Author Pov
Clek
"Menjauh, bajingan!!"
BUGH!
"Aldiiii!!!!!!!!!"
BUGH! BUGH! BUGH!
"berhentii! hei, sakit jiwaa!!" umpat Ve sambil menarik-narik bahu lelaki tadi.
"lo yang sakit jiwa Ve!" bentak laki-laki itu --azriel.
"ngapain lo kesini?!!" tanya Ve sambil menangis, tak tega melihat keadaan Aldi.
"Lo harus pulang bodoh!" jawab Azriel, Ve menggeleng.
"Raja nuggasin gue didunia manusia!" bantah Ve
"Apa lo ngejalanin tugas lo? Hah?! Lo cuma numpang cari jodoh doang disini!" bentak Azriel
"Lagian lo lupa, kalo lo ciuman sama dia itu bikin kristal retak? Lo mau keseimbangan goyah karna ke tidak warasan elo?!! Gak kakak-nya gak adek-nya sama aja!" lanjut Azriel kemudian pergi keluar dari ruangan Aldi.
"Aldi!" teriak Ve seraya menghampiri Aldi yang sudah terkapar tak berdaya. Bibirnya sobek sehingga mengeluarkan darah.
Ve menangis, ia membenarkan posisi kepala Aldi. Ve mengelus rambut Aldi pelan. Jujur. Menyakitkan melihat orang yang dicintai menderita karena kita.
"Maafin aku, aku yang cium kamu. Aku yang bikin kristal retak. Harusnya aku yang dipukul sama azriel. bukan kamu..." lirih Ve sambil menangis.
"Ngga Ve, aku pantes dapet semua ini.." lirih Aldi sambil tersenyum
"Kamu harus pulang, sayang" lanjutnya
Ve menggeleng
"aku sayang sama kamu, ald.. aku mau disini aja, sama kamu.." ucap Ve sambil menangis
"kamu disini cuma buat aku makin sakit hati"
"maksud kamu?"
"kamu disini, tapi aku gabisa jagain kamu. aku gabisa milikin kamu. bahkan menatap mata kamu aja aku ga layak, Ve. aku tau disana pasti ada laki-laki yang jauh lebih pantas buat kamu.."
Ve kembali menangis dengan derasnya. Sungguh. Perasaannya lebih dari hancur. Apakah seorang dewi kematian benar-benar tidak layak jatuh cinta?
"aldi..." lirih Ve
"balik sama Kinal" lanjutnya.
Aldi mematung mendengar permintaan Veranda.
"Tapi Ve--"
"berbaiki hubungan kalian yang sempat kandas, aku yakin kalian bakal bahagia.." ucap Ve memotong omongan aldi.
Aldi mengangguk pelan. Ve tersenyum, miris..
******
Tok.. Tok.. Tok..
Clek
"Eh --Ve? Masuk"
"Ada ibu?" tanya Ve pada Kinal. Dia terlihat canggung.
"Di dapur"
Ve tersenyum pada Kinal lalu berjalan ke dapur, ia melihay Ibu yang sedang mencuci piring.
"Ibu.." panggil Ve.
"Eh Ve.." ibu menyaut seraya mencuci tangannya.
"Ada apa sayang?" tanya Ibu
"Em.. Ibu, Ve cuma mau bilang makasih udah mau jadi Ibu Ve. udah mau nampung Ve disini, Ve pengen disini terus sama ibu. Ve seneng buat kue bareng ibu sama Kak melody. Ve sayang banget sama Ibu" ucap Ve kemudian menghela nafas.
"Tapi Ve harus pulang.." ucap Ve membuat ibu mematung.
"Kamu mau kemana?" tanya Ibu, matanya sudah mulai merah --sepertinya akan menagis.
Ve hanya tersenyum lalu memeluk Ibu. Ia benar2 merasa nyaman disini. Ia benar-benar merasakan sosok Bunda dalam diri Ibu.
"Ibu, jaga diri baik-baik ya.. Maaf Ve selalu ngerepotin disini. Ini ada kenang-kenangan buat Ibu.." ucap Ve sambil melepas pelukannya. Ia melihat Ibu yang menyeka air matanya membuat hatinya teriris.
Ve mengeluarkan sebuah kotak transparan berisi kalung perak dengan liontin mahkota. Itu ia dapatkan dari Aldi. Tapi sepertinya Ibu lebih cantik menggunakannya.
"Ibu sayang banget sama Ve kaya ibu sayang sama Kinal, sama anak ibu sendiri walaupun bukan anak kandung. Kamu sama Kinal bener-bener anugrah terindah yang tuhan berikan. Makasih Ve udah hadir di hidup Ibu.." ucap Ibu seraya menerima kotak dari Ve.
Ve hanya tersenyum.
"Ve pergi dulu ya, bu" ucap Ve seraya salim ke Ibu untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu dia berjalan keluar namun di hadang oleh Kinal yang memeluknya.
"Gue sayang sama lo Ve" ucap Kinal sambil menangis, sepertinya dia mendengar pembicaraan ve dengan ibunya.
"Gue juga sayang sama lo Kinal. Makasih udah jagain gue selama ini.. Tugas lo udah selesai, cewek lemah gaakan repotin lo lagi." ucap Ve sambil membalas pelukan Kinal.
"Tapi gue suka di repotin sama lo, bodoh. Lo cewek ke dua yang gue sayang setelah Ibu. Lo --sahabat gue" ucap Kinal.
"Jaga diri lo baik-baik, gue gabisa jagain lo lagi.." lanjut Kinal seraya melepas pelukannya.
"Ya. Makasih Kinal.." jawab Ve.
"Ohya, gue punya sesuatu buat lo. Sini tangan lo!" ucap Kinal, Ve memberikan tangan kanannya lalu Kinal memasukan sebuah cincin ke jari manisnya.
"Ini punya lo?" tanya Ve sambil memperhatikan cincin dengan dua garis ditengahnya.
"Iya, gue dikasih sama seseorang sekitar 2 tahun lalu. Kayanya lo lebih pantes milikin ini" jawab Kinal.
"Oh, makasih Nal. Gue juga mau ngasih sesuatu buat lo" ucap Ve seraya melepas sebelah jepitannya.
"Nih. Gue dibeliin sama Aldi waktu di pameran. Dan gue rasa lo lebih pantes milikin Aldi.." ucap Ve sambil memberikan jepitan biru-nya.
"Eh?"
"Gue tau, lo masih sayang sama Aldi. Gue yakin kalian juga bakal bahagia.." ucap Ve.
"Tapi, gue cuma ngasih lo satu jepitan. Satu lagi di gue sebagai tanda gue juga pernah sayang sama Aldi. Gue pernah milikin dia walaupun sebentar. Gue yakin Aldi bakal lebih bahagia sama lo.." lanjutnya.
Bruk
"Gue sayang sama lo!" ucap Kinal sambil memeluk Ve lagi.
"Ya kinal, gue jauh lebih sayang sama lo. Sorry --gue harus pulang.." ucap Ve seraya melepas pelukan Kinal.
Ve-pun berjalan keluar rumah, ia bertemu acil di ambang pintu lalu mendadahinya.
Hari ini, tugas Ve sudah selesai. Sang Dewi Kematian itu-pun harus kembali ke dunia Peri. Meninggalkan sejuta kenangan di dunia manusia ini..
Kalian tau bagaimana rasanya meninggalkan sesuatu yang kita sayang? Berfikir untuk meninggalkannya-pun tak pernah. Tapi saat ini Ve melakukan itu. Ia harus meninggalkan dunia manusia dan kembali ke tempat asalnya.
Ia harus meninggalkan Aldi. Ia harus meninggalkan Kinal. Ia harus meninggalkan Ibu. Ya. Itu yang harus Ve lakukan sekarang.
Ve terbang menuju portal pembatas antara dunia manusia dan dunia peri. Dulu, ia selalu ingin datang kesini dan kembali ke dunia peri untuk bisa tinggal bersama Ayah dan Bundanya lagi. Tapi sekarang? Ia merasa lebih suka disini. Ada Aldi, Kinal dan Ibu yang menyayanginya.
Ah.. Ve harus melakukan ini..
bersambung....
EH MAU TAMAT. Bahagia ga cerita gaje ini tamat? wkwkwkwk.
Votments ya guyss❤
tengkyuu
KAMU SEDANG MEMBACA
Forbidden Love
RomanceSudah dua kali aku menggelar pesta pernikahan, dan dua kali pula pesta itu gagal. Iblis-iblis sialan itu tak datang di hari pernikahan kami. Sakit, Sungguh. Jika ada kata yang menggambarkan perasaan lebih dari sakit dan hancur, itulah perasaanku. Be...