5. His Territory

67.5K 3.2K 41
                                    

SARA menatap tidak percaya kepada hamparan lautan luas yang memenuhi pandangannya. Serta butiran pasir halus yang ia pijak. Ia bahkan tidak menyangka lelaki itu membawanya kesini. Diantara seluruh tempat di Jakarta, kenapa harus Pantai?

Lebih tepatnya, diantara seluruh lelaki di muka bumi ini yang 'mungkin' membawanya ke pantai, kenapa harus Gibran?

Gibran menolehkan kepalanya melihat gadis disampingnya yang surprisingly ternyata seorang yang menyukai pantai. Siapa sangka bahwa seorang Talitha Sara Maximillianzo menyukai hal ini? Well, tebakannya boleh juga, kan?

"Kamu suka?", tanya Gibran pada akhirnya membuka suaranya seraya menautkan jarinya diantara jari-jari lentik Sara.

"Ya. Bapak tau dari mana saya suka pantai?", tanya Sara lagi masih memandang langit senja yang terpapar didepan mereka.

"Jangan panggil saya pak! Nebak aja.",

"O-oh, hehe. Iya maaf, Gibran.", ucap Sara seraya tersenyum kepada lelaki tinggi disampingnya.

Melihat senyum gadisnya, Gibran mau tak mau ikut tersenyum. Bahkan hanya dengan mendengar namanya disebut oleh Sara, namanya terdengar jauh lebih indah. Cinta emang se-cheesy ini, kah? Eh, dia tidak mencintai gadis ini!

"Kamu mau tahu, kenapa saya suka sama kamu?", tanya Gibran setelah mereka sampai di ujung pantai, bahkan kaki Sara sudah menyentuh sang laut.

"Saya nggak tau kenapa kamu bisa suka sama saya. Lebih tepatnya saya bingung.", ucap gadis itu tanpa menolehkan kepalanya.

"Sama. Saya juga gak tau kenapa saya suka sama kamu. Heran, kan? Apalagi saya.",

"Lah, terus kenapa kamu bisa dengan gilanya mengutarakan perasaan kepada seorang mahasiswimu?", tanya Sara lagi seraya menahan tawa.

Ucapan Sara membuat Gibran terdiam dan berfikir. Kenapa dia bisa mengutarakan perasaannya? Bahkan gilanya Sara ini adalah mahasiswinya!

Setelah terdiam cukup lama, dan Sara bahkan harap-harap cemas, apa sebenarnya yang membuat lelaki ini memilihnya?

"Kamu mirip dengan seseorang. Ya, itu alasan mengapa saya suka sama kamu. Mungkin agak menggelikan ya, tapi begitulah kenyataannya. Saya juga heran.",

Mirip dengan seseorang?

Alasan yang terlontar dari mulut Gibran justru membuat Sara mengernyitkan dahinya. Mirip dengan siapa?

"Kamu pasti akan bertanya 'dengan siapa?', bukan? Ya, kamu mirip dengan salah satu orang terpenting dalam hidup saya dulu. Dia adalah Arabella Brawijaya.", Gibran melanjutkan kalimatnya.

"Dia.. tunggu-tunggu, Arabella? Jangan bercanda. Dia seorang model terkenal, dan aku bukan apa-apa!",

Arabella Brawijaya.
Ya, seorang Puteri Indonesia. Mana mungkin dirinya pantas disejajarkan dengan seorang Arabella Brawijaya. Seujung kuku pun tak pantas!

"Ya. Dia adalah Arabella Brawijaya Donnovan, begitu bukan?", tanya Gibran dengan getir.

"Kamu pernah memiliki hubungan dengan Bella? Bukankah dia sudah menikah dengan Argeo Donnovan? Bagaimana mungkin kamu menyamakanku dengan Bella? Apakah matamu sudah katarak?!", ucap Sara dengan kaget. Sejujurnya dia senang dibilang mirip dengan sang diva, tapi lelaki ini sedang meledek atau tidak sih?

"Ya. Arabella adalah mantan kekasihku. Aku pernah melamarnya, sekali. Tapi dia menolakku terang-terangan karena aku memilih jadi dosen ketimbang CEO di perusahaan ayahku. Dan menurutnya aku sangat tolol untuk memilih keputusan itu. Jadi dia lebih memilih Geo daripada aku.", jelasnya terang-terangan sembari menerawang masa-masa saat dia, Bella, dan Geo merupakan sahabat saat mereka duduk di bangku SMA.

Semuanya berjalan baik-baik saja sampai akhirnya Geo dan Gibran menyadari bahwa mereka mencintai gadis yang sama. Bukankah itu seperti kisah lama yang terulang lagi? Mengingat ayah Geo, Alexander Donnovan, sempat memiliki hubungan complicated--cinta segitiga antara Mamanya, Papanya, dan Ayah Geo. Namun nampaknya di masa sekarang, sang Donnovan lebih memenangkan hati dibanding Tantradinata. Takdir, eh?

---

Sara dan Gibran sedang dinner di Hard Rock Café Jakarta yang kebetulan lokasinya gak jauh dari pantai tadi. Cuma you know, macet. Sara masih memikirkan perkataan Gibran yang entah mengapa terngiang di kepalanya. Jadi.. apa sebenarnya maksud ucapan lelaki ini?

"Em, Gibran maaf ya aku tanya gini, sorry banget. Emang apa ya miripnya aku sama Arabella? Jauh kalee cuma orang buta bilang kita mirip.",

"Arabella, dia galak, judes, dan nggak suka sama saya pertamanya, mirip denganmu bukan? Well, sekalipun saya nggak yakin apakah sekarang kamu suka sama saya. Tapi yang pasti, persamaan kalian itu, kalian sanggup bikin saya ketar-ketir.", ucap Gibran dengan datar. Berbanding terbalik dengan hatinya yang sudah berdetak sangat cepat.

"Hah. Saya nggak pernah suka sama kamu, Gibran. Lagian ngga ada untungnya juga, mau sampe kapan sih kita kaya gini?", tanya Sara.

"Aku nggak pernah merasa harus mengakhirinya, Sara. Emangnya aku segitu jeleknya apa menurutmu?",

"Saya gak pernah bilang kamu jelek, Gibran. Tapi saya nggak yakin bisa bales perasaanmu--ya juga kalo itu beneran. Tapi kamu tetep dosen saya, paham?",

"Saya suka sama kamu Sara. Darimana kamu bisa berspekulasi kalau saya nggak bisa bikin kamu suka sama saya?", tanya Gibran dengan kesal. Apa-apaan gadis ini!

"Gibran, ini jelas merupakan sebuah masalah perasaan. Saya nggak tau juga kalo kamu bilangnya begitu!",

"Apa ini masalah lelaki itu? Hmm, Bara? Kamu punya kekasih?", tanya Gibran dengan penasaran. Sejujurnya Gibran sudah lama ingin tau ada hubungan apa antara Sara dengan lelaki yang bernama Bara itu.

"Nggak, saya nggak punya pacar. Eh, punya, kamu kan pacar saya sekarang. Bara itu sepupu saya. Baraka Herlambang. Kamu nggak usah mikir yang aneh-aneh! Kalo menurutmu dia itu cocok jadi pacarku, memang! Semua temen-temen juga pada gak percaya dia adalah sepupuku.", ucap Sara dengan jengah lalu memutar bola matanya. Tak lupa memotong wagyu steak miliknya.

"APA?! Jadi Bara-bara sialan itu adalah sepupumu? Kenapa kamu nggak bilang?!", protes Gibran dengan kesal seraya membelalakkan matanya. Gila, dia sudah menahan mati-matian perasaan ingin menonjok bocah itu dan ternyata dia adalah sepupu Sara?

"Lah, kamu kan nggak pernah nanya!",

"Eh, tadi kamu barusan bilang bahwa aku adalah pacarmu bukan, sih?!",

Blush!

Damn, kenapa bisa keceplosan!--batin Sara merutuk. Sialan lelaki ini!

"Lah, e-emang, kan? Pacar pura-pura saya.",

"Saya nggak peduli. Kamu tau, kamu adalah milik saya. Dan akan selalu menjadi milik saya.",

---

Miss BombshellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang