Kenyataan kalau diriku yang agak sulit menjauh dari Harry, membuatku jadi agak sulit untuk menuruti perintah Austin yang melarang keras diriku untuk terus dekat dengan Harry. Sebenarnya ada dua pilihan untuk menyelesaikan masalah ini. Yang pertama, aku harus berada dipihak Austin karena aku ini kekasihya jadi aku harus menuruti perintahnya itu. Atau yang kedua, aku harus berada dipihak Harry dimana dia adalah sahabatku dan tentu saja aku akan menolak jika dilarang untuk dekat dengan sahabatku sendiri.
Jujur diantara dua pilihan itu aku akan memilih pilihan kedua. Alasannya selain karena dia adalah sahabatku, dan seperti yang kalian tau Harry itu selalu muncul dimanapun aku berada. Jadi bagaimana aku bisa menjauh dari dia. Tapi, disatu sisi jika aku memilih pilihan itu, aku merasa takut dengan hubunganku dan Austin yang mungkin akan bermasalah.
Ya tuhan, tidak bisakah sehari saja aku merasa tenang tanpa harus memikirkan setiap masalah yang ada didalam hidupku untuk aku cari jalan keluarnya? Sungguh masalah sekecil ini sudah membuat diriku lelah karena aku yang tidak bisa berhenti memikirkannya untuk mencari jalan keluar yang tepat untuk menyelesaikannya.
**
Sepulang kuliah, sementara Hailey yang hari ini memang sengaja tidak mengendari mobil k kampus karena dia ingin pergi jalan-jalan atau lebih tepatnya pergi kencan dengan Liam, aku memilih pergi ketaman kampus untuk menghirup udara segar disana sebelum pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 3 siang, tapi masih ada cukup mahasiswa disekitar taman yang sedang duduk direrumputatan baik untuk mengerjakan tugas ataupun bersantai.
Mendudukkan diriku dengan menselonjorkan kaki dibawah sebuah pohon rindang, aku berusaha membuat diriku serileks mungkin dengan menikmati pemandangan hijau disekitarku sambil mendenggarkan musik dari ponselku menggunakan earphone. Merasakan angin yang berhembus yang mengenai kulitku membuatku mulai merasa nyaman, dan secara perlahan aku mulai menutup mataku. Memang ketenangan semacam ini yang aku butuhkan untuk pikiranku yang sedang kacau seperti sekarang ini.
Setelah beberapa menit berlalu dan rasanya aku sudah ingin tertidur, secara tiba-tiba aku merasakan ada seseorang yang duduk tepat di sebelahku. Tadinya aku ingin menghiraukannya, tapi rasa penasaranku menguasaiku, jadi aku membuka mataku dan menoleh ke samping kiri.
Mengernyitkan dahi, aku menemukan Harry yang sedang duduk di sampingku dengan posisi yang sama seperti yang aku lakukan dengan pandangannya yang menatap lurus ke depan. Aku melihat bibirnya yang bergerak sedang membicarakan sesuatu sambil dia juga mulai menoleh kearahku. Namun karena aku sedang mendengarkan musik dengan volume yang cukup keras dari earphone, jadi aku tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dia katakan. "Maafkan aku, apa yang kau katakan tadi?" tanyaku sambil melepaskan earphone dari telinga kiriku dan mengecilkan volumenya.
"Apa yang sedang kau lakukan disini sendirian?" Tanya nya, mengulangi lagi apa yang dia katakan tadi sambil memasang senyuman manisnya kearahku.
"Oh, aku hanya sedang ingin menenangkan pikiranku. Sedangkan kau, apa yang kau lakukan dengan duduk disampingku secara mengejutkan?"
Harry pun sedikit terkekeh setelah mendengar pertanyaanku. "Aku tadinya ingin pergi kegedung fakultasnya Niall untuk menemuinya, tapi ketika aku melewati taman dan melihat dirimu aku langsung saja melangkah kesini."
"Lalu bagaimana dengan Niall?"
"Mungkin besok saja aku menemuinya, karena setelah aku rasakan nyaman juga duduk bersantai disini." Ujarnya, dan kali ini aku yang terkekeh karena kalimatnya itu. "Apa yang sedang kau dengarkan?" Tanya nya kemudian.
"Oh, lagu nya Westlife."
"Bisa aku mendengarkannya juga?" Tanya nya lagi, dan dengan begitu aku memberikan sebelah earphone ku kepadanya dan memindahkan earphone yang berada ditelinga kananku ketelinga kiriku.
Dan tepat setelah itu lagu If I let You Go bermain. Mendengar lagu ini membuatku kembali memikirkan dua pilihan yang mungkin bisa aku pilih salah satunya agar masalah yang sedang terjadi pada diriku bisa terselesaikan.
Masih sibuk dengan pikiranku, secara mengejutkan aku merasakan kepala Harry jatuh dibahuku. Menoleh dengan sedikit menunduk, aku melihat Harry yang matanya sudah terpejam.
"Harry?" panggilku, hanya untuk memastikan dia ini sudah benar-benar tertidur atau belum.
Tapi rasanya dia memang sudah benar-benar tertidur saat ini. Jadi aku memilih untuk membiarkannya saja, tidak enak rasanya jika aku harus membangunkannya yang baru tertidur. Duduk berlama-lama disini juga rasanya tidak masalah untukku. Selama aku merasa nyaman berada didekatnya. Dan soal perasaan yang aku rasakan kepadanya, aku rasa sekeras apapun aku berusaha untuk menguburnya, perasaan itu tidak mau hilang. Biarlah perasaan itu terus berada didalam diriku.
**
Drrtt...drrtt...drrtt...
Aku yang sedang fokus mengerjakan tugas langsung teralihkan ketika mendengar suara getaran panjang dari ponsel di samping laptopku. Melihat nama Austin yang tertera pada layar ponsel, aku langsung men-slide tombol hijau dan mendekatkan ponsel ketelinga.
"Halo?"
"Hi, love. Maaf menelfonmu malam-malam begini."
"Tidak apa-apa. Ada apa kau menelfon? Ada yang ingin kau bicarakan?"
"Hmm...sebenarnya aku hanya sedang merindukan suaramu, dan merindukan dirimu juga tentunya." Balasnya dari sebrang sana, yang mana membuat senyumanku muncul.
"Ada yang sedang merindukanku rupanya." Ujarku, dan suara tawanya pun tertangkap oleh indra pendengaranku. "Ohya, bagaimana penelitianmu hari ini?"
"Cukup melelahkan, karena dosen pembimbingku ini adalah orang yang sungguh amat sangat menyusahkan. Nanti dia memintaku untuk menemuinya di kampus tempat dia mengajar, lalu ketika aku sudah dalam perjalan kekampusnya secara tiba-tiba memintaku untuk menemuinya di kantornya. Intinya dia adalah seorang dosen tua yang menyebalkan dan juga menyusahkan." Ujarnya, dan aku bisa membayangkan wajah frustasinya saat ini.
"Hey, bagaimana penelitianmu akan berjalan lancar jika kau sendiri membenci dosen pembimbingmu. Kau harus tetap menyukainya walau sikapnya seperti itu, agar penelitianmu bisa berjalan dengan lancar."
"Layaknya aku yang menyukai dirimu." Dan hal itupun membuatku terkekeh. Sepertinya mood nya sudah lebih baik daripada kemarin.
"Hmm...mungkin."
Aku pun bangkit dari dudukku dan memilih untuk berjalan-jalan disekitar kamarku sambil terus mendengarkan Austin yang sedang berbicara dari sebrang sana.
Menghentikan langkahku kembali didepan meja belajar, aku pun mulai mengarahkan pandanganku keluar jendela kamar. Dan tanpa diduga aku mendapati Harry yang juga sedang berdiri didepan jendela kamarnya. Mungkin karena dia menyadari aku sudah memergokinya, Harry pun tampak tersenyum sambil sedikit melambai kearahku. Dan tanpa ragu aku membalas senyumannya serta melambai kearahnya.
Aku rasa mulai saat ini aku memilih untuk bersikap seperti ini saja, tanpa harus berpihak kesiapapun. Menurutku kedua pria ini sama-sama sangat berarti dalam hidupku, dan aku tidak mau sampai harus kelihangan salah satu dari mereka.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
With You
FanfictionWith You everything is different. With You, I feel better. With You, I feel comfortable. With You, I feel safe. I always feel different when I'm With You. Dan aku juga merasa bahwa kau adalah orang yang tepat untukku. Bahwa memang kau lah yang se...