Genre: Short story. [ NPC's challenge ]
Matamu menatap nanar. Memandang penuh harap setiap manusia yang sibuk berlalu-lalang di hadapanmu, berharap salah satu dari mereka membalas tatapanmu, membawamu pergi dari sisi jalan yang dingin itu.
Semua yang bisa kauingat hanyalah ..., kau baru saja dapat melihat dunia. Meringkuk dalam sebuah keranjang yang hangat bersama ibu dan saudara-saudaramu. Saat-saat itu terasa amat menyenangkan bagimu, dan itu sudah cukup, kau sangat bahagia.
Kemudian begitu kau tersadar, kau telah berada di sini. Dalam sebuah kardus yang diletakkan serampangan di tepi jalan. Dingin, sendirian ..., kau ketakutan dan kesepian.
"Kumohon, siapa pun, bawa aku pulang. Jika kau membawaku, aku akan menyayangimu selamanya ...."
Mungkin itulah yang sekiranya ingin kausampaikan pada setiap sosok yang melewatimu. Pada setiap manusia yang berlalu tanpa menatapmu.
Suaramu mengeong keras, menangis. Berharap tangisanmu mengundang belas kasihan salah seorang di antara mereka. Berharap suaramu mendatangkan sisi kemanusiaan mereka ... jika saja mereka masih punya.
Namun nihil. Bahkan setelah kau menangis hingga kau merasa suaramu tak bisa keluar lagi, tak satu pun di antara mereka menoleh. Dan di saat kau mulai putus asa ....
Seseorang menghampirimu.
Seorang gadis. Kau tidak yakin, tetapi kau mengira bahwa dia sedikit lebih tua dari pemilikmu sebelumnya. Ya, pemilikmu sebelumnya, seorang gadis kecil yang kautahu bernama Nina.
Gadis itu menatapmu dengan mata yang sarat akan belas kasihan. Tangannya terulur, mengangkat tubuhmu dari dalam kardus yang dingin itu. Ia memelukmu, dan kau merasa hangat. Kau menyukai aroma gadis itu.
"Kau lucu sekali ...," katanya, membuatmu semakin berharap.
"Kau menyukaiku? Maukah kau membawaku dari sini?" Mungkin sekiranya, hal itulah yang ingin kaukatakan padanya.
"... tapi maaf, ibuku tidak mengizinkan aku memelihara binatang. Aku tidak bisa membawamu pulang."
Kemudian ia menjauhkanmu dari pelukannya, kembali meletakkanmu di dalam kotak. Telapak tangannya yang hangat mengelus lembut bulu halusmu.
"Maafkan aku, ya?" ujarnya lagi, kemudian ia berdiri, beranjak meninggalkanmu.
Dan lagi-lagi, kau hanya bisa menatapnya nanar. Kau kembali menangis, entah untuk menarik perhatian, atau untuk menyuarakan hatimu yang sakit. Tak ada yang bisa kaulakukan.
Apa yang bisa kauharapkan dari mereka?
Hari ini terasa berjalan lambat bagimu. Langit di atas kepalamu mulai gelap, perlahan rintik air mulai jatuh dari sana. Kau semakin meringkuk di tempatmu, tanpa suara tangis ataupun mata yang mengharapkan belas kasih.
Kau hanya seekor kucing kecil, kejamnya dunia dan manusia kini mulai membuatmu putus asa.
Sampai kemudian sebuah suara menarik perhatianmu. Seorang bocah berjongkok di sebelah kardus tempatmu meringkuk, menatapmu dengan sepasang obsidiannya yang berbinar.
"Woah, warnamu kereeen!" katanya setengah memekik, suara kerasnya membuatmu takut. Kau sedikit menarik diri ketika tangannya terulur meraihmu.
Kau tak dapat melakukan apa pun ketika ia mengangkat tubuhmu, membawamu dalam sebuah pelukan. Kau kembali merasa hangat, namun kali ini ... kau tak lagi ingin mengharapkan apa pun.
Kau takut merasakan sakit dan kecewa lagi.
"Ayo ikut aku! Aku akan merawatmu," kata bocah itu sembari berdiri. Ia mulai melangkah meninggalkan sisi jalan itu, dengan membawamu di gendongannya.
Matamu menatapnya tak percaya, sebelum kemudian kau benar-benar yakin. Lantas kau menyamankan dirimu di pelukannya.
"Terima kasih. Terima kasih! Aku ... aku pasti akan menyayangimu selamanya ...."
END
Catatan penulis.
Err ... aku jatuh cinta(?) sama komik yang baru-baru ini kubaca, jadi kepengen publish cerpen ini, karena kebetulan temanya sama. Awalnya aku sama sekali gak ada niat buat publish yang ini, soalnya penarasian POV 2-ku kacau. :v
Aku suka kucing! :3 (*jangan protes dan bilang "gak ada yang tanya", aku cuma mau bilang itu. :v #plakk!!)
Terima kasih sudah membaca, nyaaan. :3Best regards, Cherry.
Cr. Pict: Honesty and Kindess by Ikure - Webtoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Cherry
RandomKadang, sebaris kata dapat membuat hatimu hangat, atau mungkin membeku. Membuatmu mencinta, atau mungkin membenci. Benar? Aku menaruh racun dalam kata-kata. Niat jahat yang menyebar seketika, terjalin rapi dalam rangkaian kalimat sederhana. Secara d...