08

5K 441 27
                                    

Pagi ini aku bangun dari tidurku dengan tidak begitu bersemangat. Selesai membersihkan tubuh dan berpakaian, aku segera keluar kamar dan berjalan menuju ruang makan dengan lemas.

Di meja makan aku juga hanya termenung dan sama sekali tidak menyentuh sarapanku. Entah kenapa hari ini aku merasa sangat tidak bersemangat. Apa mungkin karena Austin yang sudah beberapa hari ini tidak menghubungiku?

Jujur setelah kemarin aku berusaha untuk menghubunginya dan hasilnya dia tidak mengangkat telfonku, aku langsung berpikiran bahwa dia sedang menyebunyikan sesuatu dibelakangku. Tapi aku berusaha untuk tidak berpikiran seperti itu. Tapi aku tidak bisa menghilangkan pemikiran itu dari kepalaku.

"Kenya, kau kenapa? Kenapa kau tidak memakan sarapanmu? Kau sedang ada masalah?" Tanya Ibuku yang membuatku tersadar dari lamunanku dan mengarahkan pandanganku kearahnya.

"Tidak, aku tidak apa-apa." Ucapku dan memberikan senyuman menenangkan kearahnya.

"Kau yakin? Jika kau sedang memiliki masalah ceritakan kepada kami."

"Aku baik-baik saja dan tidak ada masalah apapun yang terjadi kepadaku."

"Jika kau sedang memiliki masalah, baik itu masalah kampus atau masalah yang lainnya, beritahukan kepada kami, ok? Jangan dipendam sendiri." Ucap Ayahku, dan aku menganggukkan kepalaku seraya tersenyum. "Apa kau ingin berangkat sekarang?" Tanya Ayah kemudian seraya menyeruput kopinya.

"Ya."

"Kalau begitu, ayo kita berangkat sekarang."

Aku pun menghabiskan susu coklat yang sudah Ibu buatkan untukku dan setelahnya aku mengambil tasku yang berada dibangku meja makan dan segera menyusul Ayah dan Ibu yang sudah berjalan kearah pintu.

"Aku berangkat." Ucap Ayahku seraya mengecup pipi Ibuku.

"Ibu, aku berangkat ya."

"Hati-hati di jalan. Have nice day."

Aku dan Ayah pun mulai melangkahkan kaki kami menuju mobil yang sudah terparkir di halaman rumah.

"Good morning uncle Kristian, Kenya." Ucap seseorang yang membuat aku dan Ayah yang sedang ingin masuk kedalam mobil kontan menolehkan kepala kami menuju sumber suara. Harry.

"Oh, good morning Harry. Kau ingin berangkat kuliah juga?" Tanya Ayahku kepada Harry.

"Iya, aku ingin berangkat kuliah."

"Aku dengar kau satu kampus dengan Kenya, bukan?" Tanya Ayah kepada Harry, yang kemudian diberi anggukkan oleh nya. Dan aku mulai mencium bau-bau aneh. Pasti Ayah akan segera menawarkan tumpangan kepada Harry. "Kalau begitu berangkatlah bersama dengan kami?" selamat Kenya, dugaanmu itu benar. Dan aku mulai berharap kalau Harry akan menolak tawaran Ayah itu karena merasa sungkan.

Menatap kearah Harry, yang saat ini juga sedang menatapku, aku melihat ada sebuah senyuman miring terlukis diwajahnya itu. Aku rasa akan ada hal buruk yang akan segera terjadi.

"Baiklah kalau begitu." Jawab Harry pada akhirnya, dan dia pun mulai melangkahkan kakinya kearah kami. Oh, dewi fortuna kenapa kau tidak memihak kepadaku?

**

Sesampainya di kampus aku langsung saja melangkah turun dari mobil setelah berpamitan dengan Ayah, dan aku tidak peduli meninggalkan Harry disana. Melangkahkan kakiku dengan cukup cepat untuk menghidari si pria menyebalkan itu agar tidak mengikutiku, akhirnya aku memilih untuk pergi ke perpustakaan terlebih dahulu sebelum ke kelas. Selain untuk menghindar dari si pria kriting menyebalkan itu, aku kesini karena ingin menenangkan pikiranku tentang Austin. Aku tidak mau jika nanti pada saat di kelas pikiranku malah terus-menerus memikirkan dirinya, yang membuatku menjadi tidak fokus pada mata kuliahku.

With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang