"Ken, kenapa tadi pada saat di kelas kau terlihat sangat tidak nyaman dengan posisi dudukmu?" Tanya Hailey yang kemudian meminum milkshake yang baru saja dia pesan. Dan saat ini kami sedang berada di kafetaria untuk menunggu waktu mata kuliah kami yang selanjutnya.
Mendengar pertanyaannya itu membuatku menghembuskan nafasku seraya mengaduk-ngaduk jus jerukku dengan menggunakan sedotan, baru setelah itu aku membalas pertanyaannya. "Salahkan pria keriting itu. Dia yang membuatku menjadi tidak nyaman."
"Pria keriting?"
"Harry."
"Oh, dia. Memangnya ada apa dengan dirinya?"
"Dia menatapku terus menerus selama mata kuliah Mr. Simon tadi. Bagaimana aku tidak merasa risih dengan yang dia lakukan itu." Ucapku dengan nada cukup kesal. Dan Hailey sedikit tertawa setelah mendengar yang aku katakan tadi.
"Kenya, Kenya. Dia hanya menatapmu, kenapa kau sampai sebegitunya?"
"Hailey, dia manatapku terus menerus selama 90 menit. Apa kau tidak merasa risih jika ada orang yang melakukan itu kepadamu?" Ucapku kepada Hailey dan dia sedikit menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Melihatnya membuatku menatapnya dengan pandangan tidak percaya.
"Tidak, jika Liam yang melakukannya kepadaku." Ujarnya, yang kemudian sedikit tertawa dengan ucapannya itu, begitupun denganku.
"Dasar kau ini." Responku, dan mulai meminum jus jeruk yang ada dihadapanku. Kemudian aku mulai mengeluarkan ponsel dari dalam tasku untuk mengecek apakah ada notifikasi yang masuk, tapi sayangnya tidak ada notifikasi apapun yang masuk. Padahal aku sangat berharap ada pesan masuk dari Austin. Karena sudah beberapa hari ini Austin tidak menghubungiku ataupun mengirimiku pesan. Entah mungkin karena dia sedang sibuk atau ada hal lain yang membuat dia tidak bisa menghubingku. Menghembusakn nafasku berat, aku pun kembali meletakkan ponselku ke dalam tas.
"Ada apa Ken? Kenapa kau terlihat murung? Apa ada sesuatu yang terjadi?" Tanya Hailey ketika dia menyadari perubahan ekspresi wajahku.
"Tidak, tidak ada hal apapun." Balasku seraya menoleh kearahnya.
"Hmmm...biar kutebak...apa mungkin karena Austin? Apa dugaanku benar?" Tanyanya, yang membuatku menghembuskan nafasku seraya menganggukkan sedikit kepalaku. "Apa yang dia lakukan kepadamu, sehingga membuatmu menjadi murung seperti ini? Ceritakan kepadaku." Lanjutnya kemudian.
"Dia tidak melakukan hal apapun kepadaku, hanya saja sudah beberapa hari ini dia tidak menghubungiku."
"Karena itu kau menjadi murung?" Tanya nya lagi, dan lagi aku hanya menganggukkan kepalaku. Melihat respon itu, membuat Hailey menghela nafasnya panjang. "Oh ayolah, Kenya. Jangan hanya karena dia tidak mengabarimu kau langsung berubah murung seperti ini. Tersenyumlah. Aku yakin dia akan segera mengabarimu." Ujarnya seraya tersenyum kearahku, yang akhirnya juga membuatku tersenyum.
**
Jam mata kuliah terakhir pada hari ini pun usai dan semua orang yang berada di kelas mulai berhamburan keluar. Selesai membereskan barang-barang kami, aku dan Hailey segera melangkahkan kaki kami keluar kelas mengikuti beberapa mahasiswa yang lain.
Ketika kami sedang berjalan menyusuri koridor, secara tiba-tiba Hailey memberhentikan langkahnya yang membuatku juga menghentikan langkahku. "Hailey, ada apa? Kau melupakan sesuatu?" Tanyaku seraya menatap Hailey yang ekspresi wajahnya berubah.
"Aku lupa, jika aku harus menjemput Ibuku yang sedang berada di rumah nenekku sekarang. Tadi Ibuku berpesan untuk segera menjemputnya sepulang kuliah." Ucapnya seraya menoleh kearahku.
"Kalau begitu pergilah."
"Tapi, bagaimana denganmu? Jika aku pergi menjemput Ibuku? Kau pulang dengan siapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
FanfictionWith You everything is different. With You, I feel better. With You, I feel comfortable. With You, I feel safe. I always feel different when I'm With You. Dan aku juga merasa bahwa kau adalah orang yang tepat untukku. Bahwa memang kau lah yang se...