13

3.6K 390 7
                                    

Austin : Selamat pagi Kenya. Aku hanya ingin mengabarimu kalau aku sudah sampai di New York dan sedang dalam perjalanan ke rumahku. (05.59 AM)

Austin : Jika aku sudah pulang kuliah segera kabari aku, ok. Love you. (06.10 AM)

Membaca dua pesan masuk dari Austin pagi ini membuat senyumanku tak bisa berhenti mengembang. Hailey pun sampai mengataiku seperti "orang gila" karena diriku yang terus saja tersenyum sambil memandangi ponselku.

Sesampainya di kampus, dari parkiran mobil aku meminta Hailey untuk segera bergegas masuk kedalam gedung fakultas kami karena memang aku sedang menghindar agar tidak bertemu dengan Harry untuk saat ini. Tapi ketika kami sedang melewati depan gedung perpustakaan, tanpa diduga pria itu muncul keluar dari sana.

"Oh, hey, Harry!" Seru Hailey, yang kemudian dengan sedikit cepat membawa diriku menghampiri Harry. Sungguh rasanya jika tanganku tidak digenggam dengan erat oleh Hailey, aku ingin lari saja dari sini.

"Hi Hailey, Kenya." Sapanya, yang kemudian tampak menoleh kearahku. Tapi aku hanya menatapnya selama sesaat sambil tersenyum simpul dan memilih untuk segera mengalihkan pandanganku kearah lain. Karena jujur aku masih merasa canggung jika harus menatapnya terus-menerus.

Dan sebelum Hailey kembali membuka suaranya untuk mengobrol lebih lama dengan Harry, aku langsung mengintrupsinya. "Harry, maaf ya kami harus segera masuk kelas. See you around." Dan langsung saja aku menariknya pergi dari situ.

"Ken, ada apa?" Tanya nya bingung, sambil sesekali aku lihat dari ujung mataku dia menoleh kearah dimana Harry berada.

"Tidak ada apa-apa." Balasku sambil masih terus menariknya pergi.

"Apa kau sedang ada masalah dengannya?"

"Tidak." Balasku.

Kemudian secara tiba-tiba Hailey menahan tanganku untuk menghentikan langkahku. "Ken, sejak kemarin kau terus bilang tidak, tidak dan tidak. Ada apa dengan dirimu sebenarnya, Kenya?"

Terdiam sesaat, dan setelah menghembuskan nafasku cukup panjang akhirnya aku memberanikan diri untuk mengatakannya kepada Hailey. "Aku rasa aku mulai menyukai dirinya. Untuk itu aku sedang berusaha untuk sedikit menjauh darinya sebelum hal itu berubah menjadi semakin jauh." Dan sebelum dia mulai berteriak karena shock, aku langsung mengintrupsinya. "Karena kau sudah tau, aku minta kepadamu untuk diam saja, ok?" ucapku, yang akhirnya Hailey hanya menganggukkan kepalanya itu.

Dan setelah itu aku memilih untuk berjalan lebih dulu menuju kelas. Entah merupakan suatu hal yang bagus atau tidak dengan memberitahukan kepada Hailey soal hal ini.

**

Beruntung karena aku hanya ada satu matakuliah hari ini, jadi aku bisa pulang lebih awal dan tentunya aku bisa dengan segera bertemu dengan Austin. Setelah berpisah dengan Hailey, aku langsung melangkahkan kakiku keluar dari area kampus dan segera pergi menuju café disebrang jalan.

Setelah memesan dua cangkir cappuccino, seperti biasa aku mendudukkan diriku dibangku yang berada didekat jendela. Menyesap cappuccino milikku, pandanganku terus saja mengarah keluar jendela. Selain untuk menikmati pemandangan diluar sana yang bisa membuat diriku menjadi sedikit lebih tenang, aku sudah tidak sabar untuk bertemu dengan Austin, jadi dengan aku melihat keluar jendela aku bisa melihat kedatangannya nanti.

Terus menunggu dan menunggu, sampai akhirnya tanpa terasa 30 menit telah berlalu. Cappuccino milikku sudah hampir habis dan cappuccino yang aku pesankan untuknya sudah mulai dingin. Menatap kearah jam tanganku yang menunjukkan pukul 12.30 siang, aku mulai merasa sedikit kecewa karena Austin berjanji akan menemuiku tepat pukul 12 siang.

"Dia tidak mungkin lupakan?" gumamku, lalu mengarahkankan pandanganku kembali keluar jendela hanya untuk mengecek mungkin saja aku melihat keberadaannya disana. Tapi yang aku temui justru keberadaan orang lain yang sedang aku hindari akhir-akhir ini, dan tampaknya dia akan memasukki café ini.

Kenapa ketika aku sedang berusaha untuk menghindarinya dia terus saja muncul didekatku?

Harry melangkahkan kakinya memasukki café dan segera pergi menuju meja kasir untuk memesan. Dia tampak masih belum menyadari keberadaanku walau saat ini dia sedang mengarahkan pandangannya kepenjuru café. Aku pun merasa beruntung dengan hal itu, dan aku berharap dia terus seperti itu sampai dia pergi dari café ini.

Tidak sesuai dengan dugaanku, yang aku kira dia akan langsung pergi setelah dia memesan sesuatu, Harry justru terlihat mulai mencari-cari tempat kosong untuk dia tempati. Dan ketika ku lihat gerak-geriknya kalau dia akan berjalan kearah dimana aku berada, buru-buru aku mencari sesuatu untuk menyembunyikan wajahku darinya. Sungguh, aku sedang tidak ingin bertemu dengan dia untuk saat ini, apa lagi dengan diriku yang sendirian seperti ini.

"Kenya? Apa itu kau?" suaranya pun terdengar. Rasanya usahaku sia-sia untuk terus menghindar darinya.

Menghembuskan nafasku pasrah, lalu aku menurunkan selembar brosur café yang aku gunakan untuk menutupi wajahku. "Oh, hi Harry?" sapaku dengan berpura-pura terkejut ketika melihat dirinya.

"Apa yang sedang kau lakukan disini? Tidak bersama dengan Hailey?" Tanya nya dengan masih berdiri dihadapanku.

"Hmm...aku sedang menunggu kekasihku."

"Oh, dia sudah sampai di New York?"

"Ya, pagi ini." Balasku, lalu Harry tampak mengangguk.

"Lalu, kapan dia datang?" Tanya nya lagi.

"Aku rasa sebentar lagi." Balasku, dan lagi-lagi Harry menganggukkan kepalanya itu.

"Ya sudah kalau begitu aku permisi." Ucapnya yang kemudian berjalan meninggalkanku, dan aku tidak tau dia memutuskan untuk duduk dimana karena aku tidak mau tau dan tidak ingin tau.

5 menit kemudian, Austin baru memunculkan dirinya itu. Melihat dia yang memasukki café dengan begitu bersemangat yang mana disertai sebuah senyuman diwajahnya, membuat diriku langsung bangkit dari dudukku untuk menyambut dirinya.

Begitu dia sampai dihadapanku, Austin segera membawaku kedalam pelukkannya. "Hi, apa kabar? Kau tau betapa aku merindukan dirimu?" ucapnya, memeluk tubuhku dengan begitu erat. Aku pun hanya bisa tersenyum bahagia sambil membalas pelukkannya.

Melepaskan pelukkan kami, aku memintanya untuk duduk sementara aku akan kembali memesankannya secangkir cappuccino. Ketika aku akan melangkahkan kakiku menuju meja kasir, aku mendapati Harry yang berjalan dengan cepat melewatiku yang akhirnya dia terlihat pergi meninggalkan café. Aku pun kembali melangkahkan kakiku dan berusaha untuk tidak terlalu memikirkan kepergiannya itu.

***

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang