Rini tidak mengubris bentakan Rendy. Ia tahu persis siswa yang sedang dihadapinya itu. Satu sekolah memang sudah kenal dengan cowok yang bernama Rendy Ferdinan. Seorang cowok egois, sombong dan tak mau diatur yang merupakan anak pemilik SMA Pertiwi.
"Tapi sekarang gue mau loe anterin anak ini pulang." ucap Rini tegas.
"Seenakanya nyuruh-nyuruh gue. Gue enggak mau."
"Loe mesti tanggung jawab, Ren. Dia pingsan karna ulah loe."
"Gue udah tanggung jawab. Gue udah gendong anak ini sampe sini."
"Gue enggak mau tahu. Pokoknya loe musti anterin anak ini pulang. Gue enggak mau cuma gara-gara ulah loe, nama baik sekolah ancur. Loejuga harus jelasin dan minta maaf sama nyokap bokapnya ..."
"Enggak perlu, Kak. Aku bisa pulang sendiri, kok."Melani memotong pembicaraan.
"Enggak apa-apa. Ini semua memang menjadi tanggung jawab kami. Pokoknya kamu tetep harus Rendy anterin pulang. Dan sekarang kamu makan dulu. Abis makan nanti Rendy anterin pulang. Bila perlu besok kamu enggak usah masuk sekolah, istirahat aja di rumah." ujarnya ramah penuh senyum.
"Istirahat satu hari juga sudah cukup, kok."Selesai makan makanan yang disediakan oleh panitia OSIS. Belum setengah gelas minuman yang diteguk Melani, Rendy sudah mengajaknya pulang.
"Lama banget, sih. Timbang makan doang. Waktu gue bukan cuma buat anterin loe pulang."
"Emangnnya aku mau dianterin pulang sama Kakak kelas jutek kayak kamu."
"Udahlah. Jangan ngajak gue ribut!"
"Kamu yang duluan ngajak ribut."
"Jangan ngomel melulu. Sekarang cepet abisin makanannya."Setelah Melani menghabisakan makanannya, mereka pun bergegas menuju parkiran, tempat dimana motor milik Rendy diparkir. Tanpa menunggu waktu lagi Rendy segera menancap gas. Dengan terpaksa Melani harus memegang erat pada pinggang Rendy. Kalau tidak nyawanyayang bisa melayang. Entah pada kecepatan berapa yang Rendy gunakan. Beberapa kali Melani mengomel agar Rendy mengurangi kecepatannya.
Vote sama Komentarnya ditunggu yaa
