Genre: Teen Fiction. [ NPC's challenge ]
Aku tak pernah percaya....
Pada sesuatu yang mereka sebut sebagai keajaiban.
Namun aku sudah tak lagi memiliki harapan.
Kurasa tak ada salahnya untuk mencoba?
Mereka berkata, "jika kau mampu membuat seribu bangau, maka satu keinginanmu akan terkabul."
Aku tidak tertarik, sungguh....
Namun sekali lagi, aku hanya mencoba.
Aku ingin melihat....
Apakah sungguh seribu bangau itu mampu menyampaikan satu permintaanku kepada Tuhan?
Senbazuru.
Dia tersenyum. Dengan mata berbinar, ia menyerahkan lipatan kertas berwarna itu ke hadapanku. Sesuatu yang sebenarnya tak begitu menarik bagiku, namun aku menerimanya.
"Dengan ini, sudah genap tujuh ratus!" tuturnya riang.
Suara manisnya sedikit menggema dalam ruangan serba putih berbau obat yang sedang lenggang saat ini.
Aku hanya balas tersenyum. Senyum yang seadanya.
Mataku beralih ketika ia mengambil lembaran kertas yang lain dan mulai melipatnya dengan telaten.
Senandungnya sesekali terdengar.
Aku menatap kertas lipat yang kini terangkai sedemikian rupa di tanganku.
Origami, kertas berwarna yang dirangkainya menjadi sebuah burung bangau. Dengan kakiku, kutarik kardus kecil yang berada persis di bawah kasurnya. Lantas kuletakkan lipatan kertas itu bersama yang lain.
"Hei, Dokter," panggil gadis itu tiba-tiba. Ia menghentikan kegiatannya. Entah apa yang tengah ia pikirkan, namun kini sepasang obsidiannya berubah sendu.
"Hm?" gumamku menjawab.
"Apakah dengan melakukan ini ... aku benar akan sembuh?"
"Jawaban seperti apa yang kauinginkan?" tanyaku balik, membuatnya tertegun menatapku.
"Kautahu, aku hanya dokter magang. Aku tidak bisa memberimu jawaban yang pasti. Bahkan mereka yang profesional pun, tak dapat memberimu hal itu. Hanya Tuhan yang tahu."
"Aku ... bodoh ya?" Ia tersenyum miris. "Usiaku akan menginjak 20 tahun ini, namun aku masih percaya pada hal konyol seperti ini.
"Aku tahu ini tak ada gunanya. Aku hanya ... ingin percaya. Aku ingin hidup."
Aku kembali menatapnya lekat, gadis yang kembali memalingkan tatapan sayunya dariku. Gadis yang menarik perhatianku sejak pertama kali aku datang ke tempat ini dua bulan yang lalu.
Ia mengidap sakit yang kata para "profesional" itu, tak dapat lagi disembuhkan. Ia tak punya pilihan, yang bisa ia lakukan hanyalah menunggu.
Ya, menunggu.
Tanpa pernah tahu apa yang sebenarnya ia tunggu
Kematian kah?
Atau mungkin sebuah keajaiban?
Senbazuru.
Apakah kau pernah mendengarnya?
Sebuah cerita yang berasal dari negeri Sakura. Sebuah legenda yang mengatakan bahwa jika kau mampu melipat seribu bangau kertas, maka satu keinginanmu akan dikabulkan.
Gadis ini mungkin meminta sebuah kehidupan....
Aku ingat, dulu pernah ada masa di mana aku pun menyukai cerita-cerita semacam ini. Meski aku tahu itu bukanlah sesuatu yang nyata.
Kebohongan yang manis, coba memberi harapan pada mereka yang kehilangan impian, di ambang keputusasaan.
Namun ketika aku menyadarinya, ternyata hal manis itu terasa hambar bagiku kini. Aku sadar, entah sejak kapan ... aku mulai kehilangan kebahagiaan-kebahagiaan kecil semacam ini.
Aku tersentak dari lamunan ketika ia menyodorkan lipatan kertas lainnya tepat ke arahku. Senyum lebarnya kembali tergaris manis. Entah ke mana perginya raut sendu yang tadi kulihat.
"Apa kaupercaya keajaiban?" tanyaku tiba-tiba.
Ia sedikit tertegun mendengar pertanyaanku, namun ia kembali tersenyum kemudian.
"Aku percaya! Sangat percaya!" jawabnya riang.
"Kalau begitu, kau pun harus percaya. Keajaiban itu akan datang padamu sebanyak kau mempercayainya."
Ia tertawa kecil mendengar ucapanku.
Yahh, jujur saja, aku bahkan tidak lagi mempercayai hal konyol semacam itu. Katakanlah aku tak tertarik pada keajaiban atau apa pun itu. Namun, jika hal itu bisa membuat gadis ini berada di sisiku, aku akan mempercayainya lebih dari apa pun.
Karena bagiku, gadis ini adalah sebuah keajaiban.
Dan apa pun yang akan membuatnya bahagia, itu membuatku bahagia.
Sesederhana itu.
#
"Apa kaupercaya keajaiban?"
Jujur saja aku cukup terkejut ketika pertanyaan itu tiba-tiba terlontar darinya, dokter muda yang akhir-akhir ini cukup akrab denganku.
Err ... aku harus menjawab apa? Sekilas kutatap bangau kertas yang terlipat apik di tanganku.
"Aku percaya! Sangat percaya!" jawabku akhirnya, dengan suara yang sengaja kubuat riang.
Dokter muda itu tersenyum kecil menatapku.
"Kalau begitu, kau pun harus percaya. Keajaiban itu akan datang padamu sebanyak kau mempercayainya."
Sebanyak ... aku percaya, ya?
Ya. Aku percaya.
Aku ingin percaya.
Bangau kertas, jika saja benar kau sanggup, dapatkah kausampaikan satu permohonanku ini pada Tuhan?
Aku takkan meminta sebuah kehidupan.
Aku hanya minta satu hal.
Tolong katakan pada-Nya....
Aku ingin terus tersenyum di sisi orang ini, sampai napasku habis.
Hanya itu.
Itu saja, sudah lebih dari cukup.
END
Catatan penulis.
PoV pertama si Dokter, PoV kedua si Gadis. Kalimat pembuka yang paling atas juga si gadis. Kurasa tanpa aku cantumkan, kalian bisa mengerti kan? :3 #plakk!
Terima kasih sudah membaca.^^Best regards, Cherry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Cherry
RandomKadang, sebaris kata dapat membuat hatimu hangat, atau mungkin membeku. Membuatmu mencinta, atau mungkin membenci. Benar? Aku menaruh racun dalam kata-kata. Niat jahat yang menyebar seketika, terjalin rapi dalam rangkaian kalimat sederhana. Secara d...