Genre: Thriller.
Makhluk itu akan muncul pada suatu malam, menghukum anak-anak yang nakal.
Makhluk itu akan mengejarmu, dan kau takkan lagi memiliki waktu ... untuk melihat pagi di hari selanjutnya.
Kau takkan lagi merasakan pagi.
Midnight Monster
Malam itu terasa amat mencekam meski udara tak begitu dingin.
Bocah itu berjalan menyusuri lorong. Gema langkahnya seolah dapat terdengar dari ujung ke ujung. Takut, ia sangat takut. Napasnya memburu, namun paling tidak deru yang tak beraturan itu cukup untuk membuatnya yakin bahwa ia masih hidup.
Setidaknya untuk saat ini.
"Tolong. Tolong aku...."
Langkahnya gemetar, suaranya mengalun lirih penuh keputusasaan. Suara-suara ganjil entah dari mana menggema memenuhi kepalanya.
Pusing. Mual. Ia ingin muntah ... namun ia tak bisa berhenti.
Jika ia berhenti, ia akan mati.
Ia hanya ingin malam ini segera berlalu.
Ia ingin melihat pagi.
"Keluarkan aku dari sini...," gumamnya, "Ibu, Ayah, keluarkan aku dari sini...."
Merah. Matanya menangkap warna merah. Di bawah kakinya. Di depan matanya. Di tubuhnya ... telapak tangannya.
Di depannya, sebuah tubuh tanpa sehelai benang pun teronggok begitu saja di lantai. Tanpa napas, tanpa nyawa. Segaris luka merobek tubuhnya dari perut hingga rusuk.
Pemandangan di hadapannya membuat mual di perut bocah itu tak lagi dapat terbendung, lolos naik hingga ke kerongkongan. Ia membekap mulut, berusaha keras menahan dorongan yang berasal dari lambungnya agar tak keluar, meski akhirnya gagal juga.
Terjatuh di atas kedua lututnya, cairan kental berbau asam menjeluak keluar dari mulut bocah itu, makanan yang baru separuh dicerna. Air matanya meleleh seiring rasa mualnya yang tak juga berkurang, terlebih ketika indera pembaunya tak dapat menolak untuk menerima rangsang dari sesuatu yang baru saja ia muntahkan.
Bau asam yang bercampur dengan amis darah.
"A-ayah...."
Kepalanya mulai berkunang-kunang, ia ingin segera melupakan apa yang baru saja ia lihat. Ia ingin segera pergi dari tempat itu ... namun ia tahu ia tak boleh lemah.
Ia akan kalah jika ia menjadi lemah.
"Tolong aku. Ibu, Ayah, tolong aku...," tangisnya pilu. "Aku tidak akan menjadi anak yang nakal lagi. Aku akan diam meski Ibu memukulku hingga gigiku rontok, aku takkan membantah meski Ayah melakukan hal yang menakutkan itu hingga pinggangku patah, tapi tolong keluarkan aku dari sini....
"Aku takkan berteriak meski sesakit apa pun hukuman yang kalian padaku.
Aku akan jadi anak baik....
"Tolong aku...."
Langkah bocah itu terhenti ketika di hadapannya, ia melihat sebuah pintu. Dengan ragu, ia mengintip lewat celah lubang kunci. Dan sesuatu di balik pintu itu membuat ia tersentak hingga hilang keseimbangan. Jatuh dengan kerasnya ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antologi Cerpen Cherry
LosoweKadang, sebaris kata dapat membuat hatimu hangat, atau mungkin membeku. Membuatmu mencinta, atau mungkin membenci. Benar? Aku menaruh racun dalam kata-kata. Niat jahat yang menyebar seketika, terjalin rapi dalam rangkaian kalimat sederhana. Secara d...