4. The Ride

71K 3.5K 23
                                    

SARA menatap kesal kepada lelaki disampingnya yang malah dengan santainya menyetir mobil entah kemana. Asal kalian tahu, setelah permintaan gila yang disebutkan Gibran saat di ruangannya tadi, keesokan harinya lelaki itu muncul didepan rumahnya dan mengajaknya pergi--ralat, MEMAKSANYA pergi.

Padahal dia sudah ada janji mau menemani Bara pergi beli kado buat Wella. Gila nggak, sih? Mana ulang tahun Wella minggu depan lagi. Ckck.

"Om, kita mau kemana, sih? Aku ada janji bentar lagi, nih. Ngga enak kalo main batalin aja!", protesan Sara pada akhirnya memecah keheningan.

"Emang mau kemana sih, kamu?", tanya Gibran pada akhirnya saat mengetahui mood gadis itu buruk hari ini.

"Ada janji sama temen ya mau pergi lah!",

"Emang mau kemana?",

"Ada janji mau jalan!",

Ya emang mau kemana lagi, coba?

"Sama siapa?",

"Bara.",

Jawaban polos dan jujur Sara membuat Gibran berdecak kesal. Memangnya apa sih hebatnya bocah bau kencur itu?

"Mau ngapain? Lagian apaan sih kamu pake acara janjian sama Bara segala, batalin!", ucapnya dengan emosi. Sejujurnya itu membuat Sara sedikit kaget. Ada masalah apa sih Gibran ini dengan Bara?

"Yang apaan itu situ kali, Om! Orang udah ada janji juga masih maksa.", cibir Sara.

"Saya itu pacar kamu.",

Ya terus? Itu kan menurut elo kali!

"Ya so? Kan bapak yang mengclaim saya sebagai PACAR bapak, emang saya pernah bilang iya? Pake acara ngajak dinner ketemu keluarga bapak lagi. Nggak enak tau.", akhirnya Sara mengingat juga. Dia lupa untuk mengomeli lelaki itu mengingat tragedi makan malam yang menyebabkan dirinya kaget setengah mati ketika ada kedua orang tua Gibran.

"Wajar kan kalo saya ngenalin pacar saya ke keluarga? Emangnya salah?",

"Saya nggak pernah ngerasa jadi PACAR anda, Pak. Lagian ini juga cuma win-win solution biar nggak usah ngerjain essay sialan itu, kan? Gak ada perjanjian masalah begitu dah seingat saya.",

"Emang saya itu masih kurang ya buat kamu?",

Perkataan Gibran entah mengapa membuat Sara terdiam. Setelah menyadari bahwa gadis disebelahnya yang biasanya bawel dan cerewet hanya terdiam, dan bahkan tidak berminat untuk sekedar berbincang dengannya, Gibran kemudian membuka suaranya,

"Saya nggak ngerti harus gimana lagi supaya kamu tau kalo saya ini suka sama kamu.",

Pernyataan Gibran yang sontak membuat Sara kaget, apa sih maksud lelaki ini?

"Bapak ngomong apa sih!",

"Bagian dari mana ucapan saya yang kurang jelas kalau saya suka sama kamu?",

"Bapak bener-bener udah gila!",

"Iya, tergila-gila sama kamu!"

---

Perjalanan menuju antah-berantah-entah-kemana itu pun berlanjut dengan hening. Sara yang masih bete dengan lelaki itu memutuskan untuk diam saja. Sementara Gibran yang literally have no idea harus ngapain supaya gadisnya tidak ngambek.

"Bapak ngeselin banget ya jadi orang.",

Akhirnya! Thanks God--batin Gibran bersorak.

Setelah sekian lama keheningan menyelimuti mereka, Sara akhirnya membuka suaranya.

"Ngeselin gimana maksud kamu?",

"Astaga, Bapak Gibran yang terhormat, anda itu sangat menyebalkan, dan demi apapun cewek manapun yang jadi kekasih anda suatu saat nanti itu apes banget, serius. Anda itu nggak peka, rese, nyebelin, dan galak. Hih, kombinasi yang mengerikan tau nggak sih, Pak?",

Demi apapun Gibran rasanya ingin menjedotkan kepalanya ke stir mobilnya. Ketika seluruh dosen-dosen bahkan mahasiswi mengejarnya karena harta dan ketampanannya, gadis ini masih sempat untuk memikirkan segala kekurangannya?

"Yah sayangnya gadis apes itu kamu.",

Hah?

"Apa coba maksud bapak? Aneh!",

Gibran hanya tertawa singkat mendengar jawaban spontan gadis itu. Masih tak sadarkah dia?

"Kan tadi kamu bilang siapapun yang jadi kekasihku pasti apes banget, nah, kamu bukannya kekasihku?", tanyanya dengan geli.

"LAH, saya nggak pernah ngerasa jadi kekasih bapak. Kok bapak baper sih?!",

Gibran hanya diam dan terus melajukan mobilnya dengan santai sembari terkadang ikut menikmati alunan lagu dari Cody Simpson - La Da Dee yang bersenandung dari radio mobilnya.

"Eh, Pak. Ini mau sampe kapan dah buset lama bener. Laper serius. Masih lama nggak sih?", tanya Sara seraya melirik lelaki itu.

"Nggak, kok. Udah laper banget apa? Ih kamu tuh ya masih manggil saya bapak. Emang saya setua itu apa?", balas Gibran dengan sedikit kesal. Kenapa sih gadis ini hobi sekali memanggilnya dengan "PAK"?

"Lah, Bapak kan emang udah tua. Coba saya tanya umur berapa Bapak tahun ini?",

"Dua puluh delapan, kenapa memangnya? Lah kamu umur berapa?",

"TUH, KAN! Bapak emang udah tua. Saya aja masih dua puluh, baru on the way dua puluh satu.", ledek Sara seraya memeletkan lidahnya.

"Kamu nggak tau ya, usia pria dewasa yang matang ya itu memang kisaran seumur saya tau! Mapan, tampan, kurang apa lagi? Emangnya kamu mau nikah sama bocah ingusan itu, hah?",

Sara sontak tertawa ngakak mendengar panggilan 'bocah ingusan' yang lebih tertuju kepada Bara, sepupunya sendiri. Apakah lelaki ini sudah gila ketika bertanya apakah dia mau menikah dengan Bara? Hell no.

"Bapak kayaknya udah mulai gila, ya. Siapa juga yang mau nikah? Dan siapa pula yang bapak sebut dengan 'bocah ingusan' itu?",

"Sara, sekali lagi kamu panggil saya dengan panggilan 'bapak' diluar arena kampus, saya pastiin kamu bakal nyesel. Dan yang saya maksud bocah ingusan itu kamu jelas tau siapa.",

Sontak meledaklah tawa Sara seketika. Maksudnya Bara? Serius tuh?

"Maksud kamu bocah ingusan itu Bara? Bara nggak ingusan kalii dia udah mau lulus! Lagian Bapak ga--",

CUP

"Saya udah bilang jangan panggil saya 'bapak' diluar kampus. Atau kamu akan menyesal. Benar, kan?",

GIBRAN JAVAIR TANTRADINATA SIALAAAANNNNNNN!!

---

A/N:

HAK HAK HAK. Sara baru mau jelasin Bara itu siapa, eh abangnya udah mutung. Yaaahhh. Thanks udah mau send vote and comments, tetep ditunggu. Btw, buat kalian yang nanya KENAPA ceritanya Gibran beda sama TBJ? Ya jelas karena Gibran sama Ezar BUKAN ORANG YANG SAMA. OKE? HAHAHAHA. Jadi jangan ngarepin Gibran buat romantis kayak Ezar, oke? Nggak selalu anak mirip bapaknye, kan? Tapi mereka sama-sama tjakeup kok. Tenang saja. BAHAHAHAHAK. Enjoy!

Merry

Miss BombshellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang