganmu?"

"Sophia, kau cantik sekali!! Berfoto denganku, ya?"

"Sophia, nanti di kelas duduk sebangku denganku, ya?"

Berbagai pujian dan permintaan tak henti-hentinya keluar dari mulut para murid yang tak lain adalah penggemar berat Sophia. Sophia pun tak henti-hentinya mengumbar senyum ramah dari bibirnya.

Emma merasa terusik dengan keadaan ini. Ia ingin masuk tetapi gerbang sekolah penuh dengan murid-murid yang mengerumuni Sophia. Biasanya, Ia langsung lurus-lurus saja masuk ke sekolah karena para murid pasti langsung membuka jalan baginya. Tapi berhubung idola mereka ada di sini, maka gerbang itupun penuh dengan banyak murid yang kegirangan.

Berkali-kali Emma berusaha menyusup di antara lautan murid itu, tetapi tidak bisa. Darahnya mendidih karena tak bisa masuk dengan bebas seperti biasanya.

"Awas."

DEG!

Hening

Semua murid yang mengenal suara dingin nan mengerikan itu segera terdiam dan perlahan menoleh ke asal suara. Di sana sudah berdiri seorang gadis bermata amber menyilangkan tangan di dada. Perlahan semua murid membuka jalan bagi gadis cantik itu. Semua, kecuali Sophia.

Sophia masih heran dengan sikap semua murid terhadap siswi bertubuh mungil itu. Ia meneliti penampilan Emma dari atas sampai ke bawah.

Cantik. Batin Sophia.

"Kenapa masih berdiri di situ? Aku bilang, awas!" ujar Emma kasar.

Sophia terhenyak dan seketika darahnya mendidih. Belum pernah ada orang yang berani memerintahnya seperti itu. Ia meraih kerah baju Emma sambil menatapnya tajam.

"Heh! Siapa kau berani sekali memerintahku seperti itu? Kau pikir kau siapa, hah?!" bentak Sophia saat itu juga.

Semua murid terkejut karena belum pernah melihat Sophia membentak orang lain sebelumnya. Sophia segera menyadarinya dan melepas kerah kemeja Emma. Wajahnya pucat pasi telah menunjukkan sikapnya yang sebenarnya di hadapan para penggemarnya. Emma tersenyum sinis telah berhasil memancing emosi Sophia.

"Aku? Abigail Emma Archer." jawab Emma dengan senyum iblisnya.

Sophia terkejut mendengar nama belakang gadis itu.

Lonely EmmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang