Genre: Teen Fiction. [ NPC's challenge ]
Dia duduk seorang diri di kursi itu. Tampak tak terusik dengan keadaan di sekitarnya. Dengan sebuah buku di pangkuan, dan headphone yang menutupi sepasang indera pendengarannya, ia seakan terhanyut di dunia yang ia ciptakan.
Entah dunia macam apa itu?
Apakah yang tercipta dari sederet kata yang tengah disusuri obsidiannya?
Ataukah dari musik sedang yang memenuhi pendengarannya?
Entah? Aku pun tak punya ide tentang itu. Namun jujur saja, itu menarik rasa ingin tahuku.
Ia tak menghiraukan angin sore yang semakin dingin, tak acuh pada warna azure yang kini berganti kemerahan di atas sana, mengabaikan diriku yang sedari tadi terus menatapnya.
Kami tak mengetahui masing-masing. Aku tak tahu dia, begitu pun dia tak tahu akan diriku.
Namun sungguh, gadis beriris cerah di sampingku ini, menarik rasa ingin tahuku.
Terkadang, aku mendapati segaris senyum tertarik tipis di bibirnya, mungkin sebab sesuatu yang tengah asyik dibacanya itu? Entah apa pun penyebab senyum itu, namun itu senyum termanis yang pernah kudapati.
Norak?
Kurasa tidak?
Mungkin cinta pada pandangan pertama akan terdengar aneh bagi siapa pun kau yang tengah membaca ini. Aku pun demikian. Namun nyatanya... saat ini, itu justru terjadi padaku.
Benar, aku ... jatuh cinta.
Aneh?
Terserah ahh.
Aku tak akan mengurungkan niatku.
Kudekati gadis itu, sedikit beringsut ke sisi kanannya. Berdeham seakan berbisik, dengan niat sekadar bertegur sapa.
Ia mengabaikanku.
Penasaran, aku coba berdeham sedikit keras dari yang tadi.
Dan ia masih tak mengacuhkanku.
Ia benar-benar membuatku penasaran. Jadi, dengan sedikit nekat, aku menepuk bahunya.
Dan ia menatapku, dengan segaris senyum ramah yang kemudian tersungging manis di bibirnya. Membuatku seketika kehabisan kata.
Aish, mengapa sekarang aku merasa begitu bodoh?
"A-apa yang sedang kaudengarkan?"
Dan pertanyaan aneh itu seketika terucap dariku. Ya ampun....
Bagaimana juga aku bisa sampai tergagap seperti itu? Sebegitu gugupnya kah?
Gadis itu menatapku kini. Ia tak menjawab, hanya menatapku beberapa saat dengan tatapan tak mengerti.
"Maaf, jika aku mengganggumu," ucapku canggung.
Dan ia masih menatapku dalam diamnya. Sepasang irisnya seolah bertanya "apa kau mengatakan sesuatu?" padaku.
Entah hanya asumsiku atau bukan, namun aku memutuskan mengulang kembali apa yang kukatakan.
"Tadi aku tanya, apa yang sedang kau dengarkan?" ulangku kemudian.
Ia tampak serius menyimakku, sampai kemudian senyum manisnya terukir seperti tadi.
Untuk sesaat, aku berpikir, mungkinkah ia tengah mencoba memahami kata-kataku barusan? Ia tak mendengarkanku, tapi membaca gerak bibirku?
Namun seketika pikiranku buyar ketika ia memasangkan headphone yang ia kenakan padaku. Ada sesuatu yang membuatku tertegun.
Aku menyadarinya....
Tak ada suara apa pun di sana.
Ia hanya memasangnya tanpa mendengarkan apa pun?
Gadis ini tampaknya segera menyadari kebingunganku. Tangannya terangkat, membuat beberapa gesture yang butuh waktu bagiku untuk dapat mengerti.
Ia sedang berkata dengan bahasa isyarat.
"Musiknya ... ada di sini."
Ia menutup kata-katanya dengan menempatkan tangannya di depan dada.
Hatinya kah?
Ahh ... aku mengerti sekarang.
Dia mempunyai kekurangan.
Namun ... mengapa sekarang hatiku justru berdebar sangat cepat?
END
Catatan penulis.
Ini salah satu challenge yang pernah kutulis di NPC. (*setelah kurevisi, tentu saja.)
"Tidak boleh ada huruf L dalam ceritanya."
Wkwkwk. Mereka kreatif banget. XD (*ini rada ribet, btw. :v)
Seriusan, bener-bener kagak boleh ada huruf L dalam cerita ini. Silakan dicek sendiri. TAPI! Sengaja dibiarkan ada yang "nyempil" di cerita. Kalian bisa temukan? Jangan komen di inlinenya yak. //winkOke, terima kasih sudah membaca.^^
Best regards, Cherry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Cherry
RandomKadang, sebaris kata dapat membuat hatimu hangat, atau mungkin membeku. Membuatmu mencinta, atau mungkin membenci. Benar? Aku menaruh racun dalam kata-kata. Niat jahat yang menyebar seketika, terjalin rapi dalam rangkaian kalimat sederhana. Secara d...