Chapter 6

88 14 0
                                    

Mulmed: Mia Chandler. Tapi karena sudah menikah namanya menjadi Mia Baker.

***

Pagi itu Emma berjalan terseok-seok ke sekolah. Matanya sembab dan bengkak menandakan semalam Ia habis menangis hebat.

Dia berjalan menyusuri lorong sekolah dengan tatapan kosong dan hidung berair karena terlalu banyak menangis. Ketika Ia memasuki kelas pun, Ia tidak mendobrak pintu seperti biasanya, tetapi langsung masuk lurus-lurus tanpa memperdulikan tatapan heran dari orang-orang disekitarnya.

Emma segera mengambil tempat duduk di dekat jendela dan membaringkan kepalanya di atas lipatan tangannya.

"Pagi!" sapa Olivia ceria seperti biasa.

"Pagi juga.." jawab teman-teman kelasnya sambil tersenyum.

Olivia pun balas tersenyum. Lalu, matanya mencari-cari sosok berambut coklat muda. Setelah mendapatinya di dekat jendela, Olivia mendekati Emma dan menepuk pundaknya.

"Hey! Kau kenapa? Pagi-pagi sudah tidur. Ini, makan dulu. Donat tadi malam tidak ada yang makan sama sekali. Huh, tidak menghargai usahaku membawakannya." ucap Olivia ceplas ceplos.

Emma hanya diam. Olivia menjadi heran karena tidak mendapat respon dari gadis bermata amber itu. Biasanya kalau dia bicara ceplas ceplos seperti itu, Emma pasti akan langsung menghujaninya dengan beribu bentakan.

"Hey, bangun, hati batu! Sudah pagi. Ayo bangun.. bangun! Bangun! Bangun!" Seru Olivia seperti menyemangati tim softball favoritnya di tv.

"Hiks.."

Olivia tertegun. Emma menangis? Apa itu isakan tangisnya? Ah, tidak mungkin Emma menangis. Gadis segalak itu menangis. Kan tidak lucu.

"Emma? Hoy, kau ini kenapa?" tanya Olivia.

Emma pun mengangkat wajahnya. Olivia terkejut. Wajah Emma benar-benar mengenaskan. Matanya bengkak dan sembab, rambut-rambut kecil menempel di wajahnya karena air mata, pipinya basah dan terdapat jejak-jejak air mata di sana.

"Hey, kau kenapa? Ya ampun. Cerita padaku!" seru Olivia.

"Kau tau ini tanggal berapa?" tanya Emma dengan suara parau.

"Tanggal 2 November. Ada apa?" tanya Olivia heran.

"Kau tidak ingat apa yang terjadi tanggal 2 November 5 tahun lalu?" tanya Emma lagi.

Olivia berusaha mengingat apapun tentang tanggal itu. Dan setelah dia berhasil mengingatnya, Ia pun tertegun. Pandangan matanya kosong mengingat tanggal berdarah itu.

***

Seorang wanita memakai dress satin memainkan piano di tengah ruangan. Sementara itu, gadis kecil di sampingnya menatap wanita itu dengan takjub. Wanita itu kemudian menatap sang gadis kecil sambil tersenyum.

Ia menghentikan permainan pianonya dan mendekati gadis kecil itu. Ia mencium pipi gadis kecil dengan penuh sayang dan memeluknya hangat.

"Kau tau, kau gadis yang spesial. Bagi kami, kau anugerah yang terindah yang pernah kami terima. Jangan pergi jauh-jauh, ya. Kami menyayangimu."

***

Sepulang sekolah, Olivia dan Emma berlari dengan kencang hendak segera meninggalkan sekolah. Karena terlalu cepat, tanpa sadar Emma menabrak seseorang.

Bruk!

"Awh.. heh, kalo jalan liat-liat, dong!" seru gadis berambut biru yang ditabrak Emma itu.

Emma menatap gadis itu sinis.

"Oh, maaf. Tadi aku kira sampah, jadi tidak sempat liat." ujar Emma dengan tatapan merendahkan.

Lonely EmmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang