18. Never Good Enough

40K 2.1K 32
                                    

SARA menghabiskan sisa-sisa harinya dengan melihat ke jendela. Tak banyak hal yang bisa dilakukan ketika kau terkurung di rumah sakit. Sara hanya berharap kondisinya cepat membaik dan dia bisa cepat pulang. Dokter bilang bahwa jika kondisinya tidak drop dan terus membaik, dia boleh pulang sore hari ini.

Valentino pun selalu memastikan bahwa kondisinya baik, dan entah mengapa lelaki itu menyetujui permintaannya untuk menyembunyikan hal ini dari kedua orangtua mereka. Sara benar-benar tidak ingin membuat kedua orangtuanya panik lagi.

Martin? Lelaki itu sering meneleponnya bersama dengan Candice juga untuk menanyakan kabar dan kondisinya sebagai kerabat lama. Ya, mereka merupakan teman, bukan?

Segalanya berjalan baik. Rumor akan perceraian Martin dan Candice juga sudah hilang terbawa waktu. Terlebih bahwa Sara berteman dekat dengan mereka, gossip itu benar-benar sudah nyaris tidak ada, which is good.

CKLEK

"Hai, you look sooo happy. Bagaimana keadaanmu sekarang?",

Yup, dia adalah Wella.

"I'm pretty good. Dokter bilang aku udah boleh pulang sore ini, so excited.", jawab Sara seraya tersenyum simpul. Harus diakui, kedatangan Wella membuat harinya lebih baik dan juga lebih berwarna. At least dia memiliki seseorang disampingnya untuk sekedar mengobrol agar dia tidak mati kebosanan di ruangan ini.

"Well, gue cukup senang mendengarnya. Lo bakal ngampus lagi kan?", tanya Wella dengan hati-hati. Kejadian ini pasti cukup memukul Sara. Kejadian ini mengingatkannya akan memori terburuk dalam hidupnya.

Sara terdiam sebentar bergelut dalam pikirannya. Pandangannya kosong. Tapi tak lama kemudian dia membuka suara,

"Ya, gue pasti ngampus lagi, lah. Eh, dimana Bara? Kok tumben lo dateng sendirian?",

"Bara lagi ada dibawah, makan bentar. Dia bentar lagi juga naik kesini kok.", jawab Wella kemudian duduk di kursi sisi tempat tidur Sara.

Tak lama kemudian, pintu ruangan itu pun terbuka dan tampaklah lelaki jangkung bertubuh kurus itu. Bara.

"Woi, Tha. Gimana kabar lo sekarang?", ucap Bara kemudian memeluk sepupunya itu.

"Gue baik. Bentaran lagi gue juga pulang, gabung kalian-kalian lagi!", ucap Sara dengan senang.

Dia benar-benar merindukan masa-masa bersama kedua sahabatnya. Ke toko buku, ngafe, atau bahkan hanya sekedar merecoki satu sama lain, itu bisa menjadi kenangan manis yang takkan mungkin dia lupakan.

"Loh, emangnya dokter udah bilang lo boleh pulang hari ini?", tanya Bara dengan kaget.

"Iya, lagian emangnya kenapa, sih? Lo kok kayak nggak seneng gitu kalo gue bakal pulang.",

"Gue ikut seneng denger lo cepat pulang, eh lo nggak tau ya kalau Pak--", belum selesai Bara mengucapkan kalimat itu, Wella menginjak kakinya dengan kencang.

Damn you, Baraka!

"Eh, nggak, itu maksud Bara ada dosen baru di kampus, ya, kan, Bar?", ucap Wella seraya melirik tajam lelaki itu.

Setelah mati-matian menahan rasa penasarannya, pertanyaan ini pun akhirnya terlontar dari bibir pucatnya,

"Bagaimana keadaan kampus waktu gue nggak masuk beberapa hari ini?",

Miss BombshellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang