22

3.1K 335 3
                                    

Masih dalam suasana liburan musim panas, hari ini aku memilih untuk menghabiskan waktuku bersama dengan Hailey. Karena jujur, setelah kami sudah memiliki pasangan masing-masing, kami jadi jarang menghabiskan waktu bersama. Jadi karena Harry tidak ada niatan untuk mengajakku pergi hari ini, begitupun dengan Liam, jadi aku dan Hailey memutuskan untuk pergi ke daerah Manhattan dan berjalan-jalan melihat-lihat beberapa toko pakaian yang ada disana. Selain untuk melepas rindu karena aku dan Hailey yang sudah jarang melakukan aktivitas bersama, ini juga merupakan cara untuk membuat diriku lupa dengan kedatangan Austin kemarin yang jujur membuatku takut.

"Jadi, bagaimana hubungan kau dengan Harry?" Tanya Hailey, ketika kami baru saja keluar dari kedai ice cream.

"Hubungan kami baik-baik saja. Sejauh ini belum ada perdebatan apapun." Balasku, seraya menoleh kearahnya. Dan Hailey yang sedang memakan ice cream cone vanilla nya tampak mengangguk. "Bagaimana dengan kau dan Liam? Aku lihat di media sosialmu, kalian berdua terlihat begitu romantis." Tanyaku kemudian.

Hailey tampak tersenyum sebelum menjawab pertanyaanku. "Jangan iri ya. Aku ini selalu mendapat kejutan darinya hampir disetiap detik. Dia itu memang pria yang penuh dengan kejutan dan tentunya juga romantis. Tidak salah aku menyukainya sejak dulu." Jelas Hailey yang tidak henti-hentinya tersenyum. Aku sampai terkekeh geli ketika melihat wajah berserinya.

Masih terus melangkahkan kaki kami, secara mengejutkan Hailey menahan diriku untuk berhenti melangkah ketika kami melewati sebuah toko pakaian yang sedang mengadakan summer sale besar-besaran. "Ken, haruskah kita masuk kedalam dan melihat-lihat?" Tanya nya kepadaku.

Walaupun saat ini masing-masing dari kami sudah memegang 2 buah paper bag yang juga berisi pakian dari 2 toko yang berbeda, tapi aku tau dari raut wajahnya kalau dia sudah sangat ingin masuk kedalam sana untuk kembali berbelanja.

"Hmm...terserah kau saja."

Dan tanpa basa-basi lagi Hailey langsung menarik diriku masuk kedalam toko itu. Ya, Hailey yang gila belanja telah kembali.

**

Setelah puas berbelanja dan kami juga sudah makan siang, aku dan Hailey memutuskan untuk kembali ke rumah. Ketika aku telah memarkirkan mobil di depan garasi rumahku, dan kami berdua melangkah turun, aku melihat Harry yang sedang mengeluarkan motornya dari dalam garasi rumahnya.

Berpamitan dengan Hailey, dan karena aku penasaran, aku melangkah menghampiri Harry. "Hey, kau mau kemana?" tanyaku, kepadanya yang baru saja memarkirkan morotnya di depan garasi.

"Oh, hey. Aku ingin bertemu dengan teman lamaku yang baru datang dari Inggris." Balasnya. Aku hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalaku. Harry pun kembali melangkahkan kakinya masuk kedalam garasi, dan kembali dengan memegang sebuah helm abu-abu. "Bagaimana, apa kau dan Hailey bersenang-senang tadi?"

"Tentu saja kami bersenang-senang."

"Baguslah. Jadi kalau besok aku harus kembali ke Inggris, kau masih bisa bersenang-senang dengan Hailey, bukan?"

Aku pun mengernyit kearahnya. "Kau akan kembali ke Inggris besok? Kenapa begitu mendadak?"

Tapi kemudian Harry justru mentertawaiku. "Kenapa kau menganggapnya begitu serius? Aku ini hanya bercanda, Ken." Ujarnya, sambil mencubit pipiku, dan masih saja tertawa.

"Itu sama sekali tidak lucu." ucapku dengan nada sedikit kesal. Tapi tak lama setelahnya aku juga ikut tertawa bersamanya.

"Well, I'll see you tonight."

"Mau kemana lagi kita nanti malam?"

"Hmm...intinya akan ada surprise besar untukmu nanti."

"Again and again, it's always be a secret." Ujarku, dan Harry hanya tersenyum dengan begitu lebarya.

"Kalau begitu aku pergi, ya." Harry mulai mengenakan helmnya, lalu menaiki motornya itu dan menyalakan mesin motornya.

"Bye Harry, hati-hati di jalan." Ucapku, dan dengan menatapku dari balik helmnya selama sesaat, Harry mulai memutar gas yang kemudian dia melaju pergi dengan begitu cepat dengan motornya itu.

Melangkahkan kakiku menuju ke terotoar, aku masih terus menatap kearah kepergiannya. Dan entah kenapa aku merasa cemas.

**

Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, tapi aku lihat Harry masih saja belum kembali. Rasa cemas yang tadi aku rasakan benar-benar sudah menguasai diriku. Akibatnya tubuhku sudah tidak bisa diam sejak 1 jam yang lalu dengan berjalan bulak-balik disekitar kamarku.

Harry itu bukan tipe orang yang suka mengingkari janji. Dan seberapa jauh dia pergi sebenarnya?

Drrtt...drrtt...drrtt...

Mendengar suara getaran dari ponselku yang berada di atas nakas, dengan cepat aku melangkah kesana dan mengambilnya. Melihat nama Harry yang tertera pada layar ponselku, buru-buru aku men-slide tombol hijau.

"Halo, Harry?"

"Halo, pemilik ponsel ini baru saja mengalami kecelakaan dan sedang dilarikan ke rumah sakit. Apakah anda salah satu dari keluarganya atau mungkin temannya? Karena hanya nomor ini yang saya lihat pertama kali di ponselnya." Jelas seorang perempuan dari sebrang sana.

Diriku langsung tertegum ketika mendengar nada cemas dan terburu-buru di sebrang sana. Dadaku pun mulai terasa sesak. Air mataku juga mulai terbendung di pelupuk mataku.

"Di-di rumah sakit mana?" tanyaku dengan nada bergetar. Dan setelah tau di rumah sakit mana Harry dibawa, aku segera meraih tasku dari atas meja belajar, lalu bergegas pergi.

**

Di rumah sakit, setelah melakukan operasi karena tulang rusuknya retak, dan dia juga menderita patah tulang leher dan juga tulang lengan kanannya, Harry sudah dipindahkan dari ruang operasi ke ruang perawatan.

Menurut seorang wanita parubaya yang tadi menghubungiku, dia melihat Harry yang sedang mengendarai motornya ditabrak dengan kencang oleh mobil dari arah yang berlawanan, yang kemudian menyebabkan motor dan juga dirinya terlempar sampai beberapa meter. Dan menurut wanita itu juga mobil yang menabrak Harry langsung pergi begitu saja setelah kecelakaan terjadi. Tapi untungnya polisi sudah turun tangan untuk menangani kasus ini, dan sedang mencaritahu siapa pemilik dari mobil yang telah menabrak Harry.

Di kamar dimana Harry di rawat, aku hanya berdua bersama dengan aunt Anne untuk menemani Harry. Sementara Gemma sedang mengurus masalah administarsi. Dan sejak tadi aku terus terduduk memperhatikan sambil menggenggam sebelah tangan Harry yang dirinya sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan matanya yang masih terpejam.

"Kenya, ini sudah terlalu larut. Kau pulanglah dulu dan istirahat di rumah." Ujar aunt Anne, yang berdiri di sampingku.

"Tidak. Aku masih ingin menemaninya disini."

Aunt Anne terdengar menghela nafasnya berat. "Baiklah, jika kau maunya seperti itu." Ujarnya, sambil meremas lembut bahuku. Lalu dia melangkah menju sofa yang berada di sudut kamar inap ini.

Menghela nafasku, aku masih saja tidak bisa mengalihkan pandanganku dari wajah Harry. Sungguh aku tidak menyangka kejutan besar yang akan aku dapatkan justru seperti ini. Dan mungkin perasaan cemas yang tadi aku rasakan disebabkan karena hal ini akan terjadi. Dan walaupun polisi masih terus mencaritahu siapa pelakunya, tapi firasatku mengatakan kalau pelakunya adalah Austin.

***

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang