Ve Pov
"Uhm. Siapa lo? Kenapa lo punya penyihir?" tanyaku.
"Gue manusia lah. Gue juga gatau kenapa acil bisa sama gue, dia ga mau cerita" jawab Kinal
"Ve, lo orang pertama yang tau kalo gue punya penyihir. Gue harap lo bisa simpen rahasia ini, gue juga bakal tutup mulut tentang diri lo" lanjut Kinal. Aku mengangguk setuju, memang tidak ada yang boleh tau tentang diriku yang sebenarnya. Setidaknya aku punya satu teman manusia yang mengerti.
"Nal, bisa jelasin ttg kehidupan manusia?" tanyaku. Jujur, aku menyesal tidak mendengar penjelasan ayah.
"Gimana ya? Ya sama aja sih. Cuma kalo disini lo harus kerja cari uang buat makan dan tempat tinggal. Mungkin selama seminggu ini ibu ngizinin lo tinggal sama gue dan ibu, lo juga bisa bantu2 di toko ini dan--"
Tingting
'Jln.Mawar rumah nomor 12'
"Uhm. Lo harus pergi?" tanya Kinal. Sepertinya dia dpt mendengar bisikan itu juga.
"Iya" jawabku seraya merubah diri menjadi seorang Dewi Kematian.
"Anjir! Cantik bgt lo" ucap Kinal dengan wajah takjubnya.
"Terimakasih Kinal. Gue pergi dulu" ucapku lalu mulai mengepakan sayapku dan terbang menuju alamat yang sudah di bisikan.
Author Pov
Veranda mulai bernyanyi sambil menahan tangis, sakit rasanya melihat seorang wanita yang tengah mengalami pelepasan.
Anak-anak wanita itu menangis, Ve mulai membayangkan jika Bundanya yang mengalami pelepasan itu. Ugh, lupakan. Ve harus fokus bernyanyi.
"Te....te..h.. uuhh" seorang bayi perempuan tertawa ke arah Ve, Ve melambaikan tangannya dan bayi itu bergerak seolah-olah ingin di gendong oleh Ve.
Tiba-tiba Ve terdiam karena menyadari sesuatu.
'Kenapa bayi itu bisa liat gue?'
Ve terbang dengan perasaan gelisah, bingung.
'Lupain soal bayi itu Veranda. Lo harus fokus, siapa tau ada tempat yang butuh seorang pekerja' ucap Ve dalam hati.
Veranda terbang dengan kecepatan lebih cepat, matanya fokus mencari tempat yang membutuhkan seorang karyawan.
Jam menunjukan pukul 7 malam dan Ve merasakan perutnya sakit. Ia memang belom makan sejak pagi, ia-pun turun di tempat sepi dan berubah wujud menjadi manusia.
Ia berjalan dan memberanikan diri untuk masuk ke sebuah Cafe dengan keadaan tidak memiliki uang.
tuk
"Awhh.." Ve memekik kaget saat pintu Cafe mencium keningnya dengan sangat indah.
"Eh yaampun, sorry sorry.. Lo gapapa?" tanya laki-laki yang baru saja membuka pintu.
"Gue gapapa" ucap Ve sambil mengusap2 keningnya. tanpa sengaja ia membaca nametag yang menggantung di kantong kemejanya.
'Al-di. Ma-na-ger. HAH? Manager?' pekik Ve dalam hati.
cup
Ve terdiam saat Aldi mencium keningnya. Shock. Kaget. Kenal aja engga maen cium-cium.
"Ada yang bilang sama gue, kalo ada bagian yang sakit itu cium aja. Itu bakal ngurangin rasa sakitnya --Eh. maaf kalo gue ga sopan" ucapnya
"Uhm. Aldi" lanjutnya seraya mengulurkan tangan
"Veranda" jawab Ve yang masih sedikit shock menyambut uluran tangan Aldi.
"Lo mau makan disini? Ayo makan, gue temenin. Dan sebagai permintaan maaf gue, lo ga usah bayar" ucap Aldi dengan semangat lalu mengajak Ve masuk dan duduk di meja yang dekat dengan jendela besar.
"Lo mau makan apa? Disini menunya enak-enak loh.. Lo mau--"
"Aldi" ucap Ve memotong omongan Aldi.
"Ya?" jawab Aldi dengan wajah polongonya membuat Ve ingin tertawa melihatnya.
"Sebenernya gue mau kerja disini, ada bagian yang kosong?" tanya Ve ragu-ragu.
"Hati gue kosong" jawab Aldi dengan spontan
"Hah?" Ve terkejut lalu tertawa melihat Aldi yang sekarang salah tingkah.
"Eh.. Lupain-lupain. Tadi lo bilang mau kerja disini? Kebetulan tadi siang salah satu pegawai disini resign karena mau nikah. Lo bisa gantiin posisi dia. Tapi lo tetep harus nyerahin surat buat ngelamar pekerjaan, ijazah, KTP dan beberapa surat penting lainnya" ucap Aldi mencoba menutupi rasa malunya karena salah ngomong tadi.
Ve terdiam, ia bingung harus beralasan apa kepada Aldi. Dia tidak memiliki semua yang tadi Aldi sebutkan.
"bilang aja kalo kamu sebatang kara, diusir dari rumah, atau apapun yang bikin kamu kehilangan semuanya" bisikan acil membuat Ve terkejut.
"Veranda? kenapa?" tanya Aldi yang melihat perubahan raut wajah Ve.
Ve melihat acil yang tengah tertawa, ia menatap acil dengan pandangan ngapain-lo-disini.
"aku disuruh Kinal nyariin kamu! Dia khawatir sama kamu. Dasar Ve. Harusnya bilang makasih, bukan melototin aku! hahaha" ucap acil seolah mengerti arti tatapan Ve.
"Veranda?" ucap Aldi lagi membuat Ve tersadar.
"Eh, iya --Em. gimana ya" ucap Veria salah tingkah, bingung.
"Lo kenapa?" tanya Aldi
"Sebenernya gue gapunya apapun buat memenuhi semua syarat tadi" jawab Ve dengan gugup.
"Rumah gue kebakaran, orangtua gue meninggal di tempat. Harusnya gue juga mati saat itu tapi entah kenapa sampe api itu padam pun gue masih hidup" lanjut Ve. Ia menangis agar Aldi semakin yakin.
Aldi berdiri lalu duduk disebelah Veria. Ia merangkul Ve dan mangelus kepalanya.
'Maafin gue al, gue ngebohongin elo' ucap Ve dalam hati.
bersambung
JRENG.
Authornya gatau diri, udah gaje trs di nextnya lama pula. parah bgt yha. wkwkwk
Maap heu kalo makin gaje~
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
RomanceSudah dua kali aku menggelar pesta pernikahan, dan dua kali pula pesta itu gagal. Iblis-iblis sialan itu tak datang di hari pernikahan kami. Sakit, Sungguh. Jika ada kata yang menggambarkan perasaan lebih dari sakit dan hancur, itulah perasaanku. Be...