9. Her Shadow

63.8K 2.8K 23
                                    

SARA menghembuskan nafasnya perlahan kemudian memejamkan matanya, menggenggam tangan lelaki disampingnya kemudian berkata,

"Aku memiliki dua kakak lelaki. Valentino dan Christian. Mereka adalah kakak terbaik yang pernah kumiliki, sungguh. Dan kedua orang tuaku adalah kedua orangtua terhebat yang aku miliki. Aku juga memiliki seorang kekasih, dia adalah Maison Martin Elaxenderé. Dia lima tahun lebih tua dariku, dan dia adalah salah satu pangeran asal Italia. Semuanya berjalan baik-baik saja sampai aku berusia enam belas tahun. Martin memutuskan hubunganku dengannya karena kedua orangtua Martin tidak menyetujui hubungan kita. Martin dijodohkan dengan Candice Voldemare. Puteri dari kerajaan di Perancis. Dan dari situlah semuanya berubah. Ayahku berusaha menjodohkanku dengan beberapa anak dari kolega bisnisnya, termasuk Franz. Aku tidak menginginkan salah satupun dari mereka. Kecuali satu, Martin. Dan akhirnya pernikahan Martin dan Candice terlaksana. Disaat itulah aku mulai menyerah. Dan aku meminta restu kedua orangtuaku untuk pergi ke Indonesia, dengan alasan Valentino akan sibuk mengurus premieré dan presale perusahaan. Begitulah cerita mengapa aku bisa terdampar disini.",

Sara bercerita dengan panjang lebar kemudian mengakhiri ceritanya dengan mengeluarkan sebuah kertas foto usang berwarna black and white.

"Dia adalah Martin?",

"Ya, dia adalah Maison Martin Elaxenderé. Satu-satunya pria yang pernah ada dalam hidupku selain keluargaku.", ucap Sara seraya menatap foto usang itu dengan tersenyum. Foto itu diambil sekitar lima tahun yang lalu saat mereka berjalan menuju Duomo of Milano untuk mengikuti pameran bergengsi disana.

"Berminat untuk membagi ceritamu dan Martin?", tanya Gibran dengan hati-hati.

Sara kemudian mencubit perut lelaki itu dengan kesal. Bagaimana mungkin dia menyebut Martin--sang pangeran hanya dengan nama saja?

"Demi Tuhan, Gibran! Menyebut nama Martin tanpa menyebutkan gelarnya--Maison itu sangatlah tidak terpuji!",

"Kau juga memanggilnya hanya Martin?",

"Aku kekasihnya.",

"MANTAN kekasihnya.", koreksi Gibran dengan kesal. Dan itu sontak menampar Sara dengan telak. Dia kemudian menyadari kesalahannya bahwa dia juga memanggil sang Maison hanya dengan nama saja!

"Okay, fine. He is my ex-boyfriend, my one and only ex. Ya, oke, apa yang kau ingin ketahui tentang aku dan Maison Martin?",

"Kau tampak sangat mencintainya.",

"Memang.",

"Ck. Bagaimana kau bisa bertemu dengannya, dia itu seperti apa, dan berapa lama kau sudah mencintainya?",

"Terlalu lama.",

---

6 years ago...

Milan, Italy - 2009

"Talitha Maximillianzo?", tanya Martin kepada ajudannya.

"Ya, your majesty Maison Martin. Dia adalah puteri tunggal keluarga Maximillianzo. Anak dari Giordano Maximillianzo.", ucap salah satu ajudan kepercayaan Martin. Martin mengernyitkan matanya saat ajudannya berkata bahwa gadis dengan gaun merah itu adalah puteri keluarga Maximillianzo.

Martin benar-benar tidak menyangka, gadis yang mencuri perhatiannya malam ini adalah puteri dari relasi bisnisnya. Giordano Maximillianzo.

"Kau yakin dia adalah puteri keluarga Maximillianzo?",

"Yes, sua maestá. (Paduka)",

"Panggil dia!",

Ajudan itupun bergegas mencari gadis bernama Talitha Maximillianzo dan memintanya untuk menemui Maison Martin. Sepuluh menit kemudian, seorang gadis dengan gaun merah dengan ornamen brokat hitam dengan rambut pirang khas Italia, masuk ke ruangan sang Maison dan membungkukkan badannya dengan penuh hormat.

Miss BombshellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang