Author Pov
"Kalau gue suka sama Ve gimana menurut lo?" tanya Aldi membuat Kinal terdiam
"Ya --em.." Kinal bingung harus menjawab apa. Matanya sudah panas ingin mengeluarkan cairan, hatinya sakit.
drrtt.. drrrt..
"Hallo Ka Mel, ada apa?" tanya Kinal kepada Melody yg baru saja menelfonnya lalu berjalan pergi meninggalka Aldi.
"Kinal sama ibu ga? Bisa ke toko sekarang?"
"Iya kak, makan dulu ya baru kesana"
"yaudah, kakak tunggu ya!"
Tut
Kinal mematikan telfonnya lalu bergabung bersama ibu dan Ve untuk menyantap makanannya. Kinal melihat Ve yang terus bercanda dengan Ibunya, kesal. sungguh."Jangan marah gitu, ini bukan salah Ve" ucap acil membuat Kinal mendelik sinis.
"Lo kenapa nal?" tanya Ve mendengar ucapan acil dan melihat wajah kinal yg sinis
"Em. Ibu, kata Kak Mel kita disuruh ke toko dulu" ucap Kinal menghiraukan Ve. Ibunya mengagguk karena memang ada hal penting yg tadi sempat ia tunda.
"Bu, maaf ya Ve gabisa ikut. Ve masih harus kerja. Ibu sama Kinal hati-hati ya" ucap Ve lalu salim pada ibunya.
"Kamu juga hati-hati ya sayang" ucap Ibu lalu berjalan pergi di gandeng oleh Kinal.
Ve melanjutkan tugasnya sampai pukul 3 dini hari, tinggal Ve dan Naomi yang tersisa karena tadi para pegawai datang lebih awal sehingga mereka pulang lebih awal juga. Ve sedikit lelah melayani beberapa pelanggan hanya berdua dengan Naomi, jadi Aldi memutuskan untuk menutup Caffe lebih awal.
"Permisi pak, Saya pulang dulu" ucap Naomi sambil membungkuk sopan pada Aldi.
"Sebentar, kamu udah di jemput? Kalau belum, kamu bisa bareng saya dan Ve. tidak baik wanita pulang malam sendirian, saya juga bertanggung jawab atas kamu sebagai pegawai disini" ucap Aldi seraya memasukan kunci dapur ke dalam kantong celananya.
"Sudah pak, pacar saya sudah menunggu di luar" jawab Naomi.
"Yasudah, hati-hati ya"
Naomi-pun berjalan keluar Caffe.
Ve masih senantiasa berdiri dibelakang Aldi, melihat Aldi yang sedang mengunci pintu ruangannya."Ve"
"Iya?"
"Lo udah punya pacar?" tanya Aldi sambil membalikan badannya dan bersandar pada pintu.
Ve menggeleng
"Lo suka ga sama gue?"
deg
Jantung Ve berhenti berdetak sejenak saat mendengar pertanyaan Aldi."Gatau"
Hanya itu yg keluar dari mulut Ve, sejujurnya dia memang menyukai bos-nya ini. Terlebih Aldi memang sosok yang baik, friendly dan --tampan.
"Gue mau minum dulu ya bentar" ucap Ve gugup lalu berjalan mengambil minum dan meneguknya sedikit.
Aldi berjalan mendekat lalu menggenggam tangan Ve dengan erat, ia menatap dalam mata coklat milik Ve.
"Ve, gue sayang sama lo" ucap Aldi dengan serius
"Gue ga akan maksa lo buat jd pacar gue. Gue bakal tetep sayang sama lo, lindungin lo, selalu ada buat lo, dan berjuang buat lo" lanjut Aldi
Ve mengangguk sambil tersenyum, entah kenapa dia mengangguk namun Aldi menafsirkan bahwa Ve menerima cintanya.
"Gue sayang sama lo Ve" ucap Aldi lalu memeluk Ve.
"Eh. Boleh --em.. itu..ga?" tanya Aldi selepas memeluk Ve
"Apa?" tanya Ve polos
cup
Aldi mencium sekilas bibir Ve membuat Ve terkejut. Setelah itu Aldi berjalan mengambil tasnya, Ve memegang bibirnya lalu ternyum malu.
"Aldi! Tungguiiin" teriak Ve melihat Aldi berjalan keluar.
Ve dan Aldi sudah berada di dalam mobil namun Aldi tak kunjung menyalakan mobilnya, ia malah gelisah.
"Ve, sorry. Ga seharusnya gue ngelakuin hal tadi. Sorry Ve. Gue sayang sama lo dan harusnya gue ngelindungin lo bukan malah nyium lo kaya tadi. Gue bener2 minta--"
"sssstt" Ve menaruh jari telunjuknya dibibir Aldi tanda Aldi harus berhenti bicara
"Gue juga sayang sama lo Al. Ayo pulang"
****
Ve Pov
Aku baru terbangun tepat pukul 7 pagi. Kesiangan? memang. Aku langsung bergegas mandi dan berganti pakaian untuk segera pergi ke toko.
clek
Baru saja akj membuka pintu kamar, aku melihat Kinal sedang menonton Tv. Dia ga kuliah?
"Pagi Nal, ibu udah berangkat ya? Lo ga kuliah?" tanyaku sambil mengikat satu rambutku
"Gue mau ngomong sama lo" ucap Kinal dingin
"Mau ngomong apa?" tanyaku seraya duduk di sebelah Kinal
"Kapan lo pindah dari sini?"
Deg
Kinal ngusir aku ya? Iya ga sih? Itu pengusiran secara halus kan? Oke. Aku memang bukan siapa-siapa disini tapi aku nyaman sama ibu dan Kinal."Kenapa diem?" tanya Kinal lagi
Kinal ini kenapa sih? Apa aku nyusahin dia atau gimana? Kenapa tiba2 dia kaya gini?
"Kinal, ini bukan salah Ve" ucap acil
"Lo ga usah ikut campur!" bentak Kinal pada acil, aku cukup ngeri melihatnya.
"Gue ngerepotin ya?" tanyaku gugup
"Emang lo lupa? Gue cuma ngasih waktu seminggu buat lo tinggal disini. Dan skrg udah lewat dari seminggu!" jawab kinal
"Lo tuh lebih dari sekedar ngerepotin!" lanjutnya membuat hatiku sakit.
"Oke gue bakal pindah tapi izinin gue malem ini tidur disini, hari ini gue bakal cari tempat tinggal baru!" ucapku sambil menahan tangis
"Kinal! Berhenti nyakitin Ve!" bentak acil sambil mencubit kuping kinal
"Kenapa sih semua belain Ve? Semenjak lo masuk dikehidupan gue, orang2 jd lebih sayanh sama lo! Ibu lebih peduli sama lo, Kak Melody lebih seneng dibantu sama lo, bahkan Aldi juga sayang sama lo dan skrg acil lebih belain lo! Lo ngerebut semuanya dari gue Ve!!" bentak Kinal membuat aku menunduk ketakutan sambil menangis. Apa aku sejahat itu?
"Gue ga bermaksud gitu--"
"Lebih baik lo pergi dari rumah ini dan pergi dari kehidupan gue!!" bentak Kinal lagi.
Aku segera menghapus air mataku dan berlari masuk ke kamar. Aku mengambil tas yang sempat ku beli dan memasukan pakaian miliku. ingat ya. miliku. bukan pinjeman Kinal.
Aku keluar kamar dan melihat Kinal yang sedang fokus menonton tv. Tanpa berpamitan dengannya, aku pergi dari rumah ini. Entah kemana yang pasti Kinal tidak menginginkan aku tetap berada dirumah itu.
Author Pov
Ve menyeka keringat yang keluar dari dahinya, jam sudah menunjukan pukul 11 siang dan matahari memang sedang semangat bersinar.
Ve sudah berjalan sangat jauh dan sekarang ia tak tahu harus kemana lagi.
tin tin tin
"Ve? Ngapain disini?" tanya Aldi melalu kaca jendelanya, Ve tersenyum melihat aldi dan..
bruk
"VERANDA!"
bersambung
Ini part 9 yayy. kecepetan ga nextnya? wkwkwk votment ya jangan lupaa:*
-r
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
RomanceSudah dua kali aku menggelar pesta pernikahan, dan dua kali pula pesta itu gagal. Iblis-iblis sialan itu tak datang di hari pernikahan kami. Sakit, Sungguh. Jika ada kata yang menggambarkan perasaan lebih dari sakit dan hancur, itulah perasaanku. Be...