GIBRAN bergegas mandi dan bersiap-siap menuju coffeeshop milik Tante Selly, isteri Uncle Gerald, alias Mama dari Hanna. Sampai akhirnya handphone canggihnya berdering nyaring lagi. Dia mendengus frustasi seraya berfikir. Apa lagi ini?
"Selamat Pagi, Bapak Gibran. Jangan lupa bahwa siang ini anda akan ada meeting dengan kolega direksi perusahaan lain bersama dengan Bapak Ezardi pada puk--", belum selesai Reta, sekretaris pribadinya yang juga merupakan kakak dari Hanna, menyelesaikan kalimatnya, Gibran sudah memotongnya dengan cepat.
"Reta, katakan pada Papa bahwa aku tidak bisa hadir rapat kali ini. Batalkan semua janji saya hari ini. Saya punya urusan yang lebih penting.", ujar Gibran kemudian memutuskan sambungan telepon secara sepihak yang membuat gadis diseberang sana--Nareta Tantradinata itu mencak-mencak setengah mati.
Persetan dengan kantor!
Ya, lelaki itu memang sudah keluar dari pekerjaan-nya sebagai dosen dan sedang membaur dalam dunia kongsi bisnis ayahnya yang sedang drop dikarenakan pembatalan beberapa perjanjian kontrak yang dikarenakan melemahnya rupiah serta penaikan devisa Amerika Serikat yang cukup membuatnya pusing bukan main.
Mendengar kabar bahwa ternyata Sara sudah keluar dari rumah sakit cukup mengejutkannya. Dan saat dia memakai jaket hitam itu, suara-suara itu kembali terngiang di kepalanya.
"--kamu nggak pernah mencintainya, bukan?",
"Itu benar. Aku memang tidak pernah mencintai Gibran, tap--",
Gadis itu tidak pernah mencintainya.
"Kamu tidak perlu menemuinya lagi. Dia tidak pernah mencintaimu, kamu jelas tahu itu.",
"Apakah saya sebegitu hina-nya dihadapan anda sampai menurut anda saya tidak pantas sekalipun memperjuangkan cinta saya?", ujar Gibran berusaha menahan emosi.
Lelaki tampan dengan aura mengintimidasi dibalik setelah tuxedo abu-abu dihadapannya kemudian berdecih pelan dan menjawab,
"Cinta? Kamu bilang cinta? Pikirkanlah apakah kamu benar-benar mengerti apa itu cinta. Jika kamu tidak bisa membuatnya bahagia, cinta itu tidak berarti. Omong kosong.",
"Maison Valentino yang terhormat, saya hanya berusaha memperjuangkan perasaan saya. Dan jika yang anda maksudkan adalah materi, saya rasa, saya juga cukup sanggup--",
"Bedebah sekali dirimu. Menikahi seorang Maximillianzo bukanlah tanggung jawab sepele secara cuma-cuma. Jauhi Talitha. Saya yakin banyak gadis lain yang bisa kau nikahi. Selain adik saya.",
Setelah berdebat sekian lama dengan pikirannya sendiri, Gibran sudah membulatkan tekadnya. Dia akan kesana menemui Sara, sekalipun gadis itu tidak pernah mencintainya sekalipun, mereka masih bisa bertemu sebagai seorang teman, bukan?
Ya, seorang teman.
---
"Tidakkah kamu merindukanku seperti aku merindukanmu?",
Lelaki itu terduduk dihadapan gadis yang dicintainya. Dicintainya, eh?
Gadis berambut pirang yang sedang fokus pada buku The Longest Ride yang ada ditangannya kemudian membelalakkan matanya melihat siapa yang terduduk di hadapannya.
Mantan calon suaminya.
Sejujurnya dia cukup kaget melihat penampilan Gibran yang teramat berbeda saat dia bertemu dengan lelaki itu terakhir kali. Hari ini.. Dia terlihat berantakan. Kacau lebih tepatnya. Tapi dia menahan rasa penasarannya itu sekalipun ratusan pertanyaan sudah menggantung di pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Miss Bombshell
RomanceSEQUEL OF THE BILLIONAIRE'S JOURNEY Sara Maximillianzo, mahasiswi kampus Universitas Pelita Bangsa. Gadis berdarah Indonesia-Italia itu terkenal sebagai gadis yang cantik dengan tinggi diatas rata-rata. Gibran Tantradinata, dosen kampus paling terke...